Nara Anjani Sukma berada di situasi harus menikah dengan adik angkat pria yang akan melamarnya. Sakti Pradana tidak menduga ia akan bertukar jodoh dengan kakak angkatnya. Dua karakter bertolak belakang, pertemuan tak terduga dan pernikahan mendadak seperti tahu bulat, drama rumah tangga apa yang akan mereka jalani.
===
“Sudah siap ya, sekarang aku suamimu. Bersiaplah aku buat kamu bahagia jiwa dan raga.” Sakti Pradana.
“Aku penasaran, apa milikmu bisa sesakti namamu.” Nara Anjani Sukma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. First Kiss
Bab 24
“Matikan,” gumam Nara sambil terpejam.
Sakti meraba nakas lalu mematikan alarm ponsel Nara. Kebiasaan wanita itu, memasang alarm, tapi enggan mematikan bahkan melanjutkan lagi tidurnya. Sakti merapatkan tubuhnya, mendekap Nara yang berbaring membelakangi. Keduanya kembali terlelap. Kali ini getaran ponsel mengganggu ketenangan.
“Matikan,” pekik Nara.
“Biarkan, nanti juga mati sendiri.”
Nara menggeliat pelan lalu berteriak.
“Astaga, Ra. Ini masih pagi.”
“Kamu ngapain peluk-peluk.” Nara mendorong tubuh Sakti agar menjauh, tapi kalah tenaga. Tubuh Sakti yang kokoh dan keras bagai besi, tidak bergeser sedikit pun.
“Dari semalam juga aku peluk nggak ribut, udah pagi baru protes.”
“Pasti bukan Cuma meluk, aku tahu isi kepalamu.”
Sakti beranjak duduk lalu menguap dan menggaruk kepalanya. “Ya pegang dan raba-raba dikit. Rugi kalau dianggurin.”
“Dasar mesum.” Nara mengambil bantal dan memukulkan pada Sakti.
Namun, interaksi mereka terhenti karena ponsel mereka bergetar dan berdering.
“Ini apa lagi, masih pagi udah rame.”
Nara beranjak dari ranjang lalu membuka ponselnya. Sakti bersandar pada headboard melakukan hal yang sama.
Weni mengirim pesan kalau iklan parfum yang dibintangi Sakti mendapatkan respon positif, padahal baru up dua hari yang lalu.
Martin, atasan Nara yang juga pemilik Galaksi Agency juga mengirim pesan terkait model baru yang ternyata adalah suami dari Nara.
Bukan hanya kedua orang itu, Aldo dan rekan Nara bahkan menawarkan diri menjadi manager untuk Sakti.
“Ck, nggak jelas.”
Mana mungkin rela Sakti dimentori oleh rekannya. Kalau masalah tawaran pekerjaan mungkin bisa dibicarakan dengan suaminya itu.
“Ra, medsos aku rame nih,” ujar Sakti.
Nara menoleh dengan dahi mengernyit. Medsos Sakti ramai, bisa jadi karena iklan yang dibintanginya.
“Kamu aktif di medsos?”
Sakti menggeleng masih fokus dengan ponselnya. Nara penasaran ingin memastikan sendiri, tapi masih sabar untuk tidak terlihat begitu kepo.
“Postingan aku hanya masalah racing, tapi ini ada beberapa inbox.” Sakti terkekeh. “Ada yang nawarin casting film action. Wah, ini dari influencer ngajak collab live di tok-tok,” tutur Sakti.
Nara mencibir, Sakti sepertinya senang dan bangga dengan pencapaiannya.
“Kamu ada kontrak dengan agency aku, jangan sembarangan ambil tawaran dan pekerjaan,” cetus Nara.
“Tenang saja, sayang. Aku nggak minat kok, kecuali kamu izinkan.” Meletakan ponselnya lalu kembali merebah. “Sini, bobo lagi.”
“Ngaco, ini sudah siang.” Nara menuju jendela dan pintu balkon, menarik gorden.
“Aku nggak berangkat Ra. Kamu janji temani aku racing, nanti malam kita jalan.”
Nara menghela nafasnya. ia memang menjanjikan hal itu agar Sakti menerima tawarannya menjadi model pengganti untuk iklan parfum.
Saat sarapan, hanya ada Serli di meja makan. Opa sudah berangkat karena jadwal cek up. Nola, entah kemana dan Nara tidak peduli.
“Aku mau kopi, Ra,” ujar Sakti.
Naru baru duduk, kembali berdiri menuju dapur. Tidak lama kembali membawa nampan dengan dua cangkir kopi.
“Kamu ngopi juga?” tanya Sakti.
Nara menggeleng. Hanya menikmati aromanya saja. Hal yang biasa dilakukan ketika hatinya resah atau banyak pikiran. Menghirup aroma dan wangi kopi, rasanya cukup menenangkan.
“Stress ya,” ejek Serli dengan wajah sinis.
“Stress gue karena produktif, kadang bingung harus kerjakan apa dulu. Beda sama lo, bingung mau ngapain.”
“Wajar lo banyak kerjaan, punya laki nggak modal.”
“Heh ….” Nara menunjuk Serli, tapi tangannya dicekal Sakti.
“Ini masih pagi, jangan ribut.”
“Kamu rela dihina begitu. Aku yang denger aja kesal,” cetus Nara.
