NovelToon NovelToon
Salah Baca Mantra

Salah Baca Mantra

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Menikah dengan Musuhku / Preman
Popularitas:27.4k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Dyah Galuh Pitaloka yang sering dipanggil Galuh, tanpa sengaja menemukan sebuah buku mantra kuno di perpustakaan sekolah. Dia dan kedua temannya yang bernama Rian dan Dewa mengamalkan bacaan mantra itu untuk memikat hati orang yang mereka sukai dan tolak bala untuk orang yang mereka benci.

Namun, kejadian tak terduga dilakukan oleh Galuh, dia malah membaca mantra cinta pemikat hati kepada Ageng Bagja Wisesa, tetangga sekaligus rivalnya sejak kecil. Siapa sangka malam harinya Bagja datang melamar dan diterima baik oleh keluarga Galuh.

Apakah mantra itu benaran manjur dan bertahan lama? Bagaimana kisah rumah tangga guru olahraga yang dikenal preman kampung bersama dokter yang kalem?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Untuk bisa bertemu Meilin, Ryan rela datang ke toko grosir "Fuzu" milik Koh Ahong, sepulang mengajar. Toko itu sudah terkenal seantero kecamatan, bahkan bisa dibilang sebagai pusat segala kebutuhan harian warga di sana.

Ryan menelan ludah ketika melangkah masuk. Matanya langsung mencari-cari sosok yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Di balik meja kasir, Meilin tengah sibuk menata kotak-kotak biskuit kaleng. Rambut hitam lurusnya dikuncir kuda sederhana, wajahnya bercahaya dengan senyum tipis yang selalu berhasil membuat Ryan salah tingkah.

Namun, sebelum sempat mengucapkan apa pun, suara cempreng Koh Ahong terdengar menusuk telinga. “Mau apa kamu ke sini?” tanyanya dengan tatapan penuh curiga, tangan masih memegang sempoa terbuat dari kayu.

Ryan yang tadi sudah menyusun kata-kata manis, tiba-tiba panik. “Ma-mau beli peuyeum, Koh,” jawabnya dengan gugup, suaranya nyaris tercekat.

Koh Ahong langsung mendelik. “Kamu gila, ya! Di sini enggak jualan peuyeum!” bentaknya dengan nada tinggi. Beberapa pembeli menoleh, ada yang terkikik menahan tawa.

Muka Ryan memerah. Ia buru-buru menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal. “E, salah, Koh. Maksud saya mau beli terigu, gula pasir, sama minyak goreng. Buat peuyeum goreng,” katanya tergagap.

Meilin yang berdiri tak jauh dari sana langsung menutup mulutnya dengan tangan, menahan tawa. Dadanya bergetar halus. Dia tahu Ryan memang suka ngelawak tanpa sengaja dan itu salah satu hal yang membuatnya diam-diam jatuh hati. Bersama Ryan, ia selalu bisa tertawa, meskipun dalam hati gadis itu menyimpan beban karena tahu hubungan mereka akan sulit diterima keluarganya.

Meilin sudah mengenal Ryan sejak TK. Bersama tiga sekawan lainnya. Namun, jalan hidup mereka berbeda sejak SMP. Meilin melanjutkan sekolah di kota, di sekolah swasta Kristen, sementara Ryan tetap di desa. Walau begitu, hampir setiap hari Ryan selalu mencari alasan mampir ke toko Fuzu, hanya untuk bisa melihat Meilin meski sebentar.

Kini, saat keduanya beradu pandang, Ryan merasakan pipinya panas. “Meilin makin cantik. Untung wajah dia mirip maminya, enggak mirip papinya,” batinnya, senyum-senyum sendiri.

“Semua totalnya seribu dua ratus,” kata Meilin lembut setelah menghitung barang belanjaannya.

