NovelToon NovelToon
The Phoenix Jade

The Phoenix Jade

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:12.9k
Nilai: 5
Nama Author: Zhuzhu

Setelah dikhianati dan mati di tangan suaminya sendiri, Ruan Shu Yue dibangkitkan kembali sebagai putri keempat Keluarga Shu yang diasingkan di pedesaan karena dianggap pembawa sial.

Mengetahui bahwa dirinya terlahir kembali, Ruan Shu Yue bertekad menulis ulang takdir dan membalas pengkhianatan yang dia terima dari Ling Baichen. Selangkah demi selangkah, Ruan Shu Yue mengambil kembali semua miliknya yang telah dirampas menggunakan identitas barunya.

Anehnya, Pangeran Xuan - Pangeran Pemangku yang menjadi wali Kaisar justru muncul seperti variabel baru dalam hidupnya.

Dalam perjalanan itu, dia menyadari bahwa ada seseorang yang selalu merindukannya dan diam-diam membalaskan dendam untuknya.
***
"A Yue, aku sudah menunggumu bertahun-tahun. Kali ini, aku tidak akan mengalah dan melewatkanmu lagi."

Ruan Shu Yue menatap pemuda sehalus giok yang berdiri penuh ketulusan padanya.

"Aku bukan Shu Yue."

Pemuda itu tersenyum.

"Ya. Kau bukan Shu Yue. Kau adalah Ruan Shu Yu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 7: Apakah Kita Pernah Bertemu Sebelumnya?

Pei Yuanjing bergegas kembali ke ruangan tempatnya berada saat ia merasakan gadis yang diikutinya keluar dari ruangan pemilik restoran. Walau masih penasaran dengan pembicaraan gadis itu dan juga pria di dalamnya, namun dia tahu batasan diri.

Saat ini, dia tidak boleh menarik perhatian atau membiarkan orang lain mengenalinya sedang berada di sini.

Dugu Cheng menghela napas. Ia gagal membujuk atasannya untuk tidak keluar istana dan melakukan perjalanan yang sia-sia.

Entah mengapa perubahan emosinya jadi semakin tidak menentu. Sekarang bahkan atasannya itu malah penasaran dengan seorang gadis dari keluarga menterinya, yang belum pernah mereka temui sebelumnya.

“Saya sudah mencari tahu. Gadis itu adalah Nona Shu Yue,”

Dugu Cheng segera memberi tahu atasannya ketika dia merasa dia akan ditanyai mengenai hasil penyelidikannya. Ia melihat raut wajah atasannya sedikit beriak seperti air, mengernyit dalam selama beberapa saat kemudian kembali tenang.

“Namanya Shu Yue?”

“Ya. Saat berusia empat tahun, dia dikirim ke pedesaan karena sering jatuh sakit dan dianggap membawa nasib buruk untuk keluarga.”

Nasib buruk?

Pei Yuanjing tidak pernah percaya pada hal-hal seperti itu. Itu semua hanya omong kosong yang digunakan oleh seseorang untuk menipu, memaksa orang lain ke jalan buntu dengan dalih nasib keluarga.

Sejatinya tidak ada yang namanya nasib buruk. Gadis itu mungkin hanyalah seorang korban yang tidak bersalah, korban dari betapa buruknya kehidupan di halaman belakang sebuah keluarga bangsawan yang dikenal terhormat dan mulia.

Entah kenapa sejak melihatnya tanpa sengaja di hari dia kembali ke ibu kota dan berbalik memutar jalan saat melewati kediaman Adipati Muda Ling, Pei Yuanjing jadi penasaran akan sosoknya.

Mengapa gadis seperti dia yang seharusnya begitu lugu dan polos justru memiliki aura dan kesan yang istimewa?

“Bukankah dia akan mengalami kesulitan begitu kembali ke Kediaman Shu?”

Dugu Cheng malah menggelengkan kepalanya. Gadis keempat Keluarga Shu bisa dibilang punya kemampuan dan kecerdasan.

