Dulu Renes berkenalan sejak masih kecil bahkan saat Valia melaksanakan pendidikan, renes selalu ada. Tapi sayang saat akan bertunangan, Valia kabur memilih menjadi istri senior yang notabene adalah duda satu anak. Luka hati tersebut membuatnya sulit menerima hadirnya wanita lain di dalam hidupnya.
Namun di waktu berganti, siapa yang menyangka Tuhan mengirimkan gadis pecicilan, kekanakan, ceroboh dan keras kepala hingga kecerobohan gadis itu membuat Renes harus bertanggung jawab dan menikahi gadis tersebut, gadis yang juga adalah adik dari suami mantan kekasihnya.
Belum cukup dengan itu, sulitnya mengatakan cinta membuat sahabatnya Aria, masuk ke tengah hubungan mereka dan membuat Renes meradang. Apakah sebenarnya Renes mencintai gadis itu.
Saat bunga rasa mulai bermekaran, ujian cinta datang. Kehilangan kekasih hati membuat guncangan batin yang hebat pada diri Renes, hingga Tuhan kembali mengirim satu cinta yang sebenarnya ia pendam dalam diamnya sejak lama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Usaha mengendalikan diri.
Bang Renes meninggalkan Laras di kamar mess nya. Ia pun kembali mengerjakan tugasnya sebagai seorang Danton. Bagaimanapun juga balada dalam hidupnya, ia pun harus tetap menyelesaikan pekerjaannya.
Malam itu, Bang Zeni mendapatkan informasi bahwa ada pergerakan di sekitar kota. Informasi tersebut juga sudah sampai pada telinga Bang Renes.
"Abang dapat info dari siapa??" Tanya Bang Renes Renes karena terus terang kali ini dirinya tidak memonitor info.
"Dari anggrek bulan." Jawab Bang Zeni.
Jemari Bang Renes mengepal. Seberapa pun kuatnya dirinya tidak ingin mengingat hingga berusaha menjauhi dari Fia tapi jujur hatinya cemas.
:
Malam semakin larut, namun Bang Renes masih terjaga di ruang kerjanya. Informasi tentang pergerakan mencurigakan di sekitar kota terus berputar di kepalanya, bercampur dengan bayangan Fia. Ia berusaha fokus pada peta dan laporan intelijen di hadapannya, tapi pikirannya terus melayang pada gadis cantik itu.
Setiap kali mendengar nama 'Anggrek Bulan', hatinya selalu berdebar tak karuan. Ia paham betul siapa pemberi informasi itu, dan ia juga tau betapa beraninya Fia dalam setiap kenekatan Fia dalam menjalankan tugas.
"Sial... Kenapa harus dia yang terlibat?" gerutunya sambil memijat pelipisnya yang mulai berdenyut.
Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa Fia pasti baik-baik saja. Gadis itu bukan anak kemarin sore. Ia terlatih, cerdas, dan memiliki insting yang tajam. Tapi tetap saja, rasa cemas itu tidak bisa diusir.
Bang Renes bangkit dari kursinya dan berjalan menuju jendela. Ia menatap langit malam yang gelap, mencari bintang sebagai penuntun. Udara dingin malam itu menusuk kulitnya, tapi tidak mampu mendinginkan api kekhawatiran yang membakar hatinya.
Tiba-tiba terdengar bunyi HT, mengabarkan bahwa informan sudah masuk sarang musuh tanpa adanya pengawalan. Seketika kepala Bang Renes terasa berdenyut semakin hebat. Pandangannya mulai kabur, dan ia limbung. Dengan susah payah, ia meraih meja untuk menopang tubuhnya.
"Kenapa kamu selalu ceroboh seperti ini, dek??" Gumamnya. "Fiaaa.."
...
Di tempat lain, Fia sedang menyamar sebagai pelayan di sebuah cafe remang-remang. Ia mengamati setiap sudut ruangan, mencari petunjuk tentang aktivitas ilegal yang sedang terjadi.
Matanya yang tajam menangkap pergerakan mencurigakan di salah satu meja. Seorang pria dengan jas hitam tampak sedang menyerahkan sebuah amplop kepada pria lain dengan tubuh ber rajah. Fia mendekat, berpura-pura membersihkan meja di dekat mereka, sambil berusaha mencuri dengar percakapan mereka.
