NovelToon NovelToon
KEMBALINYA JENDERAL PERANG

KEMBALINYA JENDERAL PERANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Kisah cinta masa kecil / Dikelilingi wanita cantik / Percintaan Konglomerat / Bad Boy / Kriminal dan Bidadari / Rebirth For Love
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Update setiap hari!

Leon Vargas, jenderal perang berusia 25 tahun, berdiri di medan tempur dengan tangan berlumur darah dan tatapan tanpa ampun. Lima belas tahun ia bertarung demi negara, hingga ingatan kelam tentang keluarganya yang dihancurkan kembali terkuak. Kini, ia pulang bukan untuk bernostalgia—melainkan untuk menuntut, merebut, dan menghancurkan siapa pun yang pernah merampas kejayaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11 Kemarahan June

Sekilas, keheningan menyapu ruangan. Kata "ilegal" itu terasa berat, membuat beberapa anak buah Garka menunduk dalam rasa bersalah.

Alis Leon mengernyit, sorot matanya dingin. “Ilegal?” Nada suaranya seperti cambuk. “Kalian bahkan rela membiayai perut geng lain untuk tetap hidup? Apa kalian benar-benar ingin jadi budak selamanya?”

Garka menghela napas berat, lalu akhirnya bersuara. “Kami juga tidak ingin begitu, Leon. Tapi kau harus tahu bagaimana birokrasi di Orvelle. Mengurus izin menjual minuman keras itu sulit, lebih sulit dari sekadar mendirikan bar. Dan kalau pun kami berhasil, pajak bulanannya bisa menelan lebih banyak dari penghasilan kami. Mau tidak mau, kami terpaksa mencari distributor ilegal.”

Leon berdiri tegak, menatap Garka cukup lama. Ada amarah, ada rasa muak, tapi juga ada secercah pemahaman. Ia lalu menoleh ke seluruh ruangan.

Iamenarik napas panjang. Tangannya mengepal di belakang punggung, sorot matanya mengiris ke tiap wajah yang ada.

“Louis.” Suaranya dalam, seperti perintah yang tak bisa dibantah.

Pria berkacamata itu mendongak, kaget dipanggil namanya. “Y-ya, Tuan Leon?”

"Aku ingin kau mengurus izin menjual minuman keras. Cari celah, cari jalan. Aku tak peduli berapa harga yang harus kita bayar setiap bulannya—kita akan buat bar ini legal. Mengerti?”

Louis menelan ludah keras, lalu mengangguk cepat. “M-mengerti, Tuan!”

Leon menoleh tajam pada Garka. “Dan kau, Garka. Putuskan hubungan dengan Geng Viper. Mulai malam ini, jangan ada setetes pun minuman mereka mengotori meja kita. Kau mengerti?”

Garka terdiam, matanya goyah sesaat, tapi akhirnya mengangguk mantap. “Baiklah!”

Lalu tatapan Leon menyapu seluruh ruangan. “Mulai sekarang, tidak ada yang boleh duduk santai di sini sambil menunggu keajaiban. Kalian akan cari tahu setiap bar, setiap pabrik, setiap gudang minuman di distrik ini. Catat harganya, hubungi pemiliknya, cari tahu siapa yang bisa kita ajak kerjasama. Aku ingin semua laporan ada di mejaku dalam waktu satu minggu.”

Suara gemuruh persetujuan mulai terdengar dari para anak buah. Beberapa wajah yang tadi murung kini menyala dengan semangat baru.

Leon lalu menepuk meja dengan keras, suara kayunya memantul ke dinding. “Berbanggalah kalian semua karena aku sudah kembali. Aku berjanji akan membuat bar ini menjadi yang terbesar di distrik Orvelle, tidak, mungkin terbesar di seluruh Lunebridge City!"

Sorakan pecah, menggema keras di dalam ruangan sempit itu. Orang-orang berdiri, mengepalkan tangan, semangat mereka meledak. Bahkan Garka, pria keras kepala itu, tak mampu menahan haru—matanya berkaca-kaca, pundaknya bergetar.

Beberapa saat kemudian, satu per satu orang mulai beranjak pergi dengan langkah yang lebih ringan. Louis sibuk menenteng catatan tebalnya, wajahnya antara gugup dan bersemangat karena mendapat tugas penting. Garka masih duduk, menenangkan diri, sebelum akhirnya ikut berdiri untuk keluar.

Namun suara Leon menahannya. “Garka.”

Pria itu menoleh, sedikit bingung. “Ya?”

Leon menatapnya lama, nadanya kini lebih tenang dari sebelumnya. “Adikmu… bagaimana keadaannya?”

Mata Garka meredup. Ia menarik napas berat, suaranya sedikit bergetar. “Sejak kecil tubuhnya memang lemah. Kadang bisa melewati hari dengan senyum, kadang seharian hanya berbaring. Aku sudah terbiasa. Tapi… sejak masalah dengan keluarga D’Arvenne, penyakitnya semakin parah. Dia sering batuk darah. Aku…” suaranya serak, “aku tidak tahu berapa lama lagi bisa menjaganya.”

Keheningan menggantung di udara. Leon menatap Garka dengan mata yang tak lagi dingin, melainkan penuh pemahaman.

“Aku kenal seseorang,” ucap Leon pelan tapi penuh perhatian. “Seorang dokter yang hebat, dia mungkin bisa membantu adikmu, tidak pernah mengkhawatirkan masalah biaya.”

Garka terbelalak, matanya membesar. “Serius, Leon?”

Leon mengangguk. “Aku tidak menjanjikan kesembuhan total. Tapi aku janji akan mengusahakan jalan. Kau tidak sendirian dalam hal ini.”