Ryan dengan penuh gaya merogoh saku celana. Namun, yang keluar hanyalah uang receh pecahan seratus dan lima puluh rupiah. Ia sengaja menghitungnya lama-lama, berharap waktu bersama Meilin bisa lebih panjang. Setiap koin ia balik-balikkan, matanya pura-pura menghitung serius, padahal ia sudah tahu jumlahnya.

“Ngitung saja lama!” tegur Koh Ahong dengan suara tinggi, membuat Ryan terlonjak. “Tinggalkan dia, layani pembeli lain.”

Meilin mengangguk patuh dan pergi melayani ibu-ibu yang sudah menunggu dengan wajah tak sabar. Ryan menatapnya sendu, seolah keberangkatan gadis itu adalah perpisahan besar.

Kini tinggal Koh Ahong yang mengawasi Ryan dari balik etalase. Tatapannya tajam, seolah bisa menembus isi hati Ryan.

Ryan menelan ludah. “Ini kesempatan! Kalau aku berani bacakan mantra penolak bala, mungkin hatinya luluh, mungkin restu itu bisa datang!”

Ia menarik napas panjang, lalu menatap Koh Ahong dengan penuh keseriusan. “Koh ....”

“Apa panggil-panggil?” Koh Ahong langsung sewot, wajahnya kaku.

Ryan hampir mundur, tetapi dia ingat perjanjian dengan Dewa dan Galuh. Mantra ini harus dicoba, meski taruhannya besar. Maka dengan suara lirih, ia mulai melafalkan:

“Heuh, angin yang bertiup dari barat,

heuh, air hujan yang jatuh dari langit,

jauhkanlah segala bala,

baik bala nyata maupun bala yang menghalangi cinta.

Dengan cahaya bulan purnama yang menembus hutan,

dengan suara burung malam yang merdu,

biarlah pergi semua yang buruk,

jangan ada yang menghalangi kasih yang sedang mekar—”

“Copeeeet!”

Suara teriakan mendadak pecah dari arah depan toko. Seorang ibu berlari mengejar pria bertopi dan berjaket hitam, dengan wajahnya panik.

Spontan, semua orang menoleh, termasuk Koh Ahong. Tanpa pikir panjang, pria itu langsung berlari ke luar, meninggalkan Ryan yang tercekat di tempatnya.

Ryan mendengus frustasi. “Aaaaah! Baru setengah mantra! Pasti gagal!” batinnya menjerit. Tangannya gemetar, koin receh di genggaman berjatuhan ke lantai, bergemerincing nyaring.

Ia jongkok buru-buru memungut receh, sementara matanya masih melirik ke arah Meilin yang kini kembali melayani pembeli setelah sempat terhenti karena penasaran dengan rame-rame barusan.

Gadis itu sempat melirik balik, memberi senyum tipis, membuat hati Ryan makin hancur.

“Bagaimana kalau benar gagal? Bagaimana kalau Meilin tak pernah bisa jadi milikku?” pikir Ryan.

Di luar toko, suara keributan semakin ramai. Orang-orang berlarian, suara sandal menyeret di lantai semen, dan teriakan “Tangkap! Tangkap!” menggema.

Ryan berdiri terpaku, bimbang antara keluar membantu atau tetap di dalam menyelesaikan misinya.

Pria yang mencopet tas milik seorang pedagang nasi TO berlari sekencang mungkin untuk menghindari amukan massa. Napasnya tersengal, keringat bercucuran deras, dan langkahnya semakin tidak teratur. Sesekali dia menoleh ke belakang, memastikan jarak antara dirinya dan kerumunan warga yang mengejar. Namun, karena terlalu sering menoleh, matanya tak fokus ke arah depan.

Di gardu pangkalan ojek, suasana yang biasanya riuh oleh canda para tukang ojek mendadak hening sesaat. Galuh, yang kebetulan nongkrong di sana, langsung berdiri. Tatapannya tajam seperti harimau yang siap menerkam mangsanya.

“Wah, ada apa, tuh, rame-rame!” celetuk salah satu tukang ojek.

