Aurelia Aureta Jonson pemimpin sebuah organisasi mafia milik keluarga nya, Aurel gadis yang selalu tenang dalam kondisi apapun, seolah dirinya diciptakan tak memiliki emosi.
Dulu Aurel adalah gadis yang ceria, ramah dan baik hati, namun hingga akhirnya kejadian tragis menimpa keluarganya, kedua orang tuanya di bunuh tepat di depan matanya sendiri.
Setelah kejadian itu, Aurel berubah, tidak ada lagi wajah ceria dan senyum manis yang selalu ia tebar pada setiap orang, hidup nya seolah kosong dan hampa.
Aurel mati bunuh diri dengan meledakan bom di markasnya sendiri demi melindungi seluruh anggota nya, namun bukan nya pergi ke akhirat untuk bertemu kedua orang tuanya, Aurel malah terbangun di tubuh perempuan bernama Qiana Evelyn seorang gadis yang menyandang sebagai istri dari Duke tiran.
"Kalau dunia ini kejam, maka kita harus lebih kejam dari dunia"~ Qiana Evelyn (Aurel)
"Kau sangat menarik Dhuces, dan selama nya kau akan selalu menjadi milik ku" ~ Duke Arsenio De Atanius
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIDAK SOPAN
Qiana memandang kontak kayu itu cukup lama, hingga akhir nya dengan perlahan tangan nya terulur dan membuka kotak kayu itu dengan pelan.
Klik
Mulut Qiana menganga lebar melihat isi dari kontak kayu itu, yang ternyata berisi harta karun, ada banyak koin emas dan juga beberapa batang emas yang terlihat sangat berkilau.
"I-ini," ucap Qiana menutup mulut nya tidak percaya.
"Ini adalah harta peninggalan dari Ayah Anda, dan ini semua milik Anda," ucap Rere tersenyum kecil melihat wajah shock majikan nya.
"Serius? Ini milik saya? Semua nya?" tanya Qiana masih tidak percaya.
"Benar Yang Mulia," jawab Rere mengangguk kan kepala nya.
"Wow itu artinya sekarang kita kaya raya Rere!" ucap Qiana berseru heboh.
"Dengan ini kita bisa membeli budak dengan jumlah banyak yang akan melindungi kita kedepannya," ucap Qiana semangat.
"Anda benar Yang Mulia, dengan satu batang emas ukuran kecil itu saja Anda bisa mendapat kan seratus budak," jawab Rere ikut senang melihat rona bahagia di wajah majikan nya.
"Benarkah?" tanya Qiana membuatkan mata nya.
"Iya yang Mulia," jawab Rere sopan.
Di dalam kotak besar itu ada sekitar dua puluh lima emas batangan berukuran besar, dan ada sekitar empat puluh lima emas batangan berukuran kecil, dan sisanya ada beberapa kantong besar yang berisi koin emas.
Dengan emas-emas itu Qiana tidak perlu khawatir takut tidak memiliki dana untuk rencana kedepan nya, harta peninggalan dari Ayahnya ini sudah lebih dari cukup untuk membuat hidup Qiana sejahtera dan tercukupi selama beberapa tahun kedepan.
Qiana sempat khawatir bahwa tubuh ini tidak memikirkan harta berharga sedikit pun, mengingat kehidupan nya selama ini sangat menyedihkan kan, tapi ternyata pelayan pribadi nya itu bisa di andalkan, Rere menyimpan harta peninggalan Ayah Qiana itu dengan sangat baik.
"Rere, kalau begitu ayo sekarang kita pergi keluar untuk membeli budak-budak itu," ucap Qiana semangat.
"Sekarang kita sudah punya banyak uang, ah emas maksud saya," lanjut Qiana.
Qiana sudah sangat tidak sabar untuk kembali memimpin sebuah organisasi seperti di kehidupan pertama nya, bermain dengan darah, Qiana sudah tidak sabar untuk hal itu, apalagi sekarang Qiana sudah memilki target untuk dijadikan mainan nya itu, siapa lagi kalau bukan orang-orang yang selama ini sudah menyiksa si pemilik tubuh.
"Tapi Anda harus meminta ijin terlebih dahulu Yang Mulia, Anda tidak bisa keluar tanpa ijin dari Yang Mulia Duke," jawab Rere memberitahu.
"Maksud mu, saya harus menyusul pria itu dulu ke tempat peperangan untuk meminta ijin?" tanya Qiana memicingkan mata nya kesal.
Yang benar saja, kenapa harus meminta ijin pada pria itu, pikir Qiana agak kesal. Qiana terbiasa bebas dan melakukan banyak hal sesuka hati nya, tanpa ijin dari siapapun.
"Emm.... Mungkin Anda bisa meminta ijin pada Tuan Vincent," jawab Rere memberi usul.
"Siapa lagi pria itu, saya tidak kenal," ucap Qiana memutar bola matanya malas.
