NovelToon NovelToon
Rahasia Di Balik Cinta Terlarang

Rahasia Di Balik Cinta Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Duniahiburan / Rumahhantu / Mafia / Cintapertama / Berondong
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ulina Simanullang

Di Universitas Harapan Bangsa, cinta tumbuh di antara dua insan dari dunia yang berbeda. Stefanus, pemuda cerdas yang hidup serba kekurangan, menempuh pendidikan berkat beasiswa.Di sisi lain, ada Stefany, gadis cantik dan pintar, putri tunggal Pak Arman, seorang pengusaha kaya yang ternyata menyimpan rahasia kelam Ia adalah bos mafia kejam.Pertemuan sederhana di kampus membawa Stefanus dan Stefany pada perasaan yang tak bisa mereka tolak. Namun, cinta mereka terhalang restu keluarga. Pak Arman menentang hubungan itu, bukan hanya karena perbedaan status sosial,hingga suatu malam, takdir membawa malapetaka. Stefanus tanpa sengaja menyaksikan sendiri aksi brutal Pak Arman dan komplotannya membunuh seorang pengkhianat mafia. Rahasia berdarah itu membuat Stefanus menjadi target pembunuhan.Akhirnya Stefanus meninggal ditangan pak Arman.stelah meninggalnya Stefanus,Stefany bertemu dengan Ceo yang mirip dengan Stefanus namanya Julian.Apakah Julian itu adalah Stefanus?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulina Simanullang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17: Kebimbangan seorang ayah

Di ruang kerja lantai bawah, Pak Arman duduk di kursi kulit hitamnya. Di hadapannya, berkas-berkas bisnis berserakan, tapi tak satu pun ia sentuh. Matanya justru terus menatap sebuah foto di meja foto Stefany kecil berusia tujuh tahun, tertawa ceria di hari ulang tahunnya.

Hatinya terasa perih setiap kali melihat senyum di foto itu. Dulu, Stefany adalah anak yang selalu penuh semangat. Sekarang, gadis itu seperti hidup tanpa jiwa.

Pak Arman memijat pelipisnya. Dalam hidupnya sebagai seorang mafia sekaligus pengusaha sukses, ia sudah menghadapi banyak musuh, perang antar kelompok, pengkhianatan, bahkan kematian orang-orang dekat. Tapi tak ada yang lebih sulit daripada menghadapi kesedihan putrinya sendiri.

Ia tahu semua ini berawal dari keputusannya. Stefanus… pemuda miskin itu sebenarnya tak pernah bersalah. Yang salah adalah dirinya sendiri terlalu takut kehilangan wibawa, terlalu takut masa depan Stefany hancur jika bersama laki-laki miskin. Dan kini…

Pak Arman menutup mata. Bayangan Stefany yang murung terus menghantuinya.

Telepon di meja berdering. Ia mengangkatnya.

“Pak Arman?” suara di seberang adalah sahabat lamanya, David, yang kini tinggal di Singapura.

“Ya, David.”

“Saya sudah dengar tentang Stefany… Turut berduka cita. Bagaimana keadaannya sekarang?”

Pak Arman terdiam sejenak. “Hancur. Dia hampir tidak bicara dengan siapa pun. Saya… tidak tahu harus bagaimana.”

David menghela napas. “Arman, mungkin dia butuh suasana baru. Di sini, ada banyak universitas bagus. Lingkungannya jauh dari semua kenangan yang menyakitkan. Mungkin… memindahkan dia ke luar negeri bisa membantu.”

Pak Arman tak langsung menjawab. Ide itu masuk akal, tapi hatinya masih ragu. Apakah memindahkan Stefany benar-benar akan menyembuhkan lukanya?

Sore itu, dari balik jendela ruang kerja, Pak Arman melihat Stefany duduk di bangku taman. Matahari mulai condong ke barat, sinarnya keemasan menyinari wajah putrinya. Namun tak ada senyum di sana, hanya tatapan kosong ke tanah.

Pak Arman berdiri cukup lama, memperhatikan diam-diam.