"Barang sudah siap, tinggal menunggu kode dari si boss," bisik pria dengan jas hitam itu, dengan nada bicara yang dibuat serendah mungkin, lirih nyaris tidak terdengar.
"Oke.. Pastikan semua sesuai rencana," jawab pria bertato dengan nada rendah, sambil melirik ke arah sekelilingnya.
Fia mendengar dan mengingat semua informasi itu dalam benaknya. Ia harus segera melaporkan situasi terkini dalam tugasnya. Tapi, tiba-tiba ada yang nepuk pundaknya.
"Hai, manis... Sendirian saja nih?" sapa seorang pria berbadan besar dengan senyum yang bikin Fia jelas tidak suka.
Fia narik napas, berusaha tetap tenang. "Maaf, Mas. Saya lagi kerja." jawabnya sopan, tapi terdengar tegas.
"Ayolah, sayaaang..!!! Tidak usah tegang begitu. Temani gue minum bentar, deh," pria itu nyengir, lalu menarik tangan Fia dengan kasar.
Fia langsung ngelepasin tangannya dengan kasar. "Maaf ya, Mas. Saya beneran lagi kerja. Nggak bisa." tolaknya, mulai kesel.
"Eh, jangan jual mahal begitu, donk. Gue tau kok, lo pasti mau..." Pria itu makin deket, bikin Fia semakin tidak nyaman.
"Sudah saya bilang, saya nggak mau.. ya nggak mau..!!" bentak Fia, mulai panik.
Pria itu tertawa. "Cieeee... galak juga nih. Makin gemes gue.... Kucing betina."
Tiba-tiba satu hantaman mendarat di wajah pria tersebut.
Buuugghhhh....
Suara pukulan keras bertubi-tubi mendarat di wajah pria itu hingga kaget dan mundur ke belakang. Fia pun kaget lalu melihat siapa yang datang menolongnya.
"Jangan ganggu dia..!!!" bentak Bang Renes, matanya merah menahan emosi, auranya menampakkan kemarahan yang besar.
Fia hanya bisa diam mematung menatap Bang Renes dengan tatapan tidak percaya.
"Om Renes??" Fia terbata, tak percaya dengan kehadiran pria di hadapannya. Di tengah keremangan cafe, wajah Bang Renes tampak tegas sekaligus cemas.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Bang Renes, suaranya berat. Tanpa menunggu jawaban, ia menarik Fia keluar dari cafe itu, meninggalkan pria berbadan besar yang sudah terkapar meringis kesakitan.
Di luar gedung udara malam terasa dingin menusuk kulit. Bang Renes membawa Fia ke tempat yang lebih terang, ia memastikan sendiri bahwa tidak ada luka atau cedera padanya.
"Kenapa kamu diam-diam adasini? Ini berbahaya." ucap Bang Renes dengan nada khawatir yang begitu terlihat.
Fia menunduk, merasa bersalah karena telah membuat Bang Renes khawatir. Tapi seperti biasa, bukan Fia jika ia tidak langsung berubah ceria. "Fiaa.. Fiaaa.. Apa Om tidak lihat kalau Fia sedang menjalankan tugas." jawabnya lirih.
"Tugas? Tugas apa sampai harus menyamar di tempat seperti ini? Kamu tahu ini sangat berbahaya. Kamu perempuan, laki-laki saja bisa terjebak masalah kriminalitas, apalagi kamu yang perempuan."Bang Renes tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.
"Fia tau, tapi ini satu-satunya cara untuk mendapatkan informasi," balas Fia mencoba membela diri.
Bang Renes menghela napas panjang. Ia tahu Fia adalah wanita yang berani dan penuh tanggung jawab, tapi ia tidak ingin melihatnya dalam bahaya.
"Bisakah kamu jangan bertindak sendiri. Minta bantuan, tidak gegabah seperti ini..!!" kata Bang Renes jengah.
"Kenapa?? Cemas sama Fia??"
Bang Renes terbungkam, rasanya kehabisan energi bicara dengan gadis ini.
.
.
.
.
bagus detun, kerjain ayahmu biar gak emosian terus, bang Renes mabok sekalian ngidam disusul bang David jg kebobolan 😂😂😂
awas tumbuh benih² sayang eh cinta 😂😂😂