NovelToon NovelToon
Nikah Kilat Dengan Murid Ayah

Nikah Kilat Dengan Murid Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Keinginan terakhir sang ayah, membawa Dinda ke dalam sebuah pernikahan dengan seseorang yang hanya beberapa kali ia temui. Bahkan beliau meminta mereka berjanji agar tidak ada perceraian di pernikahan mereka.

Baktinya sebagai anak, membuat Dinda harus belajar menerima laki-laki yang berstatus suaminya dan mengubur perasaannya yang baru saja tumbuh.

“Aku akan memberikanmu waktu yang cukup untuk mulai mencintaiku. Tapi aku tetap akan marah jika kamu menyimpan perasaan untuk laki-laki lain.” ~ Adlan Abimanyu ~

Bagaimana kehidupan mereka berlangsung?

Note: Selamat datang di judul yang ke sekian dari author. Semoga para pembaca menikmati dan jika ada kesamaan alur, nama, dan tempat, semuanya murni kebetulan. Bukan hasil menyontek atau plagiat. Happy reading...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dada

Dinda yang sudah mengatakan akan mencoba, ternyata tidak bisa mengendalikan perasaannya. Ia masih goyah saat berhadapan dengan Gibran, orang yang membuatnya jatuh hati.

Tak ingin terus goyah, Dinda memutuskan untuk sementara waktu menghindari Gibran. Setiap kali mereka berpapasan, Dinda akan mencari alasan untuk menghindar. Seperti sekarang ini ia melarikan diri ke kamar mandi.

Saat merasa waktunya sudah cukup, Dinda membuka kunci pintu dan ingin keluar. Ponsel yang ada di sakunya bergetar.

Kak Adlan: Aku mungkin akan pulang malam. Banyak pekerjaan di bengkel. Tidur lebih dulu, tidak perlu menungguku.

Dinda: Iya, Kak. Jangan lewatkan jam makan!

Dinda ingat, sang ayah pernah bercerita jika Adlan sudah turun ke bengkel, ia bisa melupakan makan sampai apa yang dikerjakannya selesai.

Kak Adlan: Tenang saja, aku akan makan tepat waktu.

Dinda tak lagi membalas pesan Adlan dan menyimpan ponselnya karena ia harus kembali ke kelas.

Sementara itu, Adlan menatap ponselnya menunggu balasan. Sampai setengah jam lamanya Dinda tidak ada membalas, barulah Adlan menyimpan ponselnya dan mulai terjun ke bengkel.

Dua mekaniknya sedang izin hari ini, sehingga beberapa perbaikan yang harus selesai hari ini tidak bisa dilakukan tanpa dirinya turun langsung.

“Mana yang harus release dulu?” tanya Adlan kepada Ragil.

“Sedan ini, Bos!”

“Apa kerusakannya?”

“Pistonnya retak. Beberapa hari kemarin sudah dikerjakan Dodi, sekarang ini tinggal pemasangan saja.”

“Kapan orangnya mengambil?”

“Jam 1.”

“Hubungi dan katakana kalau mobil baru bisa diambil sekitar pukul 3. Berikan diskon 5% untuk keterlambatannya.”

“Siap!”

Ragil segera pergi dan menghubungi pemilik mobil sesuai perintah atasannya, sedangkan Adlan mulai bergelut dengan kunci dan oli bersama satu mekaniknya.

Pemasangan selesai tepat saat pemilik datang untuk mengambil mobilnya. Setelah memastikan suara mesin tidak lagi kasar, pemilik melakukan pembayaran dan mengucapkan terima kasih.

“Mobil Bapak sudah tua, sebaiknya jangan sembarangan menggunakan oli.” Kata Adlan sebelum pemilik mobil pergi.

“Saya pakai oli merk A, Mas. Anak saya yang menggantinya sendiri.”

“Kalau Bapak mau menjaga performa mobil, sebaiknya pakai oli merk B.”

“Bukannya merk A lebih bagus, Mas?”