Dia tahu menempuh cara yang cerdas agar dirinya tidak ditindas dan dianggap mendominasi oleh orang-orang di Kediaman Shu. Tindakannya yang menegur adik kelimanya secara halus jelas menunjukkan bahwa gadis itu punya sedikit kemampuan.

“Tuan Kepala Sensor dan istrinya sangat menyambutnya. Bahkan Tuan Kedua Shu juga ikut menyambutnya dengan gembira. Semua orang sangat menyambut baik kedatangannya. Hanya selir ayahnya dan adik kelimanya yang tidak datang menyambutnya.”

Pei Yuanjing tersenyum miring. Intrik keluarga yang sudah sangat biasa, pikirnya.

Bertahun-tahun Kediaman Shu tenang karena tidak ada Nona Keempat. Setelah kembali, jelas saja menjadi ancaman bagi beberapa orang. Maka tidak heran jika kepulangannya bukan menjadi kebahagiaan.

“Tuanku, sebaiknya kita segera kembali. Hari sudah larut, ibu Anda pasti akan mengomel lagi.”

Tampaknya, hari ini sampai di sini saja. Urusan hari ini sudah ditangani dengan baik. Tinggal beberapa urusan kecil lagi sebelum semuanya benar-benar tuntas. Dia melihat matahari sudah terbenam dan jalan di bawah sana sudah dipenuhi dengan sinar lentera.

“Kembali ke istana,” ucap Pei Yuanjing.

Dia berjalan di lorong restoran yang tidak terlalu ramai. Aroma masakan berbaur dengan aroma tubuh para pengunjung yang berlalu-lalang.

Beberapa orang menundukkan kepala dengan segan saat melihat seorang pemuda keluar bersama seorang pemuda lainnya. Walau mereka tidak mengenalnya, namun mereka merasakan kharisma yang luar biasa yang membuat mereka mau tidak mau merasa tertekan dan sungkan untuk melihatnya dengan kepala lurus.

Jalan Kota Jingdu masih ramai seperti biasa. Festival Musim Semi sudah berlalu, tahun baru juga sudah lewat. Tapi orang-orang ini masih menunjukkan minat besar terhadap kehidupan malam yang megah dan romantis.

Pei Yuanjing tidak akan mempermasalahkannya. Selama tidak menimbulkan kekacauan hingga merenggut nyawa orang dan merusak ketertiban, mereka boleh berkeliaran.

“Belilah beberapa potong kue osmanthus untuk ibunda. Jangan biarkan dia membuka mulutnya dan mengomeliku. Belikan juga beberapa camilan untuk keponakanku. Aku tidak mau mendengarnya merengek dan menangis sambil memeluk kakiku,” ucap Pei Yuanjing. Dugu Cheng menggelengkan kepalanya dengan pasrah.

Pei Yuanjing menghampiri sebuah kedai penjual gulali. Ia meminta penjual itu membuatkannya sepotong gulali dengan bentuk sebuah burung.

Dulu dia suka memakannya. Orang itu juga sama. Ia sering melihatnya membeli gulali dan membentuknya sendiri. Orangnya sudah tiada, tapi dia masih sendirian di sini. Pei Yuanjing hanya bisa berdiri sembari menahan perasaannya sendiri.

“Tuan, gulali Anda,” pedagang itu menyodorkan gulali yang sudah selesai dibentuk kepada Pei Yuanjing.

Pria itu menerimanya dengan senang, menyerahkan dua keping tembaga sebagai bayaran. Ia berbalik. Namun, seorang gadis tanpa sengaja menabraknya. Gulali yang baru saja dibeli jatuh ke tanah tanpa sempat dicicipi.

“Maaf, aku tidak sengaja menabrak Tuan dan membuat permen Anda jatuh. Aku akan menggantinya,” ucap gadis itu.

Saat Pei Yuanjing mendongak, dia agak membelalakan mata. Untungnya topengnya berhasil menutupi sebagian wajahnya dan membuat ekspresinya tidak terlihat jelas.

