Hari ini adalah hari pernikahan Almira dan Galang. Semua tamu sudah berkumpul di ruangan akad.
" Dimana pengantin laki-laki nya? Akad harus segera di mulai." Tanya pak penghulu pada Almira.
Almira tersentak diam. Masalahnya sudah hampir setengah jam dia duduk di sana sendiri. Namun Galang belum juga terlihat.
Almira menoleh ke kiri. Dia menatap wanita yang akan menjadi ibu mertuanya yang duduk tidak jauh darinya. Zora, mamanya Galang tersenyum getir sambil mengangguk pada Almira. Meminta Almira menunggu sebentar lagi.
Sebab sebelumnya Galang sudah mengirimkan pesan, bahwa dia tidak akan datang untuk menikahi Almira.
Almira yang mengetahui hal itu tidak bisa berkata apa pun. Dia hanya dengan airmata yang terus menetes membasahi pipi nya.
Tapi dengan tegas Aksa, Abang dari Galang melangkah maju dan mengatakan siap untuk menggantikan posisi Galang untuk menikahi Almira.
Mampukah Almira menerima pernikahan ini? Menikah dengan laki - laki
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Anakku
*****
Galang berjalan gontai menuju ruang tamu dimana kedua orangtuanya duduk dengan ekspresi yang tenang. Ketika sampai di depan mereka, dia menghela napas dalam-dalam sebelum membuka suara.
"Ma, Pa, aku mau memberitahu sesuatu." Ucap Galang dengan suara bergetar, mencoba mengumpulkan keberanian.
" Sebenar nya sekarang ini Hilda sedang hamil, ma. Dia sedang mengandung anak aku. Cucu mama dan papa."
" Alhamdulillah... Sekarang Hilda nya mana?" Ucap Zora dengan senang.
Sedangkan Bastian hanya diam tak menunjukkan ekspresi apa pun.
" Hilda hamil sebelum kamu menikah." Ujar Galang.
Mendengar itu, wajah Bastian dan Zora berubah drastis. Bastian menatap Galang tajam, sementara Zora, mulutnya terbuka tanpa suara.
" Astaghfirullaladzim... Bisa - bisa nya kamu melakukan hal memalukan seperti itu. Apa orang tua Hilda mengetahui hal ini?" Bastian mengusap wajah nya kasar.
" Itulah masalahnya, Pa. Saya tidak tahu di mana orang tua Hilda, dan mereka juga tidak tahu kami sudah menikah. Lagi pula, Hilda juga tidak mau memberi tahu orang tua nya soal kabar ini. Aku terpaksa menikahi Hilda dengan segera karena tidak ingin anak aku lahir tanpa ayah. Aku juga tidak mau anak aku di bilang anak yang lahir di luar pernikahan. Itu sebab nya aku berangkat ke Jepang secara mendadak. Pekerjaan itu hanya alasan saja, ma pa. Agar mama dan papa juga Almira tidak curiga." Jawab Galang, rasa bersalah semakin membebani hatinya.
" Dan ini lah kenapa aku harus menjelaskan semua nya pada Almira. Aku ingin dia tahu cerita yang sebenar nya, ma. Aku tidak ingin Almira membenciku dan mengira aku tidak serius ingin menikahi nya."
" Almira tidak butuh lagi penjelasan dari kamu. Semua nya sudah terjadi kan? Toh sekarang Almira sudah menikah dengan Aksa. Jadi tidak ada lagi yang perlu kamu khawatir kan." Sahut Bastian.
" Tapi, pa..."
" Sudah lah, Galang. Papa tidak mau mendengar penjelasan apa pun lagi dari mulut kamu. Pengakuan kamu ini sudah sangat membuat kami kecewa. Sebaik nya sekarang kamu tanya Hilda dimana orang tua nya. Kita harus melamar ulang Hilda dan mengatakan semua ini kepada orang tua nya. Jangan sampai orang tua nya melaporkan kamu atas tuduhan penculikan atas anak nya." Potong Bastian tak ingin lagi mendengar alasan Galang.
Kedua orang tua itu saling pandang, lalu kembali memandang Galang dengan ekspresi yang penuh kebimbangan.
" Sekarang aku merasa menyesal telah menikahi Hilda, ma. Aku menyesal meninggalkan Almira demi Hilda." Rengek Galang seraya menunduk.
" Istighfar, Galang. Ingat anak yang ada di dalam kandungan Hilda.itu anak kamu." Ujar Zora.
" Aku bahkan tidak pernah menginginkan kehamilan Hilda, ma." Bantah Galang.
" Galang... Istighfar Galang ..."
Ruang tamu yang semula hangat kini terasa begitu hening dan berat, tiap kata yang diucapkan Galang seolah meninggalkan bobot yang mendalam di hati mereka.
*
*
*
" Dari mana kamu? Masih mencoba menghubungi adik angkat kamu itu?" Tanya Hilda dengan nada mengejek saat Galang masuk ke dalam kamar mereka.
Mata Galang menatap nyalang ke arah Hilda. Dia tidak suka jika Hilda menyindir nya seperti itu.
" Itu bukan urusan kamu." Jawab Galang cuek.
" Itu urusan aku, karena aku ini istri kamu. Kamu marah? Kamu marah karena kamu tidak jadi menikah dengan adik ipar kamu itu?" Pekik Hilda.
Galang mendekati Hilda dan berdiri di hadapan Hilda.
" Jangan sampai aku mengusir kamu dari sini, Hilda."
" Kamu kenapa sih, Lang?" Tanya Hilda kaget saat Galang mengancam akan mengusir nya.
