Wang Wu Xie hidup damai bersama keluarganya di perbatasan dunia fana dan dunia kultivasi. Namun jauh di dalam hatinya, tumbuh kerinduan akan dunia yang lebih luas dan keinginan untuk menapaki jalan keabadian.
Suatu malam, ia bermimpi tentang sosok misterius yang melawan tiga tetua sekte besar demi mempertahankan Pusaka Penentang Langit dan Kitab Reinkarnasi. Mimpi itu terasa terlalu nyata untuk sekadar bunga tidur.
Siapa sebenarnya sosok dalam mimpi itu? Apa hubungannya dengan darah Wang Wu Xie sendiri?
Pertanyaan-pertanyaan itu akan menyeretnya menuju takdir yang tidak pernah ia bayangkan.
Penuh ketegangan dan intrik, jadi ikuti misteri yang ada dalam cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hamtaro Dasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4 - Menjadi Budak Tambang
Desa Bai Shui, dan merupakan tempat tinggal Wang Wu Xie—berada di bawah langit Benua Zhengyuan. Sebuah benua yang terbagi atas dua wilayah besar.
Di barat dan selatan, terbentang hamparan hijau yang luas, ladang padi yang tenang, sungai yang berliku, dan peradaban manusia yang hidup mengikuti musim. Inilah Wilayah Dunia Fana—tempat manusia dilahirkan, mencintai, lalu dilupakan oleh waktu.
Kemudian di balik kabut tebal dan jurang tanpa dasar, tersembunyi dunia lain. Dunia yang tidak mengenal usia—tempat energi langit dan bumi berpadu dalam keheningan. Gunung-gunung menjulang melawan langit, sekte-sekte kuno berdiri di atas awan, dan makhluk abadi berjalan tanpa bayangan. Inilah Dunia Kultivator, wilayah timur dan utara Benua Zhengyuan—tempat rahasia langit disimpan dan kekuatan sejati dilahirkan.
Memisahkan kedua wilayah itu adalah zona perbatasan yang oleh para leluhur disebut sebagai Gerbang Jingyuan—terbentuk dari Hutan Kabut Jingyuan, Lembah Tidak Berdasar, dan Dinding Dimensi Spiritual yang memiliki lapisan tidak kasatmata dan hanya bisa disentuh oleh mereka yang telah menapaki jalan kultivasi.
Dinding ini bukan sekadar batas dunia, tetapi penahan kekacauan. Ia menjaga agar riak perang antara para sekte di Dunia Kultivator tidak menumpahkan darah ke tanah para manusia awam. Ia memisahkan langit dan bumi—kehidupan makhluk Fana dan Abadi.
Di ambang perbatasan itu, dibalik bukit kecil—Desa Bai Shui pun berdiri. Tempat manusia biasa seperti Wang Wu Xie tinggal dan lokasi yang pertama kali akan terancam jika terjadi invasi dari Dunia Kultivator.
Sama seperti sekarang, di mana kondisi Desa Bai Shui sudah tidak bisa dijelaskan lagi. Tempat yang semula terlihat indah, penuh dengan kedamaian dan tawa gembira—kini berubah menjadi tanah yang terbakar hingga tidak lagi memiliki tanda kehidupan.
*
*
Dunia Kultivator—Lembah Iblis Abadi—Sekte Iblis Hitam.
Kereta hitam berukir simbol kuno melayang di udara, ditarik oleh kuda spiritual berkulit hitam legam dengan mata merah menyala. Rantai energi gelap menghubungkan kuda-kuda itu dengan kereta, mengeluarkan suara berderak seperti bisikan iblis setiap kali bergerak. Di bawahnya, tanah dan pepohonan mati hanya terlihat sebagai bayangan yang bergeser cepat, tertelan kabut kelam dari wilayah tempat Sekte Iblis Hitam berada.
Tempat ini terpisah dari Dunia Fana, di mana udara terasa berat hingga menusuk paru-paru. Langit di tempat ini berwarna hitam kelam dan sama sekali tidak terlihat satu sinar matahari.
Wilayah Lembah Iblis Abadi berada di antara tebing-tebing curam, dipenuhi pepohonan mati dengan cabang-cabang yang menyerupai tangan bengkok—seolah ingin menangkap mangsa. Hanya hewan buas dan tanaman beracun yang sanggup bertahan di tempat ini.
