Transmigrasi Menjadi Ibu Muda Yang Tangguh

"Hei, kursi ini hanya diperuntukkan untuk pelanggan kami. Bukan untuk pengemis". Kata seorang pelayan toko dengan sinis. Ia menilai penampilan Adelle dari bawah keatas.

Adelle berdecak. Rasanya semua tingkah laku seorang yang miskin adalah kesalahan.

"Aku ingin menjual jam tangan. Jadi biarkan anak-anak ku duduk disini". Katanya dingin. Tidak lupa tatapan tajam juga ia layangkan.

"Coba kulihat". Kata pelayan itu. Ia masih tidak percaya.

Adelle menyerahkan jam tangannya beserta kotaknya. Dan pelayanan itu menerima nya. Mulutnya seketika terbuka lebar saat melihat jam tangan itu.

Cepat-cepat ia menghubungi Managernya. Sambil matanya masih mengamati Adelle. Adelle pun tidak keberatan jika dirinya dinilai, ia juga balas menatap wanita itu dengan raut muka mencemooh.

'Dasar wanita palsu. Semua yang dikenakan nya adalah palsu. Begitu masih menghinaku'. Gumam Adelle tertawa. Pasalnya ia melihat semua barang yang melekat di tubuh pelayan itu tidak asli.

"Ada apa ?" Seorang lelaki paruh baya mendatangi mereka. Adelle sudah mengira jika orang ini adalah orang penting.

"Tuan, wanita ini mencuri jam tangan limited edition dan mencoba menjualnya". Kata pelayan tadi sambil menunjuk Adelle.

Adelle terkejut. Ia marah, enak saja ia dibilang pencuri.

"Apa maksud mu ? Ini milikku. Jangan menuduh ku sembarang". Kata Adelle sambil menggebrak etalase. Meskipun tangannya sedikit terasa sakit tapi tidak apa-apa. Ia akan beri pelajaran pada orang itu.

Si Manager dan pelayan itu terkejut. Beberapa jam tangan di dalam etalase juga jatuh dari tempatnya karena gebrakan tangan Adelle.

"Apa yang kau lakukan ? Jika jam-jam ini rusak kau tidak bisa mengganti nya". Teriak pelayan itu.

"Sudah, sudah. Grace, Diamlah. Biar aku lihat dulu jam tangan itu". Kata Manajer mengambil jam tangan yang akan dijual Adelle.

Setelah beberapa saat, Manajer itu melihat Adelle.

"Nyonya, maaf sebelumnya. Darimana kau dapat kan jam tangan ini ?"

"Itu milik suamiku".

"Kau pikir kami percaya ". Lagi-lagi si pelayan menentang semua ucapan Adelle. Lalu Manajer memberi kode padanya untuk diam.

"Ini memang asli Nyonya. Dan di beli di toko kami. Tapi kami tidak bisa percaya begitu saja jika tidak ada buktinya". Si Manajer masih bicara dengan sopan.

Lalu Adelle mengeluarkan surat-surat lengkap dengan kartu garansinya.

"Pembeli nya atas nama Dimitri Alain. Coba periksa datanya di. Kalian akan tau aku berbohong atau tidak". Kata Adelle.

Kemudian Manajer itu dibantu pelayan yang lain memeriksa semuanya. Dan benar saja, Dimitri sendiri yang membeli jam tangan itu sekitar enam bulan yang lalu.

Adelle juga memperlihatkan fotonya dan Dimitri, sebagai bukti bahwa ia memang istrinya. Dan bukan sekedar mengarang cerita saja.

"Baiklah Nyonya, kami akan menerimanya. Dan memberikan harga sesuai kurs hari ini". Kata si Manajer.

Setelah beberapa waktu menunggu akhirnya Adelle sudah menerima uang sebesar sepuluh juta euro.

Matanya berbinar melihat gepokan uang itu. Senyum manis tidak bisa disembunyikan dari wajahnya.

Pelayan toko yang culas masih menatap Adelle dengan sinis. "Tidak pernah melihat uang banyak". Cemooh nya.

Adelle segera mengubah ekspresi nya. Ia benar-benar muak dengan manusia seperti itu.

"Ini semua adalah hasil pembayaran jam tangan itu, Nyonya. Silahkan diterima". Kata sang Manajer.

Adelle mengangguk. Segera ia memasukkan uang itu dalam tas lusuh yang ia bawa tadi.