“Memang lebih bagus, tetapi tidak cocok untuk mobil Bapak karena terlalu kental.”

“Terima kasih sarannya, Mas. Saya akan mulai menggunakan oli merk B.”

Pemilik mobil menyalami Adlan dan berpamitan.

“Bos, bukannya kita rugi kalau seperti itu? Merk A lebih mahal dari pada merk B. Dan kalau sudah ganti merk B, mobilnya tidak akan ada masalah piston retak lagi. Bos bahkan memberikan diskon!” protes Ragil.

“Dari segi perhitunganmu memang rugi, tetapi dalam berbisnis itu harus jujur. Rezeki sudah ada yang mengatur. Siapa tahu karena saranku, bapak itu kembali lagi ke bengkel kita untuk berlangganan.”

“Bisa seperti itu, Bos?”

“Wallahu a’lam…”

Ragil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia yang sudah bekerja dengan Adlan selama 2 tahun, masih tidak terbiasa dengan sifat bosnya yang terlalu jujur dalam berbisnis.

Selama ia bekerja, bisnis itu tidak melulu karena kejujuran. Trik dan manipulasi juga dibutuhkan untuk mempertahankan bisnis. Ia bahkan sudah siap jika Adlan menyuruhnya untuk memainkan harga.

Tapi ia justru bekerja jujur dan tidak pernah melakukan kecurangan. “Bagus juga sih, tidak dapat dosa!” batin Ragil yang kembali ke pekerjaannya di kasir.

Adlan dan satu mekaniknya kembali mengerjakan mobil dengan masalah rem kopling yang selesai setelah 6 jam pengerjaan.

“Akhirnya bisa pulang juga!” seru Ragil yang menunggu Adlan dan Dodi sambil menahan kantuk.

“Aku sudah menyuruhmu pulang lebih dulu tadi!”

“Mana bisa aku pulang kalau Bos saja lembur!” Dodi tertawa mendengar perkataan Ragil.

Ragil adalah pekerja yang tepat waktu, tidak pernah mau lembur jika tidak terdesak. Sekarang ia dengan sukarela ikut lembur hanya karena bos mereka lembur.

Bengkel Aksa hanya buka dari pukul 8 pagi sampai pukul 5 sore. Jika banyak antrean, terkadang bengkel akan menolak pelanggan yang menginginkan perbaikan cepat. Kecuali ada Adlan di bengkel karena ia akan turun tangan sendiri.

Setelah mengunci bengkel, Adlan pergi lebih dulu dengan mobilnya disusul Dodi yang membonceng Ragil karena rumah mereka yang berdekatan.

Adlan menyempatkan singgah di warung nasi goreng untuk membeli nasi goreng ayam kampung. Rencana ia ingin mengajak Dinda makan bersamanya jika masih terjaga. Tetapi jika Dinda sudah tidur, mereka bisa memanaskan nasi goreng keesokan harinya.

Sekitar pukul 11, Adlan baru sampai rumah Dinda. Melihat rumah yang sudah gelap, Adlan mengira jika Dinda sudah tidur, tapi ternyata Dinda membukakan pintu untuknya.

“Belum tidur?” tanya Adlan setelah mengucapkan salam.

“Sudah. Tapi dengar suara mobil Kakak, jadi bangun.” Jawab Dinda seraya menarik tangan Adlan untuk salam, tetapi di cegah.

“Aku belum sempat mandi. Aku mandi dulu! Oh iya, ini nasi goreng.” Adlan menyerahkan kantung plastik dan bergegas ke kamar mandi.

Ia keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang terlilit di pinggang karena lupa mengambil pakaian lebih dulu.

“Kenapa?” tanya Adlan yang melihat Dinda mematung melihatnya.

“Ti-tidak apa-apa. Ini pakaian gantinya.”

Setelah menyerahkan pakaian, Dinda berlari ke dapur untuk menenangkan jantungnya yang berdegup kencang.