“Stefany…” gumamnya pelan, meski putrinya tak bisa mendengar. Ada sesuatu di dadanya yang terasa sesak.

Ia teringat percakapannya dengan David siang tadi. Mungkin benar, Stefany butuh pergi jauh dari sini. Tapi di sisi lain, ia takut… takut anaknya membencinya jika tahu kebenaran di balik semua ini.

Malamnya, rumah besar itu terasa sunyi. Stefany makan hanya beberapa suap sebelum kembali ke kamarnya.

Pak Arman duduk di ruang tamu, sendirian. Lampu temaram membuat bayang-bayang di wajahnya terlihat lebih tua dari usianya.

Ia menyalakan cerutu, tapi bahkan asapnya terasa hambar malam itu. Pikiran tentang Stefany tak henti-hentinya mengganggu.

Dalam hati, ia mulai sadar bahwa semua uang, kekuasaan, dan jaringan mafia yang ia punya tak ada artinya ketika berhadapan dengan luka hati seorang anak perempuan yang kehilangan orang yang dicintainya.

Keesokan harinya, Pak Arman bertemu David lewat panggilan video.

“Arman,” kata David, “aku bisa bantu urus semuanya kalau kau setuju. Universitas, tempat tinggal, bahkan konselor psikolog untuk Stefany. Dia butuh mulai hidup baru.”

Pak Arman menatap layar cukup lama sebelum menjawab. “Beri aku waktu, David. Aku… harus memikirkannya matang-matang.”

Hari-hari berikutnya, Stefany tetap larut dalam kesedihan. Ia jarang bicara dengan siapa pun. Telepon genggamnya penuh pesan dari teman-teman kampus yang khawatir, tapi jarang ia balas.

Pak Arman semakin yakin ada yang harus ia lakukan. Namun setiap kali melihat wajah murung Stefany, hatinya terasa makin berat.

Suatu malam, ia masuk ke ruang kerjanya sendiri, mengambil foto Stefany kecil yang selalu ada di meja.

“Maafkan Papa…” bisiknya pelan, suara yang tak pernah didengar siapa pun.

Itu malam yang panjang. Pak Arman duduk di sana berjam-jam, dikelilingi keheningan. Ia memikirkan semua hal masa depan Stefany, rasa bersalahnya, dan kemungkinan memindahkan putrinya ke luar negeri.

Namun keputusan itu belum bisa ia ambil malam itu juga. Ia butuh waktu. Butuh keyakinan bahwa langkah ini memang benar, bukan hanya pelarian semata.

Di luar, langit penuh bintang. Tapi di hati Pak Arman, hanya ada keraguan yang tak kunjung sirna.

Pagi itu langit Jakarta berwarna abu-abu pucat, seolah ikut berduka bersama seorang gadis muda di lantai dua rumah besar itu. Di balkon kamar yang dipenuhi tanaman hias, Stefany duduk termenung memandangi jalanan yang mulai ramai. Dari kejauhan, suara klakson mobil dan deru sepeda motor terdengar samar-samar, tapi semua itu seperti tak ada artinya di telinganya.

Ia memeluk lututnya, wajahnya pucat dengan mata yang sembab. Sudah berhari-hari Stefany jarang tidur. Semalam pun ia hanya terlelap sebentar sebelum terbangun lagi karena mimpi buruk mimpi tentang Stefanus, tentang kepergiannya yang tragis.

Di meja kecil di samping balkon, ada secangkir teh hangat yang sudah tak lagi berasap. Stefany bahkan tak menyentuhnya. Dulu, ia selalu suka minum teh sambil memulai pagi. Tapi sekarang, semua rutinitas itu terasa hampa.

Dari bawah, Pak Arman berdiri di halaman rumah, memandang ke arah balkon itu. Ia melihat Stefany yang dulu selalu ceria, kini seperti bayangan dirinya sendiri. Hatinya terasa diremas-remas setiap kali melihat putrinya seperti itu.

"Stefany…" gumamnya pelan, suara yang hanya bisa didengar dirinya sendiri.