"Terima kasih, Tuan George. Aku tidak akan melupakan kebaikan mu. Kelak aku pasti akan membalas nya". Kata Adelle dengan senyum tulusnya. Adelle sempat melihat nametag di dada Manajer itu.

Sang Manajer hanya menatap Adelle dengan bingung. Kebaikan apa yang dimaksud wanita ini ? Bukankah melayani setiap pelanggan sudah menjadi tugasnya. Tapi ia hanya tersenyum dan mengangguk.

Tidak tau saja Tuan George, jika tadi ia menolak membeli jam tangan yang akan dijual Adelle dan bahkan menuduh nya sebagai pencuri, makan ia tidak tau lagi bagaimana caranya mendapatkan uang.

Setelah itu Adelle menghampiri kedua anaknya yang sangat manis. Keduanya masih berada di tempat yang sama. Meskipun satunya duduk di lantai dan satunya berputar-putar di mengelilingi kursi.

"Ayo, Sayang. Kita membeli baju untuk kalian". Kata Adelle menggandeng kedua tangan anaknya.

"Mommy ingin membelikan kami baju ?" Tanya Eloise terkejut.

"Iya. Bukan hanya baju, apapun yang kalian mau hari ini akan Mommy penuhi. Oh tidak, bukan hanya hari ini. Tapi selama nya". Kata Adelle tertawa konyol.

Ia seperti menjadi ibu betulan. Hatinya seperti menyayangi kedua anak itu. Tidak mau sesuatu yang buruk menimpa keduanya. Dalam hati, ia berjanji tidak akan meninggalkan mereka. Ia harus sehat dan panjang umur agar selalu bisa mendampingi keduanya.

Mereka masuk ke dalam toko baju anak-anak. Sama seperti saat di toko jam, para pelayan yang melihat nya hanya memandang sinis. Bahkan ada yang terang-terangan mengusirnya.

Rasanya kesabaran Adelle mulai habis. Sedari tadi ia diuji dengan manusia tidak punya hati.

Dengan angkuhnya Adelle menghamburkan segepok uang pada pelayan itu. Hingga semuanya terkejut dan mengira bahwa Adelle adalah orang kaya yang sedang menyamar.

Setelah itu barulah mereka melayani dengan baik. Mereka mencarikan baju yang cocok untuk Eloise dan Darrel.

Setelah membeli masing-masing sepuluh pasang baju, mereka meninggalkan toko itu.

Eloise dan Darrel pun sudah berganti dengan baju bagus. Senyum indah terlukis di wajah keduanya.

Setelah itu mereka membeli beberapa sepatu, tas, mainan dan keperluan Adelle sendiri.

Kini tangan mereka sudah penuh dengan paperbag. Mereka berhenti di sebuah restoran dalam mall yang cukup ramai.

Terlalu bersemangat untuk berbelanja, Adelle sampai melupakan jika mereka belum makan.

Ia memesankan banyak makanan untuk anak-anaknya. Eloise dan Darrel sangat senang. Mereka bahkan memeluk dan mencium Adelle sebelum mereka makan.

"Ya ampun, kalian manis sekali". Adelle balas memeluk mereka.

"Sekarang kita makan. Habiskan semua nya". Kata Adelle memberikan piring.

Eloise dan Darrel makan sendiri. Mereka sudah pintar, dan Adelle hanya membantu mengupas udang dan kepiting. Adelle ingat kalau keduanya sangat suka makanan laut. Tapi mereka jarang sekali memakan itu.

"Mommy, itu ada Daddy". Kata Darrel menunjuk seseorang yang berada jauh dari mereka. Tapi cukup jelas terlihat jika itu memang Daddy mereka. Bersama wanita yang menghancurkan rumah tangga nya.

"Nichole". Gumam Adelle.

Dadanya bergemuruh. Matanya memanas. Lagi dan lagi ia merasakan kesakitan Adelle.

"Adelle, aku akan membalas semua rasa sakit mu". Ucapnya dalam hati.

"Aku Isabelle, tidak perlu sakit hati melihat kemesraan mereka". Tekan Adelle pada dirinya sendiri.

"Sudah jangan dilihat lagi. Fokus pada makanan kalian". Adelle bicara dengan tegas pada Eloise dan Darrel. Sebab dari tadi keduanya melihat Dimitri yang sangat asik menyuapi kedua anak Nichole.

Adelle tau, pasti ada rasa cemburu dalam hati kedua anaknya. Tapi ia harus membuat mereka mengerti agar tidak selalu berharap yang nantinya akan menyakiti mereka.