Gadis yang menabraknya barusan adalah gadis keempat Keluarga Shu. Gadis itu menatapnya dengan rasa bersalah.

Matanya begitu jernih, seakan dia adalah mata air paling jernih di dunia. Pei Yuanjing tertegun sejenak lalu menunduk.

Mata jernih gadis itu mengingatkannya pada seseorang yang telah pergi dengan sunyi. Sorot matanya begitu mirip dan memberinya kesan yang tidak asing.

“Tuan?”

“Oh, tidak usah. Ini hanya sebuah permen,” ucap Pei Yuanjing.

Namun, gadis itu sepertinya tidak ingin memiliki utang. Dia menghampiri pedagang gulali tersebut dan memintanya membuatkan dua buah permen.

Satu bentuk burung, satu lagi bentuk kelinci. Hanya saja saat hendak membuat bentuk kelinci, gadis itu meminta pemilik kedai memberinya izin membuat sendiri.

Dia begitu anteng. Di mata Pei Yuanjing, dia seperti gadis kecil yang belum berusia dewasa.

Padahal jika diperhatikan, gadis keempat Keluarga Shu ini sudah berusia dua puluh tahun. Lima tahun lebih muda darinya. Wajahnya cantik alami, tanpa riasan berlebihan.

Gadis yang sangat sederhana, pikirnya. Ia menatapnya, memperhatikan setiap gerak-geriknya.

Tangan gadis itu dengan lihai berputar di atas kertas minyak, menuangkan gulali dan membentuk kelinci. Seolah-olah dia sudah biasa melakukan itu.

Ada perasaan tidak asing kembali menghampirinya. Lebih dari lima tahun lalu dia pernah melihat seorang gadis dengan senang membentuk kelinci dari gulali.

Saat itu, dia memperhatikannya dari atas gedung restoran. Gadis di masa lalu itu begitu ceria, matanya begitu hidup dan senyumnya begitu hangat. Sampai sekarang, momen itu masih membekas dalam hatinya dan tidak pernah bisa dia lupakan.

“Tuan, ini permenmu.”

Shu Yue memberikan sebuah permen gulali berbentuk burung kepada seorang pemuda bertopeng di hadapannya. Dia tidak sengaja menabraknya dan membuatnya kehilangan permen yang baru dibelinya.

Permen ini memang sederhana, namun ia tahu bahwa kesenangan kecil seperti memberi permen dapat memberikan perasaan senang bagi beberapa orang.

Pemuda itu terlihat sudah dewasa, namun masih membeli permen gulali seperti anak kecil. Wajahnya memang tertutup topeng, namun ia bisa melihat sorot matanya yang jernih dan sejuk.

Auranya terasa tidak biasa. Dia seperti pernah menjumpainya di suatu tempat, namun entah di mana dan entah kapan.

“Nona, apakah kita pernah bertemu sebelumnya?”

Suara berat nan dewasa Pei Yuanjing terdengar, menembus hati Shu Yue. Suara ini juga terdengar tidak asing.

Keningnya mengernyit. Bukan karena merasa tidak asing, tapi karena pertanyaan yang dilontarkan oleh pemuda bertopeng tersebut.

Selain Ling Baichen, dia tidak pernah berkenalan dengan pemuda lain. Di masa lalu sebagai Shu Yue tidak pernah, apalagi sekarang sebagai Shu Yue. Tidak mungkin ada yang mengenalinya.

“Maaf? Tuan, aku hanya seorang gadis rumahan. Tidak pernah bertemu laki-laki manapun,” ucap Shu Yue. Kewaspadaannya meningkat dan ia menatap lekat pemuda bertopeng itu.

“Ah, begitu rupanya. Aku hanya merasa kau tidak asing. Maaf jika menyinggungmu dan membuatmu tidak nyaman.”

