Katanya satu yang hilang dapat diganti dengan seribu yang datang. Tapi jika yang hilang adalah ibu, siapa yang mampu menggantikannya?
Meskipun begitu, aku memiliki seseorang yang mendampingiku. Merekapun menyayangiku tanpa syarat. Namun sayangnya, mereka malah saling memperebutkan aku. Hal inilah yang membuatku ditempatkan pada situasi yang sulit untuk memilih salah satu diantara mereka. Aku harus memilih antara menetap dengan kakak tiriku yang sejak kecil menemaniku ataukah pergi bersama kekasihku yang sangat aku cintai. Keputusan akhir yang kuambil adalah memilih untuk menetap. Tapi takdir punya rencana lain, ia malah mendatangkan kembali orang baru ke hidupku. Aku kembali di tempatkan di situasi yang sama yaitu dipaksa untuk memilih lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulyanee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Dapat ditahan Lagi
Munculnya kembali Ergi membuat Sanjaya kerepotan. Ia mengira dirinya telah memperoleh kemenangan dan membuat posisinya aman. Sanjaya pikir Seriya telah menjadi miliknya. Namun ternyata itu hanyalah damai sesaat. Sebelum ia akan menghadapi Ergi ia berencana untuk menyingkirkan dulu pemuda yang bernama Findra. Kemunculannya itu membuat keberadaannya kembali terancam.
Untuk menghadapi pemuda bernama Findra, Sanjaya cukup percaya diri. Karena ini akan berbeda dengan kasusnya bersama Ergi.
"Bocah ingusan itu bukanlah apa-apa di hadapanku. Keluarganya tidak seberpengaruh dan seberkuasa keluarganya Ergi. Kira-kira apa yang akan kulakukan padanya yah?"
Setelah berucap demikian Sanjaya pun merogoh saku jasnya untuk mengambil rokok. Dari kejauhan terdengar suara hentakan kaki yang terasa ringan mulai terdengar semakin nyaring. Dilangkah terakhir, ia hentakan kaki mungilnya sedikit lebih keras dengan posisi tangan yang sudah dilipat di dada. Ia pun kemudian menggerutu, "Kukira dengan menunggu aku akan mendapat sebuah alasan ataupun penjelasan. Nyatanya tidak seperti itu."
"Ada apa ini Seriya? Apa yang kulewatkan hari?"
"Tidak, tidak, tidak, bukan hari ini tapi beberapa hari yang lalu! Jika kau tidak mengingatnya berarti kau tidak menyayangiku."
Dengam rokok di tangannya yang bahkan belum menyala, Sanjaya hanya menghela nafas gusar setelah mendengar celotehan adik kecintaannya itu.
Seriya yang melihat Sanjaya hanya bisa menghela nafasnya saja membuatnya sedikit kecewa. Dirinya begitu terbuka kepada Sanjaya, apapun itu akan selalu Seriya libatkan Sanjaya di dalamnya sedangkan Sanjaya tidak demikian. Seriya tidak pernah merasa benar-benar mengenal kakaknya itu. Sanjaya terlalu menyimpan banyak misteri dalam hidupnya dan ia tidak membiarkan Seriya menilik ke dalam sana.
"Baiklah aku akan kembali ke kamarku saja. good night," ucapnya kemudian berlalu meninggalkan Sanjaya yang masih bungkam.
Tanpa melakukan apa-apa, Sanjaya hanya membeku. Ia sadar apa yang telah ia lewatkan sebenarnya. Hanya saja ia tidak punya alasan bagus yang bisa ia berikan kepada adiknya itu. Sanjaya memilih untuk bungkam daripada ia akan berkata salah.
"Setidak percaya itukah Sanjaya padaku? Sayang sekali padahal aku sangat-sangat mempercayainya."
Setelah berkata seperti itu, Seriya terkekeh sambil mengusap rambut panjangnya ke arah samping. Di dalam kamar Seriya hanya diselimuti oleh keheningan dan suara detakan dari jam. Seriya kemudian bangkit dari duduknya untuk mengambil handphonenya berniat menelpon Karissa.
Dalam sambungan telpon tersebut Seriya berkata, "Karissa kita bisa ketemu? Kalo kamu ngga sibuk sih."
"Aduh sorry to say, I bener-bener busy ini. I ngga bisa ketemu you hari ini. Tapi kalo besok I bisa kayaknya. What do you think?"
"Busy? Emang kamu lagi ngapain, need a help?" tawarnya. Sementara itu Karissa hanya menghela nafasnya panjang.
"Ahh ngga usah, I ngga butuh you!"
"You motherfucker, what did you say huh? How dare you!" teriak Seriya dibalik sambungan telepon.
"Wait, wait Seriya calm down. I lagi ngga butuh bantuan you sekarang, just for now," jelasnya untuk menenangkan Seriya.
"Why? Am I useless?" cicit Seriya dengan suara rendahnya.
"No Seriya, no. Oke alright I'll tell you. I lagi pacaran ini, you mau join?" Beber Karissa.