Galuh melangkah ke tengah jalan, menghadang si copet dengan gaya bak jagoan silat kampung. Dengan lantang Galuh berteriak, “Berani-beraninya kamu melakukan kejahatan di kampung kami!”

Tak butuh banyak aba-aba, kaki Galuh melayang cepat ke arah perut si copet. Tendangan telak itu membuat tubuh si copet terlempar sekitar satu setengah meter. Badannya berputar sedikit di udara sebelum jatuh menghantam tanah dengan posisi punggung lebih dulu.

“Aduuuuuh!” erang si copet, suaranya parau bercampur sakit.

Tanpa membuang waktu, Galuh menjejakkan kakinya ke perut pria itu. “Biar kapok!” gumamnya.

Dengan satu gerakan sigap, Galuh merebut tas hasil jarahan. Tas itu digenggam erat oleh tangan si copet, tetapi Galuh lebih kuat sehingga berhasil merebutnya.

Kerumunan warga yang tadi mengejar akhirnya berhasil menyusul. Mereka langsung berebut melampiaskan amarahnya. Tinju, tendangan, dan makian berhamburan. Suasana jadi riuh, hampir seperti pasar malam.

Ryan yang melihat itu langsung panik. “Sudah … sudah, hentikan! Bisa mati dia!” serunya berusaha memisahkan orang-orang. Wajahnya cemas, tangannya mendorong satu per satu warga yang kalap. “Kita kirim ke polisi saja, jangan main hakim sendiri.”

Warga akhirnya setuju. Si copet dengan tubuh babak belur digiring ramai-ramai menuju kantor polisi yang kebetulan dekat kantor kecamatan.

Suasana perlahan kembali tenang. Satu per satu warga kembali ke aktivitas masing-masing, ada yang melanjutkan belanja di toko, ada pula yang kembali nongkrong di pangkalan.

Tak lama kemudian, Dewa datang dengan motornya. Helm masih menempel di kepala, dia baru saja selesai mengantarkan penumpang. “Ada apa ini?” tanyanya.

“Ada orang dari kampung luar, nyopet uang Bi Iceu,” jawab Galuh dengan nada penuh kejengkelan.

Dewa mendengus. “Kalau butuh uang itu kerja, bukannya maling uang milik orang lain!” Wajahnya terlihat kesal bercampur marah.

“Mungkin dia butuh mendadak dan enggak punya pekerjaan,” tukas Ryan, mencoba lebih bijak.

Galuh menghela napas panjang, lalu berkata lirih, “Setiap permasalahan itu pasti ada jalan keluarnya. Tapi kebanyakan orang itu kurang sabar. Apa-apa maunya cepat, instan, dapat banyak.”

Dewa mengangguk. “Betul. Makanya jadi orang jangan gampang tergoda.”

Namun tiba-tiba, Ryan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Eh, tadi aku lagi baca mantra sama Koh Ahong—”

“Heeebat!” potong Galuh dan Dewa bersamaan, wajah mereka sumringah.

Ryan mendadak manyun. “Tapi … aku baru baca sebagian mantranya karena keburu rame copet tadi.”

“Hah?!” Galuh dan Dewa sontak melotot.

“Pasti gagal, deh ....” ucap Ryan lirih, lesu seperti balon kempis. Bahunya merosot, tatapannya kosong.

Galuh menepuk pundaknya. “Nanti kalau ada kesempatan, coba lagi.”

Dewa menambahkan, “Iya, baca mantranya pas suasana tenang. Jangan di tengah keributan begini.”

Ryan mengangguk pelan. “Iya, deh! Nanti aku ulangi lagi baca mantranya.” Senyum tipis kembali merekah di bibirnya. Semangatnya perlahan pulih.

Namun, sebelum mereka bisa melanjutkan obrolan tentang mantra, sebuah suara tiba-tiba menyela dengan nada penasaran.

“Kalian bahas mantra apa?”