“Cepat turun!” bentak salah satu anggota Sekte Iblis Hitam sambil menarik kasar para warga Desa Bai Shui yang mereka culik. Beberapa orang terhuyung, bahkan ada yang jatuh tersungkur di tanah kering berdebu.
“Lambat sekali…!” seru seorang anggota lain, menarik Yun Mei dengan kasar. Wanita itu segera meraih dan memeluk erat putranya, Wang Wu Xie.
Di sisi lain, hal pertama yang dilihat Wang Wu Xie adalah sebuah mulut gua raksasa, yang menganga lebar di tengah tebing. Dia bisa merasakan bahwa dari dalam gua tersebut, hembusan udara dingin bercampur bau logam dan belerang merayap keluar dan membuat bulu kuduk siapa pun berdiri.
Di sanalah, para warga Bai Shui akan dijadikan budak tambang—dipaksa menggali batu roh untuk Sekte Iblis Hitam, tanpa harapan pulang, apalagi melihat sinar matahari.
Usia Wang Wu Xie meski sangat muda, tetapi dia tahu bahwa hari-harinya tidak akan seperti biasa lagi. Lingkungan di sekitarnya terasa asing, gelap, dan menakutkan. Jelas sekali tidak ada tempat baginya untuk melarikan diri.
*
*
Di dalam gua tambang, terdengar palu-palu besi menghantam dinding batu, memecahnya menjadi pecahan-pecahan kecil. Kilatan samar dari batu roh memantul di udara yang berdebu, namun cahaya itu terasa seperti ejekan, seolah menertawakan orang yang memungutnya.
Wang Wu Xie memungut sebongkah batu roh sebesar kepalan tangan orang dewasa. Tekstur licin seperti kaca dan cahaya putih lembut yang memancar darinya sama sekali tidak membawa rasa nyaman. Justru, benda itu hanya mengingatkannya bahwa setiap tetes keringat yang ia keluarkan akan menjadi milik Sekte Iblis Hitam.
Empat hari sudah berlalu sejak ia dan ibunya, serta warga Desa Bai Shui dibawa ke tempat ini untuk dijadikan budak tambang. Setiap pagi, mereka dipaksa masuk ke dalam terowongan sempit tanpa tahu kapan akan keluar. Air keruh dan sepotong roti keras hanya dibagikan sekali sehari. Jika para penjaga sedang “baik hati”, mereka akan mendapat jatah makan dua kali—tapi itu jarang terjadi.
Wang Wu Xie melempar batu roh ke dalam keranjang anyaman. Dia lalu duduk di salah satu tumpukan batu dan mengusap keringat yang bercampur debu dari dahinya. Nafasnya tersengal karena udara yang pengap dan bau debu yang terasa seperti logam. Pandangan matanya kosong… tapi pikirannya justru penuh.
Empat malam terakhir ini, Wang Wu Xie selalu bermimpi tentang sosok misterius—seorang kultivator yang bertarung sendirian melawan tiga tetua dari sekte berbeda.
Dalam mimpinya, dia melihat langit berwarna semerah darah, pedang di tangan kultivator itu memancarkan aura gelap, dan sebuah kitab yang melayang di udara dengan cahaya menyilaukan. Wang Wu Xie merasakan setiap ayunan pedang, setiap rasa sakit saat terluka… seolah ia yang berada di sana dan mengalaminya sendiri.
Wang Wu Xie tidak tahu siapa sosok itu. Mimpinya selalu berakhir ketika nama kultivator itu disebut, seakan ia tidak diizinkan untuk mendengarnya. Namun setiap kali ia terbangun, rasa takutnya pada kultivator berubah. Bukan hilang… melainkan menjadi sesuatu yang dingin, tajam, dan sulit untuk dijelaskan.
Wang Wu Xie menarik napas. Pandangannya menatap para pekerja di sekitarnya. Beberapa orang sudah terlalu lelah untuk mengangkat palu, tapi tetap dipaksa bekerja.
Dada Wang Wu Xie terasa berat, bukan hanya karena udara pengap yang penuh debu beraroma logam, tetapi juga karena pertanyaan yang terus menghantuinya.