" Kamu tanya aku kenapa? Harus nya kamu tahu, kenapa aku seperti ini?"
" Oh... Kamu mau bilang kalau kamu seperti ini karena kamu gagal menikah dengan Almira. Iya?" Jawab Hilda.
" Itu kamu tahu. Dan kamu tahu kenapa aku nggak jadi menikah dengan dia?" Tanya Galang dengan nada tinggi.
" Karena kita sudah menikah." Jawab Hilda.
" Dan kenapa aku harus menikah dengan kamu?" Tanya Galang lagi.
Hilda mendesah frustasi dan menjauh dari Galang.
" Kenapa sih, Lang? Kita harus membahas masalah ini berulang kali?" Protes Galang.
" Oke. Kita tidak akan membahas masalah ini lagi. Kalau gitu kamu siap - siap." Pinta Galang.
" Siap - siap? Kita mau kemana?"
" Kamu akan tahu nanti."
Tak lagi banyak pembicaraan, Galang pun berlalu dari hadapan Hilda. Membiarkan Hilda terdiam sendiri larut dalam kebingungan nya sekarang ini.
Dengan rasa cemas dia hanya bisa mondar mandir di kamar itu sendiri.
*
*
*
Ternyata Galang mengajak Hilda ke dokter kandungan untuk memeriksa kan kandungan Hilda.
" Semua nya baik - baik saja. Bayi nya juga sangat aktif, sehat. Ibu nya juga sangat sehat. Apa ada keluhan yang lain?" Ucap Dokter menjelaskan hasil pemeriksaan nya pada Hilda dan Galang.
Hilda hanya mengangguk dengan senyuman nya. Walau pun sebenar nya di balik senyuman nya tersimpan segunung kekhawatiran.
" Maaf dokter, sebenar nya kandungan istri saya sudah berapa bulan ya? Soal nya saya lihat, perut istri saya sudah mulai membesar, dokter." Tanya Galang.
Hilda melotot seketika. Dia mulai ketakutan. Keringat bercucuran di kening nya.
" Oh. Itu biasa di rasakan oleh pasangan calon orang tua baru. Kadang ibu nya juga sering salah dalam menghitung bulan. Tapi kandungan istri bapak sekarang memasuki Minggu ke enam belas." Jawab Dokter dengan ramah.
" 16 Minggu dokter? Berapa bulan ya?" Tanya Galang lagi.
" Empat bulan, pak. Masuk bulan ke lima."
Tamat sudah riwayat Hilda kali ini. Hilda hanya bisa pasrah memainkan mata nya. Tak berani menatap mata Galang.
*
*
*
Setelah keluar dari ruang dokter spesialis kandungan, Galang terus saja berjalan dengan langkah yang besar meninggalkan Hilda di belakang nya yang terus memanggil dan mengikuti langkah Galang.
" Galang ... Tunggu Galang ..." Panggil Hilda.
Galang berhenti.
" Kamu sudah membodohi aku selama ini, Hilda. Kamu sudah membohongi aku dan keluarga ku. Aku tidak akan pernah memaafkan kamu sampai kapan pun." Tunjuk Galang penuh amarah lada Hilda.
" Galang, please. Sorry... Maaf kan aku. Aku bisa jelaskan semua nya. Percaya sama aku, Lang." Rengek Hilda mencoba menggapai tangan Galang, tapi Galang terus menjauhkan nya.
" Aku tidak punya sisa kepercayaan lagi untuk kamu. Untuk wanita pembohong seperti kamu. Dan kamu tidak perlu jelaskan apa pun lagi pada ku. Semua nya sudah jelas. Anak yang ada dalam perut kamu itu, bukan anak ku." Ucap Galang dengan menaikkan nada suara nya.
" Dan sebaik nya kamu bereskan semua barang - barang kamu. Angkat kaki dari rumah orang tua ku."
" Lang, jangan usir aku. Aku tidak punya tempat lain. Aku tidak punya siapa - siapa selain kamu, Galang." Mohon Hilda dengan tetesan air mata nya.
" Kamu punya orang tua kan? Jadi pulang saja ke rumah orang tua kamu."
" Nggak mungkin, Lang. Mereka tidak akan mau menerima aku dalam kondisi seperti ini."
" Begitu juga dengan aku. Aku tidak Sudi menerima perempuan murahan seperti kamu tinggal di rumah keluarga ku."
" Galang, aku mohon Lang. Maaf kan aku. Dengar kan penjelasan aku dulu, Lang."
" Aku sudah nggak mau dengar apa pun yang keluar dari mulut kamu. Semua itu hanya kebohongan saja bukan? Yang jelas anak itu bukan anak aku." Tunjuk Galang pada Hilda dan pada perut Hilda yang terus Hilda pegang dari tadi.
" Aku mohon, Lang. Jangan usir aku. Minimal tunggu sampai anak ini lahir, Lang. Aku mohon , Lang."
" Tidak."
Galang menjauhkan tangan Hilda yang menyentuh lengan nya. Lalu pria itu pergi meninggalkan Hilda dengan langkah yang cepat.
Hilda kehabisan akal sekarang. Tak tahu lagi harus memikirkan apa. Galang sudah membuang nya karena terbukti Hilda hamil bukan anak Galang.
Hilda terduduk lemas di rumah sakit. Dia terus saja menangis meratapi nasib nya sekarang. Juga nasib anak yang tidak berdosa yang harus menerima akibat nya.
Nasi sudah menjadi bubur. Semua nya sudah terjadi. Sekuat apa pun Hilda memohon maaf dan ampunan pada Galang. Sulit untuk Galang mempercayai nya lagi untuk saat ini.