Air mata akhirnya menetes di sudut mata Garka. Ia buru-buru menunduk, menutupi wajahnya dengan tangan besar yang biasanya hanya tahu cara membuat wajah menjadi bubur.

“Terima kasih… Leon. Aku… aku tidak tahu harus berterimakasih seperti apa…”

Leon menepuk bahunya pelan. “Jaga dirimu, dan jaga orang-orangmu. Sisanya… biar aku yang urus.”

Untuk pertama kalinya sejak lama, Garka merasa ada cahaya yang menembus kegelapan yang selama ini menelannya.

...

Sementara itu, di Grand Hall Lounge, sebuah tempat hiburan paling mewah di pusat distrik malam Lunebridge City.

Lampu-lampu kristal menggantung rendah, musik jazz pelan bergema di udara, aroma wine dan parfum mahal bercampur jadi satu. Para tamu berdandan elegan, wanita-wanita dengan gaun malam berkilau, pria-pria dengan jas mahal, semua menenggak minuman di bawah cahaya lampu temaram.

Di sebuah sofa kulit hitam di ruangan pribadi, duduk seorang pria muda berwajah tampan dengan rambut pirang terbelah rapi, anting tipis berkilat di telinganya. Dua wanita cantik melingkar di sisinya, tertawa manja sambil menuangkan minuman.

Namun ekspresi pria itu sama sekali tidak menikmati suasana. Matanya menyala penuh amarah, rahangnya mengeras, jemarinya mengetuk gelas kristal dengan ritme yang membuat kedua wanita itu gugup.

Dia adalah June D’Arvenne.

Ketika Jack datang dengan wajah lebam dan tubuh bergetar di hadapannya. Beberapa anak buah June melirik sebentar sebelum mengabaikannya. Semua tahu, siapa pun yang masuk ke ruangan June dengan keadaan seperti itu sedang menghadapi badai.

June mendengus kasar, lalu mendorong kedua wanita di sisinya dengan penuh kebosanan. “Keluar.”

Kedua wanita itu saling pandang, lalu segera bangkit dengan kikuk, meninggalkan meja tanpa berani mengucapkan sepatah kata pun.

Kini hanya tersisa June, Jack, dan beberapa pengawal yang berjaga tak jauh dari pintu masuk.

June berdiri perlahan, menegakkan tubuhnya. Sorot matanya menancap tajam pada Jack yang menunduk gemetar. Suaranya rendah, namun penuh racun.

“Jack…” ia menghela napas panjang, lalu menyeringai tipis. “Kau sudah kuberi uang. Kuberi senjata. Bahkan kuberi orang-orangku untuk mendukungmu. Dan apa hasilnya?” Ia menendang meja kecil di sampingnya hingga gelas mahal pecah berhamburan. “Kau kembali padaku… dengan wajah seperti anjing jalanan yang kalah berkelahi!”

Jack menelan ludah, tubuhnya semakin kaku. “S-saya minta maaf, Tuan June… saya hampir mendapatkannya. Bar itu hampir jatuh ke tangan kita… tapi—”

June memotong dengan tatapan membunuh. “Tapi apa?”

Jack gemetar. “Ada seseorang… yang ikut campur.”

Ruangan mendadak sunyi. Pengawal June saling pandang, namun tak berani bersuara.

Alis June terangkat, suaranya dingin. “Seseorang?”

Jack mengangguk cepat. “Ya… dia menghajarku dan semua anak buahku… sendirian. Dia sangat cepat, sangat kuat. Saya yakin dia bukan orang biasa.”

June mendekat, wajahnya kini hanya sejengkal dari Jack. Tatapannya bagaikan belati yang menancap di dada lawannya. “Siapa dia?"

Jack menunduk, suaranya bergetar. "S-saya tidak tahu, Tuan..."

June terdiam sejenak. Lalu tiba-tiba—

CRANK!

Gelas kristal di tangannya dilempar keras ke lantai, pecah berkeping-keping. Ia memijak pecahan kaca dengan sepatu kulit mahalnya tanpa peduli apapun.

Suara tawanya dingin, penuh kebencian. "Aku kira kau berguna, Jack. Aku salah menilaimu... Lalu kau datang ke hadapanku hanya untuk memberi kabar kalau ada orang yang lebih jantan darimu di jalanan Orvelle?”

Jack jatuh berlutut, wajahnya pucat. “T-tidak, Tuan! Maksudku—”

Namun June tak lagi mendengarnya. "Kurasa sudah waktunya menertibkanmu, Jack..."

1
Hendra Saja
sampai saat ini menarik....MC nya Badas...
Hendra Saja
semangat up Thor.......makin seru
Rudik Irawan
sangat menarik
Kustri
☕semangat UP😍
Cha Sumuk
mantap mc cowok nya ga kaleng2 bnr..
Caveine: makasih kak🥰🥰
total 1 replies
Kustri
kutemani thor☕☕☕untukmu💪
Caveine: makasih bang 🥰🥰
total 1 replies
Kustri
wajib dibaca!!!
Kustri
waduuuh jgn biarkan wanitamu dipermalukan , leon
ayooo muncullah!!!
Kustri
weee... leon curi start
gmn malu'a klu tau angeline anak si komandan🤭😄
Kustri
angeline anak komandan?
Kustri
tambah semangat 💪
Kustri
woii tanggung jwb kau, leon🤭
Kustri
apa edward kakak leon
Kustri
latihlah anak" buah garka spy lbh tangguh
Kustri
uuh.... kalimat"mu, keren
sangtaipan
mantap
Kustri
gaaaas pooll
Kustri
wkwkkkk... victor polisi penjilat, rasakno!!!
ternyata sang komandan telah mengenal leon
Kustri
siap thor!
ah, leon akhir'a dpt sekutu
Kustri
seruuu...!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!