Pertempuran sengit di hutan Daintree menjadi titik balik dalam perburuan harta karun misterius. Bernard dan timnya terjebak dalam wilayah musuh yang menyamar sebagai suku pedalaman. Pertarungan demi pertarungan membuat mereka harus memilih antara bertahan hidup atau menjadi korban dari permainan berbahaya ini.
Kini, badai sesungguhnya mulai datang. Musuh bukan lagi sekadar kelompok bersenjata biasa—tapi sebuah kekuatan tersembunyi yang bergerak di balik layar, mengintai setiap langkah Bernard dan sekutunya. Hujan, malam, dan hutan gelap menjadi saksi pertarungan antara nyawa dan ambisi.
Sementara Bernard berjuang sendirian dalam keadaan terluka, Garrick dan tim bergerak semakin dekat, menghadapi ancaman yang tak lagi sekadar bayangan. Di sisi lain, Pedro menyusup ke dalam lingkaran musuh besar—mendekati pusat rencana penyerangan terhadap Alexander dan kekuatan besar lainnya.
Apakah Bernard dan timnya akan berhasil keluar dari hutan maut itu? Atau justru badai dendam dan ambisi akan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Langit sudah bersolek senja. Kawanan burung tampak berputar-putar di langit. Udara menjadi lebih dingin dari sebelumnya.
Bernard tengah mengawasi keadaan bebatuan di depan melalui teropong. Ia bisa dengan jelas melihat bebatuan yang membentuk naga. Tak hanya itu, ia melihat beberapa orang yang memakai pakaian bercawat dan pakaian minim lainnya, termasuk wanita dan anak-anak.
"Suku pedalaman palsu yang lain. Mereka tampaknya menjaga bebatuan itu agar tidak dimasuki oleh sembarang orang. Aku semakin yakin jika aku sudah lebih dekat dengan petunjuk berikutnya yang mengarah pada lokasi penyimpan benda antik itu."
"Aku seharusnya bergerak sekarang, tapi aku belum memiliki persiapan. Dengan keadaanku sekarang, cukup sulit untuk bergerak, terlebih aku kekurangan senjata dan hanya bergerak sendirian."
Bernard menoleh ke arah air terjun sesaat, kembali mengawasi bebatuan dan orang-orang
berpakaian suku pedalaman. "Aku harap Garrick dan yang lain selamat dan bisa menemukan petunjuk-petunjuk ku. Aku membutuhkan kehadiran mereka untuk kembali bergerak."
Bernard menghembus napas panjang, meringis ketika menyentuh betisnya yang tertembak. "Lukaku semakin terasa sakit. Aku bergerak sangat jauh tanpa mempedulikan lukaku. Akan berbahaya jika musuh menemukanku."
Hujan mengguyur deras, membawa angin kencang dan petir. Suara memekakkan terdengar bersamaan dengan suara ranting yang tersapu angin dan jatuh ke tanah.
Langit mulai gelap. Titik-titik bintang mulai terlihat. Hanya dalam waktu singkat, malam menggantikan sore.
Bernard berkutat untuk mengobati lukanya, mengarahkan senter kecil di sekitar kakinya. Ia waspada dengan suara sekecil apapun. "Dengan keadaan seperti ini, Garrick dan yang lain tampaknya akan kesulitan untuk bergerak. Saat malam tiba, keadaan akan semakin berbahaya."
Berkilo-kilo meter dari tempat Bernard berada sekarang, Garrick, Rick, Bane, Ben, dan Ken tengah berada di dalam tenda.
Ben dan Ken sedang mengawasi keadaan sekeliling dengan waspada. Lokasi tenda berada di samping pohon yang terdapat petunjuk berupa goresan.
Garrick sudah membagi tugas. Ben dan Ken akan berjaga selama dua jam kedepan, ia, Rick, dan Bane akan menggantikan dua jam berikutnya.
"Sampai saat ini, aku tidak menemukan tanda-tanda pergerakan musuh," kata Ben yang tidak beralih mengawasi keadaan hutan.
"Aku juga bulan menemukan apapun," sambung Ken.
"Selain menghentikan pergerakan kita, hujan ini juga menghentikan pergerakan Tuan Bernard dan musuh. Kita tidak memiliki pilihan selain tetap bertahan di sini dalam keadaan seperti ini," ucap Garrick seraya melemparkan buah-buahan pada Ben dan Ken.
"Aku yakin kelompok bantuan sedang mencari keberadaan kita di gua sekarang. Aku harap mereka tahu aktivitas di dalam gua dan segera melaporkan hal itu pada Alexander dan keluarga Hillborn," ujar Rick.
"Aktivitas orang-orang di gua itu sangat mencurigakan. Apa yang sebenarnya mereka lakukan di sana?" tanya Bane.
Garrick tercenung selama beberapa waktu. "Kita belum sempat memeriksa lokasi di bawah orang-orang itu. Ketika bersembunyi, aku menemukan sebuah lorong yang sepertinya mengarah ke suatu tempat. Aku menduga jika Tuan Bernard tidak juga tidak sempat untuk memeriksa tempat itu, terlebih dengan kondisinya yang terluka.”
