Ziudith Clementine, seorang pelajar di sekolah internasional Lavante Internasional High School yang baru berusia 17 tahun meregang nyawa secara mengenaskan.
Bukan dibunuh, melainkan bunuh diri. Dia ditemukan tak bernyawa di dalam kamar asramanya.
Namun kisah Ziudith tak selesai sampai di sini.
Sebuah buku usang yang tak sengaja ditemukan Megan Alexa, teman satu kamar Ziudith berubah menjadi teror yang mengerikan dan mengungkap kenapa Ziudith memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana selanjutnya
Kembali berada di health center, Megan merasakan kepalanya seperti tertimpa beban yang cukup besar. Sakit sekali!
"Kau sudah sadar? Maafkan aku, aku tidak membantu mencegah kematian---" Arkana yang bicara.
"Hiks.. Aku sudah mencegahnya Ar! Aku sudah mencegahnya.. Aku sudah pastikan dia masuk ke laboratorium. Bukan pergi ke taman... Tapi, tapi..." Megan menutupi wajahnya dengan telapak tangan.
"Harusnya dia masih hidup! Harusnya bukan seperti itu cara dia meninggal.. Ar, aku sudah memintanya untuk tetap di kelas.. Tapi nyatanya, dia tetap pergi. Dia tetap meninggal!"
Arkana akan memeluk Megan tapi langsung didorong Samuel.
"Aku peringatkan! Jangan dekati Megan lebih dari ini! Sekarang lebih baik kau pergi! Dia tidak membutuhkan mu di sini!" Ancam Sam dengan menunjuk wajah Arkana lalu memberikan gesture agar Arkana meninggalkan health center.
Tidak ingin membuat keributan, Arkana memutuskan untuk keluar dari ruang kesehatan tersebut. Samuel mendekati Megan lagi, dia ingin memeluk kekasihnya.
"Kamu masih tidak percaya dengan ucapan ku kan? Lalu untuk apa kau ada di sini??" Megan memukul lengan Samuel keras.
Samuel memilih diam. Diamnya bukan membenarkan tentang buku terkutuk yang terus-terusan dianggap Megan sebagai ramalan kematian karena jelas, logikanya sama sekali tidak bisa menerima semua yang dikatakan Megan. Dia tetap menganggap semua itu hanya kebetulan yang secara tidak sengaja bisa tertuang di buku tersebut.
Kebetulan berkali-kali? Bukankah seharusnya Samuel bisa sedikit saja mempercayai apa yang Megan ucapkan?
.
.
Lavente diliburkan selama satu minggu. Hal itu untuk membenahi sistem keamanan di dalam sekolah, serta memastikan sekolah elite tersebut terhindar dari isu-isu tak sedap mengenai buruknya fasilitas yang ada di sana.
Mau menyalahkan siapa atas meninggalnya Rebecca? Mesin laser serat fiber yang tidak dimatikan sebelum laboratorium ditutup? Beaker glass yang ternyata ada di lantai dan membuat Rebecca tergelincir sampai mendaratkan kepalanya ke mesin laser? Atau mungkin menyalahkan Rebecca sendiri karena semua yang dia alami adalah keteledorannya sendiri?
Yang jelas setelah kematian Rebecca, Lavente menutup sekolah selama satu minggu.
Pagi di rumah Megan. Satu hari sebelum gadis itu berangkat kembali ke asrama untuk menempuh pendidikan di sana, Megan terlihat berada di depan rumahnya. Tidak melakukan kegiatan apapun, hanya duduk saja memandang halaman rumah dengan tatapan kosong. Dia makin terlihat seperti mayat hidup.
"Megan, kau belum makan dari semalam. Jika seperti ini terus, kau akan sakit sayang."
Megan menggeleng memberi tanda jika dia tidak ingin apapun. Dia sudah cukup kenyang hanya dengan mengingat tentang kengerian yang terjadi akhir-akhir ini di sekolahnya.
"Apa kau ingin ke mall, sayang? Ada tas keluaran terbaru yang pasti cocok buatmu. Papamu baru saja memenangkan tender, jadi tidak apa jika sesekali kau ingin memanjakan diri seperti teman-teman mu yang lain."
"No mam. Aku sedang tak ingin pergi kemanapun. Bahkan aku takut untuk kembali ke sekolah itu.. Di sana mengerikan. Apakah aku bisa pindah sekolah saja, mam?"
"Honey.. Sayangnya itu tidak mungkin dilakukan. Kau tau kan Lavente adalah gerbang menuju masa depan yang cemerlang. Papamu saja lulusan dari sana. Dan kau juga pasti tahu, banyak alumni Lavente yang memiliki nama besar serta sukses di kehidupannya. Menjadi artis, pejabat, seniman, musisi, atau profesi apapun akan mudah diraih jika kamu adalah salah satu alumni Lavente, sayang."
Sudah Megan duga jika orang tuanya akan berkata seperti itu. Lagi-lagi Megan diam. Dia teringat pada kejadian yang menyebabkan Rebecca meninggal, bukan dari pisau mesin pemotong rumput yang meluncur di kepalanya seperti yang tertulis di buku. Tapi Rebecca meninggal gara-gara kepalanya 'dihajar' oleh mesin yang biasanya digunakan untuk memotong logam. Sama-sama berakhir dengan kematian, namun jalan ceritanya berbeda.
