"Dimana ini? kenapa semuanya sangat bobrok? uuhh.. badan ku sakit sekali, " lirih Sherina yang mendapati tubuh nya berbaring di atas jerami.
"Kakak lihat, wanita kejam itu bangun kembali, apakah dia akan memukul kita lagi? " suara bisikan seorang anak kecil itu terdengar oleh Sherina, mereka mengenakan pakaian lusuh compang-camping, dengan tambalan di sekeliling nya.
"Mahkluk apa itu? kenapa mereka tampak seperti Monyet, " gumam lirih Sherina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Makmisshalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-8. Hanya Zevan Yang Sulit Di Taklukan
"Kak Zovan... " Alena terkejut karna ternyata Zovan memperhatikan mereka.
"Zovan.. keadaan mu masih lemah, kenapa kamu malah kesini?" Sherina khawatir pada keadaan Zovan.
"Ibu aku tak ingin seorang diri di ruang tengah, aku ingin bergabung dengan kalian" Zovan dengan berani mengutarakan keinginannya.
"Tapi disni tempat nya tak baik buat kondisi mu" Sherina tak ingin Zovan terkena oleh asap dari tungku api.
"Ibu... aku mohon" Zovan memelas tetap ingin berkumpul dengan adik-adik nya, karna dia juga melihat perubahan sikap Sherina yang begitu mencolok, dan Zovan bahagia dengan perubahan tersebut.
"Hahh... baiklah kamu boleh bergabung, tapi kamu jangan mengerjakan apapun, kamu duduk saja di kursi itu" Sherina tak tega jika harus menolak keinginan Zovan.
"Terimakasih Ibu" Zovan adalah anak yang berpikiran terbuka, Zovan juga begitu mudah berbaur.
Sherina dan ke empat anak itu memasak dengan bahagia, sesekali terdengar gelak tawa gembira di dapur itu.
"Kurang ajar.. tak akan ku biarkan kau membohongi adik-adik ku, akan aku buktikan pada adik-adik ku jika kamu tetap lah wanita kejam tak berperasaan, " Zevan begitu marah melihat kebahagiaan mereka, Zevan masih menyimpan dendam dalam hatinya, Zevan tak bisa dengan mudah melupakan perilaku kejam Sherina.
"Karna wanita kejam itu adik-adik ku menjauh dari ku, karna wanita kejam itu juga adik-adik ku marah padaku.. lihat saja, besok kebusukan mu akan terbongkar" Zevan terus bergumam sendiri dalam kemarahan, gelak tawa yang terdengar oleh nya, seakan-akan adik-adik dan ibu tiri nya itu menertawakan dirinya.
"Zovan dimana Kakak mu?" Sherina tak melihat adanya Zevan di antara mereka.
"Kakak.. Kakak.. Kakak pergi keluar sebentar" Zovan tak ingin memberitahu kan yang sebenarnya karna takut merusak suasana.
"Ibu harap dia segera kembali karna hari akan menjelang malam, dan sebentar lagi masakan kita akan matang" Sherina takut anak tirinya itu tak akan kembali dengan cepat, karna hari akan segera berubah jadi malam.
"Ibu tenang saja, Kakak pasti akan segera kembali" Zovan menenangkan ibu tiri nya agar tak terlalu mengkhawatirkan kakak nya yang keras kepala itu.
Sebenarnya dalam hati Zovan mesara tak enak, karna sebenarnya sang kakak sedang marah pada mereka.
Sherina tak banyak bicara lagi, dia fokus pada masakan nya, tapi di saat dia mau memasak nasi, beras nya tak ada sama sekali.
"Alena apa tidak ada beras?" meki tau jabatan nya apa tapi Sherina tetap bertanya agar dia mulai dekat dengan anak tirinya itu.
"Eemmm.. maaf Ibu, bukan nya kamu tak pernah membeli beras ataupun gandum" Alena menjawab dengan nada pelan, karna takut ibu tirinya akan kembali pada sikap awal nya yang sangat pemarah.
"Hahh... maaf Ibu lupa" Sherina lupa kalau Sherina dalam novel ini benar-benar tak mempunyai perasaan, karna sang author membuat karakter nya sedemikian rupa.
"Begini saja.. apakah Zivan bisa bantu Ibu? Zivan pergi lah ke rumah Bibi Mely dan tukarkan satu Ayam ini dengan beras atau gandum, dia pasti memilikinya" hanya itu yang terpikirkan Sherina saat ini.
"Bisa Ibu bisa.. kalau begitu Zivan pergi dulu" Zivan begitu bersemangat.
"Ibu Alina ingin ikut Kakak" Alina ingin ikut kakak nya ke rumah Bibi Mely.
"Ikutlah.. kalian jangan berlari, berjalan santai saja tidak perlu terburu-buru" Sherina dapat melihat binar semangat dari anak-anak itu, maka dia memperingati mereka agar tidak terburu-buru.