“Biarkan saja, Serli punya hak dan punya mulut untuk bicara apapun. Aku tidak perlu pengakuan dari dia. Cukup kamu yang tahu gimana usaha dan kerja aku,” tutur Sakti. “Mau jalan sekarang, aku antar ya.”
“Sok romantis,” ejek Serli lagi.
Sakti menghabiskan kopinya lalu berdiri, meraih tas milik Nara yang diletakan di atas meja lalu mengulurkan tangannya. “Ayo.”
Sempat menatap telapak tangan Sakti. Biasanya ia selalu bersikap mandiri dan tidak butuh orang lain kecuali asisten dan tim kerja. namun, dengan adanya Sakti sepertinya akan ketergantungan dengan pria itu.
Tangan Nara menyambut uluran tangan Sakti. Mereka berjalan keluar dengan tangan saling menggenggam.
“Pagi Kak Nara, mas Sakti,” sapa Weni dengan wajah ceria. “Aku ada berita bagus untuk mas Sakti.”
“Nggak usah dibahas sekarang. Dia tidak terima pekerjaan apapun tanpa izin dari aku,” seru Nara.
“Siap baginda ratu, hamba ikut perintah saja,” ungkap Sakti.
“Jadi, Kak Nara mentor dan manajer Mas Sakti?” Weni menunjuk Nara dan Sakti bergantian.
“Di rumah aku istrinya, masalah kerjaan aku atasannya. Kamu berangkat sama indro, aku ikut dia.”
Sakti lagi-lagi terkekeh, masih dengan tangan saling terpaut menuju mobil dan membuka pintunya.
“Silahkan nyonya,” ucap Sakti bahkan membungkuk mempersilahkan istrinya naik.
***
Nara melarang Sakti untuk turun apalagi masuk ke gedung. Sudah pasti akan menjadi perhatian dan dicecar banyak pertanyaan juga permintaan dari rekan Nara. Bukan hanya seorang yang menawarkan diri menjadi manager Sakti.
“Padahal aku mau lihat ke dalam.”
“Lain kali,” sahut Nara melepas seatbelt. Menggenggam tasnya dan menekan handle pintu, tapi ditahan oleh Sakti. “Apa ….”
“Ssttt.”
Tubuh Sakti condong ke arah dan wajah mereka saling tatap begitu dekat. saat ini mereka berada di area parkiran vip tidak jauh dari pintu lobby utama. Kaca mobil Sakti gelap, tidak terlihat aktivitas mereka.
Nara menelan saliva membalas tatapan intens dari suaminya. Dari dekat, semakin terlihat kalau bola mata Sakti begitu coklat. Tangan Sakti yang menahan tangannya terlepas menahan sisi wajah Nara agar tidak mengelak apalagi mengalihkan pandangan.
Ibu jari tangan Sakti menyentuh bibir Nara dan perlahan wajahnya semakin dekat. Harap-harap cemas, khawatir Nara menolak dan mengacaukan adegan yang mereka lakukan, nyatanya wanita itu malah memiringkan kepala seakan memberi akses untuk berbuat lebih.
Saat bibir Sakti sudah menyentuh bibir Nara, Nara memejamkan mata dan menyambut hangat nafas Sakti. Rasa ragu sirna berganti dengan rasa menggebu untuk melakukan lebih dari sekedar kecup4n. Mobil Sakti menjadi saksi di mana Nara rela saat suaminya menge-cup, mencium dan melum4t dalam bibirnya. Semakin dalam dan li4r. andai saja tidak dikejutkan dengan dering ponsel Nara, mungkin Sakti akan melakukan yang lebih dari itu.
“Sak-ti,” pekik Nara mendorong pelan dad4 pria itu agar menjauh dengan nafas terengah.
Sakti tersenyum dan menjil4t bibirnya sendiri. "Manis, sangat manis.”
“Gila kamu, kita di mobil.”
“Gimana kalau kita pindah ke tempat lain. Kamar kita atau hotel?” Sakti menaik turunkan alisnya.
“Dasar mesum.” Nara menekan handle dan mendorong pintu.
“Heh, cium tangan dulu. Minta izin sama suami, biar berkah.” Dengan bangga Sakti mengulurkan punggung tangannya.
Kaki kiri Nara sudah turun, iya menoleh lalu mencium tangan suaminya. Gegas keluar dari mobil, Weni sudah menunggu di depan lobby sambil terkikik.
“Maaf aku ganggu kak."
Yang tadi menelpon ternyata Weni.
"Tadi Pak Martin telpon aku, beliau bilang ingin diskusi sekarang,” ujar Weni seakan tahu apa yang Nara dan Sakti lakukan.
Baru akan melangkah memasuki lobby, terdengar klakson. Sakti membuka kaca mobil dan melambaikan tangan lalu memberikan cium4n jauh.
“Mas Sakti so sweet banget kak.”
“So sweet dari mana, lebay iya.” Nara bergegas memasuki gedung sambil mengu-lum senyum mengingat apa yang baru saja dia lakukan bersama Sakti.
My first kiss, batin Nara.
ada aja bahasa lo sak, kalau kata nara mah lebay tapi dia demen mesam mesem sendiri😂😂
heran orang ko ribet banget ya biarin aja toh mereka ini yang nikah. situ kalau iri ya tinggal nikah nih sellir nganggur 😂😂
gayanya ngentol abis ra ehhhhhh demen juga kan di sekop sekop kerasakti🤭🤣🤣🤣🤣
bakal gimana itu keseruannya???