"WTF," sambungan telepon pun mati begitu saja yang membuat Karissa memutar bola matanya malas. Karissa pun sudah bertekad akan mendedikasikan waktunya untuk mas pacar. Ia akan menghiraukan dulu Seriya untuk hari ini, hanya hari ini.
"Kenapa cinta? Temenmu marah? Mau ganti jadwal date kita aja sayang?" dengan cepat Karissa menjawab, "No babe, you're so annoying."
Mendengar perkataan kekasihnya yang tiba-tiba dengan senang hati akan membatalkan date hari ini membuatnya kesal sampai ia menggigit bibir bawahnya dengan wajah yang merah karena menahan amarahnya. Karissa kesal lantaran ia sudah berdandan sesempurna ini hanya untuk kencannya yang akan dibatalkan.
Pacarnya Karissa kemudian terkekeh melihat tingkah menggemaskannya Karissa. Wanita seindependent dan seego Karissa bisa luluh juga di hadapan pria ini, "I love you," tuturnya lembut.
"What?"
"I say I love you."
Ungkapan itu membuat Karissa salah tingkah, wajahnya bahkan sudah berubah menjadi tomat matang. Ia masih belum terbiasa, padahal ungkapan cinta seperti itu sudah sering ia dengar dari mulut pria yang ada di hadapannya itu.
Di tengah keuwuan mereka, terdengar suara gebrakan yang keras dari luar restoran yang ternyata bersumber dari beberapa mobil yang saling bertabrakan.
Restoran yang didatangi Karissa ini memiliki dua lantai. Sekarang ia berada di lantai kedua dan memilih meja di dekat jendela yang menyuguhkan jalan raya.
"Oh god, Findra??" Pekik Karissa.
Beberapa menit yang lalu, Findra sedang menunggu seseorang di sebuah trotoar di dekat zebra cross. Karena terlalu lama menunggu, Findra memutuskan untuk menunggu di sebuah restoran di seberang jalan sana. Sambil menunggu lampu hijau untuk pejalan kaki menyala Findra sibuk berkutat dengan handphonenya.
Lampu hijau pejalan kaki pun akhirnya menyala. Findra kemudian mulai melangkah sambil masih berkutat dengan hpnya. Namun di sebelah arah kanannya Findra, melaju sebuah mobil sport putih dengan berkecepatan penuh tertuju ke arahnya Findra. Saking cepatnya, Findra tak sempat akan menghindar selangkah pun. Sesat Findra berpikir mungkinkah ini akhir dari hidupnya. Jika ia tertabrak oleh mobil dengan kecepatan seperti itu ia dirinya dipastikan akan berpindah alam.
Tanpa mengalihkan pandangannya dari mobil yang seperti berambisi akan menghabisinya Findra ditarik ke belakang dengan sangat cepat oleh seseorang. Findra bahkan sampai terbanting saking kuatnya tarikan tersebut.
Mustahil untuk mengerem mobil dengan kecepatan full itu. Ujung-ujungnya mobil itu menabrak semua mobil yang ada di hadapannya lalu menyeret beberapa orang pengendara motor. Saking cepatnya mobil itu mampu menyeret sampai 4 unit mobil dan beberapa unit motor.
Findra yang menyaksikan kecelakaan mengerikan itu hanya bisa melongo dan menutup mulutnya. Bukan karena terkejut tapi untuk menahan mual. Dipaksa harus menyaksikan adegan beberapa orang yang terlindas lalu terseret cukup jauh yang hanya menumpahkan darah segar kemana-mana membanjiri jalanan. Kini mobil yang tadinya berwarna putih berubah menjadi warna merah.
Masih dalam kedaan terduduk lemas pendengaran Findra berdengung keras bercampur dengan suara klakson dan teriakan orang-orang. Tidak lama setelah itu Findra kemudian kehilangan kesadarannya.
Di sisi lain karissa pun menyaksikan adegan mengerikan itu juga. Bahkan semua orang di restoran yang duduk di dekat jendela ikut histeris.
Karissa membeku sesaat kemudian tubuhnya luruh ke lantai. Alih-alih menghampiri kekasihnya, pria itu hanya lekat-lekat memperhatikan Findra yang tadi sempat mau menyebrang yang sekarang sudah terkapar di pinggir trotoar. Pandangannya kemudian beralih pada pria dewasa di belakangnya Findra dan ia yakin pria itulah yanh menarik Findra.
Kekasih Karissa lalu membuyarkan lamunannya lalu menghampiri sang kekasih yang dari tadi sudah luruh di lantai restoran.
"Ngga apa-apa sayang, it's okey Im here," bisiknya sambil memeluk Karissa.
Dipeluknya Karissa erat-erat sambil sesekali mengecup area pipi dan keningnya Karissa. Tubuh mungilnya Karissa yang gemetar perlahan mulai tenang seiring lamanya pelukan. Dirasa kekasihnya sudah benar-benar tenang, ia pun membawa Karissa ke luar dari restoran untuk menghiburnya.