Zivan pun pergi bersama Alina, dan saat di luar mereka melihat kakak mereka sedang mengintip ke dalam di balik bilik gubuk reyot mereka.
"Kakak.. Kakak sedang apa?" Alina bertanya dengan polos, tentu saja hal itu membuat Zevan kaget.
"Adik apa yang kamu lakukan disisi?" Zevan malah balik bertanya.
"Kakak yang sedang apa disini? kalo aku dan Kak Zivan mau pergi ke rumah Bibi Mely" Alina mengatakan yang sebenarnya, karna Alina ya memang masih polos.
"Kalian.. mengapa kalian mau di perbudak oleh wanita kejam itu?" Zevan bertanya dengan dingin.
Alina mundur beberapa langkah, karna takut dengan kemarahan kakak nya yang tiba-tiba, " Kakak ada apa dengan mu? kamu membuat Alina takut" Zivan tak suka akan sikap kakak nya itu.
Zevan merasa bersalah pada adik bungsu nya itu, dia bukan bermaksud marah pada adik nya, hanya saja dia tak suka jika adik-adik nya mengikuti Sherina.
" Ayo Alina.. kita harus segera pergi ke rumah Bibi Mely" Zivan kesal pada kakak tertua nya itu, bisa-bisa nya dia begitu keras kepala, dan memperlihatkan kemarahan nya pada adik kecil mereka.
…………………………………
"Bibi.. Bibi Mely apa kau ada di dalam?" Zivan memanggil Mely di pagar depan rumah nya.
Terlihat pintu rumah Mely terbuka, dan keluarlah Mely untuk menghampiri mereka, " Zivan.. Alina ada apa? apa kalian memerlukan bantuan Bibi?" Mely bertanya dengan khawatir, pasal nya mereka memang sering datang padanya untuk meminta bantuan.
"Ini Bibi.. Ibu menyuruh kami menukar Ayam ini dengan beras ataupun gandum, apakah bisa?" Zivan mengutarakan niatnya dengan ragu.
"Ibu.. Ibu siapa?" Mely tak tau ibu mana yang Zivan maksud.
"Ibu.. Ibu kami.. eehhh... Ibu Sherina" meski ragu Zivan harus mengatakan nya.
Mely tersenyum setelah mendengar ibu siapa yang mereka maksud, dan Mely bahagia atas perubahan panggilan nama yang di lontarkan oleh Zivan.
"Oohhh Ibu Sherina... baiklah, kalian tunggu dulu disini, Bibi akan segera mengambil kan apa yang kalian butuhkan" Mely ingin menggoda mereka, tapi melihat hari yang semakin gelap Mely tak bisa bermain-main dengan mereka.
"Ini bawalah" Mely menyodorkan sekantung beras juga sekantung gandum, bahkan terlihat ada bahan makanan lain nya yang di berikan oleh Mely pada Zivan.
"Bibi kenapa banyak sekali?" Zivan tentu kaget dengan pemberian Mely yang begitu banyak.
"Tak apa-apa, ini dari paman Sem untuk kalian, kebetulan dia sedang ingin memakan sup Ayam, dan kalian mengantarkannya ke rumah.. jadi dia merasa senang, dan ini adalah bentuk rasa terimakasih nya pada kalian" Mely merasa dia cukup beruntung karna Sherina telah mengirimkan nya seekor Ayam yang di inginkan sang suami.
"Kalau begitu kami permisi, dan terimakasih Bibi tolong bilang rasa terimakasih kami juga pada Paman Sem" Zivan pamit pulang pada Mely dengan penuh rasa terimakasih.
…………………………………
"Apa yang kamu lakukan, mengapa kamu menarik-narik Adik mu? apa kamu tak melihat dia begitu kesakitan?" saat Zivan dan Alina pulang mereka di suguhkan dengan teriakan Sherina.
Zivan menjadi khawatir dan dia segera berlari masuk ke dalam gubuk nya, terlihat kini Zovan sedang di tarik paksa oleh Zevan, dan Alena mencoba untuk menahan nya.
"Kakak ada apa ini?" Zivan bertanya dengan panik.
"Kalian jangan dekat-dekat dengan wanita kejam itu" Zevan menghalangi Alina dan Zivan agar tak mendekat ke arah Sherina.
"Ya dewa.. Kakak sebenarnya kamu ini kenapa? bukan kah kamu ingin Ibu tiri kita menjadi baik? tapi apa ini?? mengapa kamu malah menjadi tak suka di saat dia berubah?" Zivan berteriak penuh kemarahan pada Zevan.
"Kalian hanya di tipu oleh nya, dia hanya berpura-pura" Zevan tetap bersikeras dalam penilaian nya.
Bersambung... Semoga kita ketemu lagi di bab selanjutnya👋👋