Apakah… Ini akhirnya?
Sungguh, apa tidak ada yang akan datang menyelamatkan mereka?
"Makhluk Abadi.... Kultivator..." Wang Wu Xie bergumam. Wajahnya terlihat kelelahan, tapi seiring gumaman samarnya—tatapan matanya perlahan mengeras.
"Wu Xie..?" suara Yun Mei memecah lamunan Wang Wu Xie. Wanita itu berjalan mendekat, pakaiannya dipenuhi debu, tangannya merah dan pecah-pecah.
"Kau baik-baik saja, Nak?" Yun Mei terlihat khawatir. Dia mengulurkan tangan, menyentuh lembut pipi putranya meski di matanya sendiri tersimpan ketakutan.
Sejak dibawa kemari empat hari yang lalu, ada warga desa yang mencoba melawan, tapi anggota Sekte Iblis Hitam memukuli mereka hingga tewas. Yang meminta makanan layak pun justru dicekoki racun sampai mati. Nyawa manusia seakan tidak lebih berharga dari Batu Roh di tempat ini.
"Wu Xie..." air mata Yun Mei tidak bisa lagi terbendung. Dia berusaha menahan isakannya dan berkata, "Apa pun yang terjadi... Ibu akan melindungimu. Kau tidak perlu takut. Ibu pasti... Akan melindungimu,"
Wang Wu Xie menatap ibunya. Ia ingin tersenyum—tapi ekspresinya tetap hampa. Dalam hatinya, ia tahu siapa yang sebenarnya lebih takut di antara mereka.
"Ibu..." suara Wang Wu Xie tenang, sama sekali tidak gemetar. "Kakek selalu bercerita... Bahwa kultivator adalah makhluk abadi yang sangat kuat. Mereka bisa terbang, membelah gunung, dan langit. Aku... Percaya itu sekarang,"
Wang Wu Xie menurunkan pandangannya, sebelum kembali menatap Yun Mei dengan sorot mata yang dalam. Dia berkata, "Mereka dengan mudahnya membunuh Kakek. Ayah juga... Desa kita dibakar hingga tidak bersisa. Apa kultivator... Adalah makhluk sekejam itu?"
"Wu Xie..."
"Tidak ada yang menghargai nyawa manusia. Kekuatan mereka... Membuatku takut," Wang Wu Xie menggigit bibirnya dan perlahan tangannya terkepal. "Dan hal yang benar-benar membuka mataku adalah... Kultivator yang dikatakan Ayah.. Yang menolongnya... Itu sama sekali tidak ada."
"Xie'Er..."
"Jangan menangis, Ibu. Kuatkan dirimu." Wang Wu Xie berujar. "Aku pasti akan bertahan hidup agar bisa membawamu keluar dari tempat ini. Bahkan... Meski butuh waktu lima tahun sekali pun,"
Yun Mei menatap putranya. Sejak tiba di tempat ini, ia menyadari ada yang berubah pada Wang Wu Xie.
Anak berusia 13 Tahun ini tidak lagi menangisi ayah dan kakeknya, bahkan jarang mencari pelukan darinya. Yun Mei merasa ada jarak yang tidak terlihat—sesuatu yang membuat Wu Xie kecilnya kini terasa asing. Seolah, dalam empat hari ini... Ia tumbuh menjadi sosok dengan pemikiran yang lebih dewasa.
******
Perjalanan MC di mulai dari nol,,, sehingga terlihat seperti real,, bukan sekedar fiksi
Dan tinggalkan jejak 👣👣👣👣
Semangat 💪💪💓💓
Jangan berhenti,,,, raihlah apa yang jadi mimpi mu.....
Ingatlah,,,, sukses berawal dari mimpi....
Meskipun tak menyukai Wu Xie,,,, nyatanya masih perduli,,, meskipun mungkin hanya untuk menjaga martabat keluarga Wang di mata umum,,,,
hehehehe 😁😁😁😁
Kenapa begitu panik...?!
Klo kematiannya begitu miris,, maka aku harap itu bukan Xiao Shuxiang, thor...
Cari tokoh lain aja,,, aku ngga rela Xiao Shuxiang di cabik-cabik...
Ini jejak-jejak 👣👣👣👣 kehadiranku