"Mam, aku ingin menemui temanku. Apa boleh aku pergi keluar sebentar?"
"Tentu saja. Gunakan waktu liburan mu dengan baik, Megan. Jangan selalu mengurung diri di kamar."
Mendapat ijin dari orang tuanya, Megan segera mengambil ponsel dan meminta supir untuk mengantarkannya ke kafe Rosemary. Dia menghubungi seseorang untuk bisa menemuinya di kafe tersebut.
Sampai di kafe Rosemary, Megan langsung melangkahkan kaki di spot yang dia inginkan. Ternyata dia datang lebih dulu dari pada orang yang ingin Megan temui. Ya, orang yang dihubungi Megan setuju untuk menemui gadis berambut hitam legam itu. Siapa juga yang bisa menolak ajakan seorang Megan?
Lima belas menit menunggu, Megan akhirnya melihat sosok yang dia nantikan. Orang itu sedikit berlari mendatangi meja yang Megan pesan.
Lelaki dengan tinggi badan di atas rata-rata itu mengunakan outfit kasual. Santai tapi tentu saja menonjolkan ketampanannya.
"Aku minta maaf. Aku harus menyelesaikan satu sesi latihan terlebih dahulu sebelum bisa ke sini. Apa kau menunggu lama?" Tanya Arkana basa-basi. Ya, orang yang sedang Megan ajak bertemu sekarang adalah Arkana.
"Tidak masalah. Asal kau datang, menunggu sebentar tidak masalah.." Jawab Megan.
"Jadi..?" Arkana bertanya maksud Megan mengajaknya bertemu.
"Ini tentang The Book. Kau sudah baca apa yang tertulis di sana kan? Kau juga pasti masih ingat bagaimana Rebecca bisa meninggal dunia..?"
Arkana mengangguk. "Lalu?"
"Semua itu tidak terjadi! Rebecca meninggal bukan karena kepalanya terbelah oleh alat pemotong rumput, tapi karena mesin laser di laboratorium!" Ujar Megan.
Dia mengeluarkan buku itu dari dalam tasnya. Dia sodorkan ke arah Arkana.
"Jadi, apa yang tertulis di sini melenceng? Tapi, meski begitu Rebecca tetap meninggal kan?"
"Iya. Rebecca tetap meninggal meski aku sudah mencoba menghentikannya pergi ke taman. Tidak ada kepastian tentang keselamatan orang yang sudah ditargetkan oleh buku ini, meski kita bisa menghalanginya menjemput maut melalui petunjuk di sini." Megan mengetuk The Book dengan jari telunjuknya.
"Lalu bagaimana, kau menyerah? Apa kau akan abai seperti biasanya? Membiarkan apa yang tertulis di buku ini berjalan sebagai mana mestinya?" Tanya Arkana dengan wajah datar tanpa ekspresi.
"Jangan gila! Yang kau maksud 'berjalan sebagai mana mestinya' itu adalah rentetan kejadian meninggalnya nyawa manusia! Aku tidak ingin mengulang kesalahan ku lagi. Kali ini aku tidak akan diam atau mengabaikan apapun, kau tau itu kan! Aku butuh kamu untuk membantuku, Ar!"
"Baiklah, aku mengerti. Jadi kita lanjutkan misi menyelamatkan target buku ini meski endingnya mereka akan tetap mati, begitu?"
"Kenapa kau menyebalkan sekali, hah! Harusnya aku tidak mengajak mu bertemu! Ucapan mu tadi membuat ku ingin menampar mu, kau tau?! Kita saja belum berusaha apapun, kenapa sudah bilang jika endingnya korban dari buku ini pada akhirnya akan mati??" Megan kesal bukan main. Dia sampai melotot ke arah Arkana.
Arkana diam saja. Dari pada bicara tapi makin membuat Megan emosi, Arkana memilih mengambil The Book dan membuka halaman yang belum dia baca. 'Kematian keenam'
"Kita harus berusaha menyelamatkan target keenam, agar kita tahu usaha kita nantinya berhasil atau sia-sia!" Ucap Megan sambil melihat Arkana yang sedang serius membaca buku.
"Oke." Sahut Arkana singkat.
Kan Megan pemeran utamanya
tadinya kami menyanjung dan mengasihaninya Krn nasib tragis yg menimpanya
tapi sekarang kami membencinya karena dendam yg membabi-buta
dikira jadi saksi kejahatan itu mudah apa?
dipikir kalo kita mengadukan ke pihak berwajib juga akan bisa 'menolong' sang korban sebagaimana mestinya?
disangka kalo kita jadi saksi gak akan kena beban moral dari sonosini?
huhhhh dasar iblissss, emang udh tabiatnya berbuat sesaddddd lagi menyesadkannn😤😤😤
karna kmn pun kamu pergi, dia selalu mengikutimu
bae² kena royalti ntar🚴🏻♀️🚴🏻♀️🚴🏻♀️
Megan tidak pernah jahat kepada ziudith,tapi kenapa Megan selalu di buru oleh Ziudith???!
Apakah Megan bakal kecelakaan,smoga enggak ah.. Jangan sampe
mau diem, diteror terus.. mau nolong, ehh malah lebih horor lagi juga🤦🏻♀️