Entah mengapa melihat dada bidang Adlan yang masih lembabmembuatnya gugup. Dinda tidak munafik karena ia sebelumnya pernah melihat dada laki-laki dewasa, tetapi ia tidak merasakan apa-apa.

Kenapa saat melihat Adlan berbeda? Padahal sama-sama dada laki-laki dewasa.

Sementara itu, Adlan menebak jika Dinda tersipu karena dadanya. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak mengenakan kaos yang diambilkan Dinda dan menemui istrinya di dapur.

“Ini aku buatkan…” kalimat Dinda menggantung kala matanya tertuju pada dada bidang Adlan.

Sadar dirinya terpesona, Dinda segera memalingkan wajahnya. Tetapi Adlan sengaja mendekat.

“Kenapa?”

“Ti-tidak apa-apa.”

“Tidak apa-apa? Tapi pipimu memerah. Apa kamu demam?” tanya Adlan seraya meletakkan punggung tangannya di kening Dinda.

“Hangat.”

“Kakak baru saja selesai mandi, wajar saja suhu tubuhku terasa hangat. Kenapa Kakak tidak pakai baju?”

“Gerah. Ayo makan!” Dinda mengangguk dan menemani Adlan makan.

Sebenarnya ia sedang tidak selera makan, tetapi setelah merasakan nasi goreng yang Adlan beli, Dinda berakhir menghabiskan porsinya.

Setelah makan, keduanya masuk ke dalam kamar dan berbincang sebentar untuk menurunkan makanan mereka sambil bersandar di tempat tidur.

“Kenapa kamu dari tadi menghindar?” tanya Adlan yang tidak tahan dengan Dinda yang menjaga jarak.

“Aku tidak menghindar!”

Adlan menarik tubuh Dinda yang membuat si empunya memekik terkejut.

“Apa kamu tidak penasaran dengan otot dadaku?” tanya Adlan sambil mengarahkan tangan Dinda ke dadanya.

“Kakak sebaiknya pakai baju. Malam saat kemarau itu dingin. Bisa-bisa Kakak nanti masuk angin.” Kilah Dinda.

Merasa lucu dengan wajah Dinda yang tersipu, Adlan mendekatkan wajahnya dan menyatukan bibir. Dinda yang terkejut tanpa sadar meremas dada Adlan, membuat sesuatu di bawah sana bereaksi.

Adlan memperdalam ciumannya dan disambut oleh Dinda. Sayangnya, Adlan harus berhenti sebelum dirinya lepas kendali karena ia tidak ingin membuat Dinda takut kepadanya.

“Ayo tidur!” kata Adlan yang merebahkan tubuh tanpa melepaskan tubuh Dinda.

Dinda yang baru sadar dari keterkejutannya, merutuki diri di dalam hati. Sepertinya tubuh Dinda lebih jujur dibandingkan dengan perasaannya.

1
𝐈𝐬𝐭𝐲
kenapa Dinda gak pindah sekolah aja ngajar di sekitar rumah baru saja dripada harus kekampung dia lagi...
indy
selamat berbulan madu
𝐈𝐬𝐭𝐲
namanya Adlan atau Aksa sih Thor🤔
Meymei: Maaf typo kak 🤭
total 1 replies
Dewi Masitoh
Adlan kak🤣kenapa salah ketik jd aksa🙏
Dewi Masitoh: baik kak🙏
total 2 replies
Fitri Yani
next
indy
kayaknya sdh bisa resepsi biar gak ada lagi yang julid. wah ternyata gibran naksir dinda juga
indy
nanti resepsinya setelah masa duka selesai
indy
lanjut kakak
indy
ada yang bertengger di pohon kelengkeng
𝐈𝐬𝐭𝐲
ceritanya bagus aku suka😍😍
Meymei: Terima kasih kakak… 😘
total 1 replies
𝐈𝐬𝐭𝐲
lanjuut Thor
𝐈𝐬𝐭𝐲
hadir Thor
indy
kasihan pak Lilik
indy
hadir kakak
Rian Moontero
mampiiir kak mey/Bye-Bye//Determined/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!