Waktu terus berjalan. Ben dan Ken terus mengawasi keadaan hutan. Suara lolongan anjing hutan dan hewan lain terdengar dari kejauhan. Angin berhembus kencang, menerjang dedaunan dan bebatuan.
Garrick tengah mencatat lokasi denah yang sudah dilaluinya dan rombongan hingga ke titik ini.
"Ada yang datang," ujar Ben segera memberi tanda.
Rick dan Bane seketika mematikan lampu, bersiaga penuh. Garrick bersiap siaga dengan senjata.
"Ada yang datang dari arah barat daya." Ken memberi tanda.
Ben dan Ken tidak beranjak dari tempat mereka selama beberapa waktu.
"Seekor babi berukuran besar sedang mendekat ke arah kita. Babi itu tengah ... dikejar oleh empat orang. Mereka adalah orang-orang berpakaian suku pedalaman." Ben mencengkeram kuat teropong. "Mereka akan tiba sekitar tiga puluh detik lagi."
"Aku melihat tiga pria berpakaian suku pedalaman yang juga berlari untuk menangkap babi hutan itu." Ken berkata.
"Rick, Bane, bersiap untuk menembakkan alat pelacak pada mereka. Meski keberadaan sinyal tidak ada di tempat kita, aku yakin suatu saat keberadaan alat pelacak itu akan berguna."
Rick dan Bane segera bersiap, mengarahkan pistol ke arah dua rombongan pria yang semakin mendekat. Dalam waktu nyaris bersamaan, mereka berhasil melemparkan alat pelacak pada dua orang pria.
"Babi itu akan melewati kita sekarang." Ben memberi tanda.
Seekor babi melesat cepat melewati tenda, disusul oleh tujuh pria bercawat. Garrick, Rick, Bane, Ben dan Ken sama sekali tidak bergerak untuk beberapa saat.
Tiga pria berpakaian suku pedalam berhasil menangkap babi. Empat pria mulai berbincang dengan bahasa yang tidak dipahami, lalu dua orang dari mereka mendekat ke arah tenda.
"Dua musuh mendekat ke arah kita. Mereka tampaknya mulai curiga," ucap Ken.
"Bersiap untuk segala kemungkinan. Jika perlu, kita akan menghabisi mereka." Garrick memberi tanda.
Rick dan Bane segera bersiap, begitupun dengan Ben dan Ken yang masih tidak beralih mengawasi keadaan sekitar.
Dua anggota suku pedalaman itu terus mendekat. Ketika sudah cukup dekat dengan tenda, seseorang dari teman mereka memanggil.
"Yuha katmang nayeua." Salah satu pria melambaikan tangan, memberi anggukan.
"Hunmu santoan."
Dua pria itu kembali bergabung dengan rombongan. Dua pria mengangkat babi hutan dengan tandu, sedang seorang pria yang menjadi pemimpin mereka kembali berbicara.
"Mereka memiliki bahasa yang aneh. Sepertinya itu semacam kode." Ben mengarahkan teropong ke arah pergi rombongan itu.
"Ada kemungkinan jika orang-orang itu akan kembali ke tempat kita." Garrick mengawasi keadaan luar sesaat. Hujan tak sederas awal. "Kita akan bertahan di sini dan bersiap."
Sementara itu, Glen dan kelompok yang terdiri dari keluarga Hillborn akhirnya tiba di hutan Daintree. Mereka bertemu dengan kelompok Xander yang bertugas menjadi pinggiran hutan.
"Ini adalah rute tercepat untuk sampai di lokasi terdekat dengan batu itu. Kalian akan bertemu dengan Arron tak jauh dari lokasi. Sinyal semakin sulit didapatkan ketika berada di tengah hutan. Untuk itu kami memberikan gulungan ini," ucap seorang pengawal.
Glen menerima sebuah gulungan. "Baik, kami akan berangkat sekarang."
Glen menaiki motor.
Rombongan motor melesat cepat di jalanan yang licin dan sulit. Dari kejauhan, titik-titik cahaya mulai terlihat.
"Aku sebenarnya tidak ingin mengkhawatirkanmu, Garrick. Kau cerdas dan kuat. Kau juga bisa bersikap tenang di keadaan segenting apapun. Tapi, entah mengapa aku sangat khawatir sejak aku mendengarmu terjebak di gua," gumam Glen.
Rombongan motor tidak hanya menerobos pekatnya hutan, tetapi juga menerobos derasnya hujan. Suasana sekitar mendadak terang ketika petir menggelegar.
Sementara itu, Xander, Govin, Miguel, dan Darren tengah berada di ruangan. Mereka melihat foto yang dikirimkan oleh Arron mengenai keadaan hutan dan gua.
Semakin seru..
Tiap episode perburuan harta karun membuat penasaran..
Bravo Thor.