Ia ingin sekali memanggil Stefany, mengajaknya bicara, tapi entah mengapa bibirnya terasa terkunci. Sejak kematian Stefanus, ada jurang tak kasat mata di antara mereka. Stefany jarang bicara padanya. Jika pun berbicara, hanya seperlunya.

Pak Arman tahu penyebabnya: ia sendiri yang memutus benang kepercayaan itu, meski Stefany belum tahu kebenaran sepenuhnya.

Hari semakin siang, tapi Stefany tak beranjak dari tempatnya. Ia menatap langit yang perlahan berubah dari abu-abu ke biru pucat. Di pikirannya, kenangan tentang Stefanus datang bertubi-tubi cara Stefanus tersenyum, suara tawanya, bahkan caranya memanggil nama Stefany dengan nada lembut.

Air mata kembali mengalir. Ia menghapusnya cepat-cepat, tapi tak ada gunanya. Hatinya terlalu hancur.

Dulu, Stefanus selalu bilang, "Kalau kamu sedih, lihat langit. Di sana ada ribuan alasan untuk tetap tersenyum."

Tapi kini, setiap kali Stefany melihat langit, yang terasa justru kehilangan.

Di ruang tamu, Mbok Ratmi menggeleng pelan saat melihat Pak Arman hanya berdiri diam memandangi putrinya dari kejauhan.

“Pak, Non Stefany nggak sarapan lagi. Sejak kemarin makannya sedikit sekali,” lapornya dengan suara lirih.

Pak Arman mengangguk pelan. “Biar saja, Mbok. Nanti saya… saya akan bicara padanya.”

Tapi dalam hati, ia sendiri tahu bicara dengan Stefany sekarang tak semudah itu.

Siang mulai menjelang. Stefany akhirnya bangkit dari kursi balkon, melangkah masuk ke kamarnya yang terasa sunyi. Di dinding, masih tergantung foto-foto masa kecilnya. Ia berhenti sejenak di depan salah satunya: foto saat ulang tahun ke-10, ketika ibunya masih ada. Di foto itu, Stefany terlihat begitu bahagia dikelilingi keluarga dan teman-temannya.

Kini, semua itu terasa seperti dunia lain.

Ia berbaring di ranjang, memeluk bantal erat-erat. Air mata yang sempat berhenti kini jatuh lagi, membasahi sarung bantal itu.

Di luar kamar, Pak Arman memperhatikan dengan mata sendu. Setiap malam, ia sering berdiri di depan pintu kamar Stefany, mendengar suara tangis tertahan dari dalam. Tapi ia tak pernah masuk. Ada sesuatu yang menahannya—entah rasa bersalah, entah gengsi sebagai seorang ayah yang terbiasa terlihat kuat.

Namun semakin hari, hatinya makin tak tahan.

Malam nanti, ia sudah berencana menelepon David lagi. Temannya itu berkali-kali mengatakan bahwa Stefany butuh lingkungan baru, jauh dari semua kenangan buruk di kota ini. Tapi Pak Arman masih bimbang.

Ia takut… takut kehilangan putrinya untuk kedua kalinya.

Bukan kehilangan secara fisik, tapi kehilangan ikatan hati di antara mereka. Stefany sudah jarang bicara padanya, apalagi jika ia memaksa gadis itu pergi ke tempat asing.

Tapi jika tidak, ia juga tak sanggup melihat Stefany perlahan-lahan hancur seperti ini.

Pak Arman menghela napas panjang. Di balik wajah tegasnya sebagai pengusaha sekaligus pemimpin kelompok mafia, di lubuk hatinya ia hanyalah seorang ayah yang panik melihat putrinya tenggelam dalam duka.

Dan untuk pertama kalinya dalam hidup, Pak Arman benar-benar merasa tak berdaya.

1
Ida Bolon Ida Borsimbolon
mantap,Tetap semangat berkarya💪☺️
argen tambunan
istriku jenius bgt lah♥️♥️
argen tambunan
mantap
Risno Simanullang
mkasi kk
Aiko
Gila keren!
Lourdes zabala
Ngangenin ceritanya!
Risno Simanullang: mkasi kk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!