"Taun Vincent adalah salah satu orang kepercayaan Yang Mulia Duke," jawab Rere sopan.
"Tuan Vincent yang menggantikan tugas Duke Arsenio untuk mengurus wilayah Barat dan kediaman ini, selama Duke Arsenio belum kembali dari medan perang," lanjut Rere memberitahu.
"Baiklah, saya akan berbicara dan meminta ijin untuk keluar pada pria itu," ucap Qiana menghela nafas nya panjang.
"Sekarang pria itu ada dimana?" tanya Qiana melihat ke arah Rere.
"Seperti nya Tuan Vincent sedang ada di ruang kerja Duke Arsenio," jawab Rere.
"Baiklah segera bantu saya untuk bersiap, saya akan menemui pria itu," ucap Qiana sudah dirinya putus kan untuk bertemu Vincent hari ini juga.
"Baik Yang Mulia," jawab Rere sopan.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Di lorong-lorong panjang yang ada di kediaman Duke Arsenio, seorang wanita setengah baya melangkah dengan badan tegap, meskipun usianya tak lagi muda tetapi dia masih memiliki cukup tenaga.
Saat melihat pintu berwarna hitam di di ujung sana, langkahnya makin cepat, menyadari nyonya barunya tak kunjung keluar dari kamar.
"Dasar perempuan rendahan!" batin wanita tua itu geram.
Entah punya dendam apa wanita tua itu dengan pemilik kamar, sehingga kelihatan sangat tidak menyukai pemilik kamar itu.
BRAKKKK
Tanpa meminta ijin pada sang pemilik kamar, wanita tua itu langsung membuka kasar pintu kamar itu tanpa permisi, membuat orang yang ada di dalam kamar itu terlonjak kaget lantaran mendengar pintu yang tiba-tiba di dobrak dengan sangat keras, hingga menimbulkan bunyi yang nyaring.
Rere yang sedang memilih gaun yang akan di kenakan oleh Qiana, langsung terlonjak kaget saat mendengar pintu kamar sang Duches di buka dengan kasar.
Sementara Qiana langsung memusatkan pandangan nya ke arah pintu, menatap tajam orang yang sudah berani berlaku tidak sopan dengan mendobrak pintu kamar nya.
"Siapa wanita tidak sopan ini," batin Qiana geram.
Berani sekali wanita tua itu mendobrak pintu kamar nya dan masuk tanpa permisi, pikir Qiana menatap tajam pada wanita tua itu.
Berbeda dengan Rere, pelayan pribadi Qiana itu terlihat takut saat melihat siapa yang sudah mendobrak pintu kamar Qiana.
Rere menunduk kan kepala nya tidak berani melihat ke arah wanita tua, dengan bibir yang berwarna merah terang.
Sangat menyala👄
Dengan geram, wanita tua itu melangkah cepat ke arah Qiana dengan wajah yang tidak bersahabat, mambuat kerutan di wajah nya semakin terlihat.
"Yang Mulia Duches ini sudah cukup siang, tolong jangan mempermalukan kediaman ini. Anda adalah seorang Duches bagaimana kalau orang-orang di luar tahu bahwa Duches di wilayah barat adalah perempuan pemalas yang malas bangun pagi, Anda hanya akan mempermalukan kediaman keluarga De Atanius!" ucap Wanita tua kasar dengan meninggalkan suara nya.
"Siapa wanita tua ini, datang-datang langsung marah-marah tidak jelas, dan apa-apaan suaranya itu, membuat telinga ku sakit saja," batin Qiana menggerutu kesal.
"DUCHES APA ANDA TIDAK MENDENGAR KAN SAYA HAH!"
Bentak wanita tua itu semakin meninggikan suaranya, sangat tidak sopan, berbicara sekeras itu pada orang yang kedudukannya lebih tinggi dari dia.
"Di mana sopan santun mu!?" tanya Qiana dengan nada tegas.
Qiana paling tidak suka dengan orang yang tidak memliki sopan santun, baik mereka masih anak-anak, apalagi orang yang sudah dewasa dan sudah tua, karena menurut nya attitude itu nomer satu.
Bukan karena Qiana orang yang gila hormat, hanya saja Qiana benar-benar tidak suka dengan wanita tua yang tiba-tiba datang mendobrak pintu kamar nya itu, lalu dengan seenak nya berbicara dengan suara tinggi seperti itu pada diri nya, kan bisa berbicara dengan pelan, tidak perlu berteriak seperti itu, pikir Qiana kesal.
Maka di saat yang krusial sang raja menikahkan Duke dan duches....
karena di bawah perlindungan sang duke,
duches Qiana pasti aman...
Udah berani menyatakan kepemilikan sekarang ini......
good paksu.....pelan pelan dekati istrimu....
Ayoooolah,..... nyatakan perasaan mu pada
sang Duches....,.🥰