Tidak ada jawaban dari Shu Yue. Tidak lama setelah itu, Dugu Cheng datang. Kedua tangannya penuh dengan barang belanjaan.

Saat dia melihat gadis keempat Keluarga Shu berdiri di depan tuannya, dia terkejut. Namun dengan cepat ia menenangkan dirinya.

“Tuan Muda, belanjaannya sudah dibeli. Mari segera kembali ke kediaman.”

Pei Yuanjing kemudian berkata pada gadis di depannya, “Nona, terima kasih atas permennya.”

Shu Yue hanya mengangguk ringan. Pemuda bertopeng bersama pelayannya itu kemudian pergi.

Firasatnya buruk. Ia rasa, ini bukan pertemuan pertamanya dengan pemuda bertopeng itu. Juga bukan pertemuan terakhirnya.

****************

Bonus: Visual Shu Yue & Pei Yuanjing bertopeng versi Otor. Kalau kalian punya versi sendiri boleh bangett.

1
A
simple aja prtanyaannya thor, kapan pelakor ini jadi ubi?
Sun Flower: kapan yaa?
total 1 replies
Biyan Narendra
Belum tau aja Shen Jia,kalo karma sedang berjalan ke arah nya dan Ling Baichen.
Sun Flower: biar senang dulu nanti susah
total 1 replies
Biyan Narendra
Rasaiiiiiin
Emang enak di tampar kenyataan
Dwi Agustina
Definisi tak tau diri tingkat dewa, sdh rebut suaminya, kedudukannya, membunuhnya masih pula ambil hartanya msh sombong bhw bisa hidup kaya tanpa harta peninggalan ny. Ruan eh skrg mau memfitnahnya😡😡😡😡
Sun Flower: nanti dapet balasan
total 1 replies
sahabat pena
knapa ya makhluk yg selalu berpikir pakai logika klo sdh jatuh cinta jd orang yg bodoh? udah gitu jatuh pd pasangan yg salah dan mengorbankan seseorang yg tulus. bikin greget aja 🤣🤣🤣🤣 rasanya pingin di ketok palu itu Kepala nya🤣🤣🤣ayo shu yue balas sakit hati mu💪💪💪💪balikkan kembali nama baik ruan🤣🤣🤣up nya kurang byk kakak ku tersayang 🤣🤣🤣✌✌✌💪💪💪
sahabat pena: wkwkwk🤣🤣
total 4 replies
A
kaisar keciiil aku mendukungmu🥰
Sun Flower: mau jadi makcomblang xiao yan tuh keknya
total 1 replies
A
lagi2 ftonya gamau kebuka thor
Biyan Narendra
Keponakan lucknut
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Sun Flower: makcomblang versi mini
total 1 replies
Biyan Narendra
Ada yg tidak terkendali
Biyan Narendra: perasaan
😁😁😁
total 2 replies
sahabat pena
mereka klo jadi pasangan bener2 cocok lah sama sama misterius 🤣🤣🤣🤣 hrs di satukan... biar bisa mengulik rahasia masing-masing. punya ponakan yg mulut nya ember hrs di sumpel pke permen 🤣🤣🤣🤣🤣.
sahabat pena: wkwkwk 🤣🤣🤣
total 2 replies
Dwi Agustina
Dia suka semua nona shu tp yg lenih disukainya y km 🤭
Sun Flower: belum belumm confess
total 1 replies
Tracy Kay Gabriela
mampir thor
Machsunatul Istianah
tambah seru nih👍
Andi Ilma Apriani
crazy up thoorr
Biyan Narendra
MAMPUS
A
belum selesai tontonan nya thorr. lanjuuutt😇
Fransiska Husun
keren banget thor
Dwi Agustina
Dibayar tunaaaaaaai😍👍👍👍
Andi Ilma Apriani
lanjuuuttt thoorrr
Sun Flower: meluncurr
total 1 replies
A
sejauh ini bagus thor. lanjutkan yaaa semangaattt
Sun Flower: selalu semangat otor mah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!