Sontak ketiganya menoleh. Di belakang mereka berdiri Bagja dengan wajah polos, tetapi penuh selidik. Seperti biasa, kehadirannya tidak terduga, dan kali ini benar-benar membuat semua kaget setengah mati.

1
Esther Lestari
semangat thor....
semoga yg baca semakin banyak....
🌸Santi Suki🌸: aamiin 🤲
total 1 replies
Eva Karmita
Alhamdulillah semoga rejekinya Bagja dan Galuh lancar ya Mak aamiin 🤲🤲
🌸Santi Suki🌸: aamiin 🤲
total 1 replies
Esther Lestari
Semangat buat 4 sekawan yang sudah mau jadi relawan
Noor hidayati
amin kak othor semoga pembacanya makin banyak
🌸Santi Suki🌸: ❤️❤️❤️🤲🤲
total 1 replies
Abel Incess
pasti rame Thor soalnya seru bngt ceritanya
🌸Santi Suki🌸: aamiin 🤲
total 1 replies
Hary Nengsih
lanjut makin seru
🌸Santi Suki🌸: ❤️❤️❤️❤️❤️
total 1 replies
sryharty
semoga sukses ka
🌸Santi Suki🌸: 🤲🤲🤲🤲🤲
total 1 replies
Dinda Putri
semangat thoooorrr lanjut
🌸Santi Suki🌸: 🔥🔥🔥🔥🔥
total 1 replies
edelweis🌻
aminn kak semoga dpt rezeki lancar.aminn
🌸Santi Suki🌸: ❤️❤️❤️❤️❤️
total 1 replies
Noor hidayati
semangat buat para relawan yang membantu para korban bencana tanpa pamrih,semangat buat galuh,bagja,ryan dan dewa dalam menolong sesama yang sedang mengalami musibah💪💪💪💪💪
Tutuk Isnawati
top bgt
🌸Santi Suki🌸: makasih
total 1 replies
Hary Nengsih
jadi 4 sekawan yg berjuang menolong
🌸Santi Suki🌸: 👍👍👍👍👍👍
total 1 replies
Noor hidayati
betul kuncinya itu jujur satu sama lain,dan terbuka tidak menutup nutupi masalah apapun,harus didiskusikan bersama
🌸Santi Suki🌸: 👍👍👍 bener
total 1 replies
Sugiharti Rusli
sejatinya ga ada rumah tangga yang sempurna yah, yang ada saling menghargai satu sama lain dan tahu perannya masing" dan turunkan ego,,,
🌸Santi Suki🌸: bener 👍
total 1 replies
Sugiharti Rusli
dan Galuh walo dia sedikit bar" dan keras kepala, setelah menikah dia bisa menempatkan dirinya sebagai seorang istri dan menghormati Bagja sebagai suami
Sugiharti Rusli
semoga mereka nanti bisa lebih saling mengisi dan memahami yah, walo mereka tidak mengenal pacaran
Sugiharti Rusli
tapi salut sih sama karakter Bagja, walo dia sedikit jail walo karena sejatinya dia sangat suka sama Galuh, dia bukan pribadi yang mau menang sendiri biarpun Bagja anak tunggal sih
Sugiharti Rusli: betull banget
total 2 replies
Sugiharti Rusli
dan Bagja, walo dia seorang suami yang berhak menegur sang istri, dia bisa tidak melakukannya sambil marah" yang berakibat mereka nanti saling menyakiti
Sugiharti Rusli: nah itu, dia dah tahu banget kan karakter bininya
total 2 replies
Sugiharti Rusli
pada akhirnya setiap pasangan memang harus menekan ego masing" sih yah
🌸Santi Suki🌸: Yap, biar hubungan tetap terjaga dan harmonis
total 1 replies
Ratih Tupperware Denpasar
aku suka persahabatan galuh, dewa dan ryan begitu tulus jarang lho cewek dan cowok bs bersahabat..
🌸Santi Suki🌸: 🤩🤩🤩🤩🤩
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!