NovelToon NovelToon
THE MASK OF SILENCE

THE MASK OF SILENCE

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Akademi Sihir
Popularitas:276
Nilai: 5
Nama Author: MishiSukki

Di balik reruntuhan peradaban sihir, sebuah nama perlahan membangkitkan ketakutan dan kekaguman—Noir, sang kutukan berjalan.

Ditinggalkan oleh takdir, dihantui masa lalu kelam, dan diburu oleh faksi kekuasaan dari segala penjuru, Noir melangkah tanpa ragu di antara bayang-bayang politik istana, misteri sihir terlarang, dan lorong-lorong kematian yang menyimpan rahasia kuno dunia.

Dengan sihir kegelapan yang tak lazim, senyuman dingin, dan mata yang menembus kepalsuan dunia, Noir bukan hanya bertahan. Ia merancang. Mengguncang. Menghancurkan.

Ketika kepercayaan menjadi racun, dan kesetiaan hanya bayang semu… Siapa yang akan bertahan dalam permainan kekuasaan yang menjilat api neraka?

Ini bukan kisah tentang pahlawan. Ini kisah tentang seorang pengatur takdir. Tentang Noir. Tentang sang Joker dari dunia sihir dan pedang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MishiSukki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8: Bayang-Bayang yang Mengisi Kekosongan

Noir berdiri di depan cermin kecil yang retak, pantulan wajahnya terlihat samar dalam cahaya redup. Matanya yang besar menatap balik dengan kebingungan. Itu dirinya—namun bukan dirinya yang ia kenal. Wajah itu masih muda, kulitnya belum dikeraskan oleh waktu dan penderitaan.

Rambutnya kusut, tubuhnya kurus, seperti seorang anak yang terbiasa kelaparan. Ia mengangkat tangannya, menyentuh wajahnya sendiri. Gerakan itu nyata, tubuh ini nyata. Tapi ada yang salah.

Ingatannya masih ada. Ia masih mengingat semuanya—pekerjaan beratnya, atasannya yang menindas, istrinya yang meninggalkannya, dan akhirnya... kematiannya. Noir seharusnya sudah mati. Tapi sekarang, ia terjebak dalam tubuh seorang anak laki-laki yang juga bernama Noir.

Pikiran-pikiran itu berputar di kepalanya. Apakah ini reinkarnasi? Apakah ini hanya mimpi panjang yang nyata? Atau... apakah ini adalah hukuman, dipaksa untuk menjalani kehidupan pahit dari awal? Dia mengingat detik-detik sebelum segalanya berubah.

Malam itu, tubuhnya melemah, pikirannya kosong, dan dunia seakan menghapus keberadaannya. Lalu ada aurora jingga di langit. Sesuatu tentang cahaya itu terasa penting, tapi ia tidak bisa mengingatnya dengan jelas. Dan kini, ia berada di sini—di rumah kumuh di pinggiran kota, kembali sebagai bocah berumur sembilan tahun.

"Siapa sebenarnya Noir ini?" pikirnya.

Jika tubuh ini milik orang lain yang berbagi nama dengannya, maka ada kemungkinan besar kehidupan anak ini telah berjalan sebelum Noir mengambil alih tubuhnya. Tapi kenapa? Apakah anak ini mati sebelum ia masuk ke tubuh ini? Ataukah mereka berbagi kesadaran?

Jantung Noir berdegup lebih cepat. Ia perlu mencari tahu.

Di luar kamar, terdengar suara langkah kaki berat. Pintu kayu tua berderit saat seseorang membukanya. Seorang pria bertubuh besar, dengan wajah kasar dan mata penuh kelelahan, berdiri di ambang pintu.

"Noir! Kau masih tidur? Cepat keluar, kamu harus bekerja!" suaranya berat, tanpa kelembutan sedikit pun.

Noir menatap pria itu. Ada sesuatu yang menggelitik di kepalanya—ingatan samar yang bukan miliknya. Seorang ayah yang keras, rumah yang tak pernah benar-benar menjadi tempat berlindung, dan dunia yang bahkan lebih kejam dari yang ia tinggalkan. Ia mengepalkan tangannya. Ini bukan hanya tentang dirinya lagi. Ini tentang Noir yang lain.

Noir menatap pria yang berdiri di ambang pintu itu—ayahnya. Seorang pria bertubuh besar dengan wajah yang lelah, matanya cekung seperti seseorang yang bertahun-tahun tak pernah tidur nyenyak. Pakaian lusuhnya penuh dengan noda tanah dan debu batu bara, tangannya kasar, kotor oleh sisa kerja di tambang yang tak pernah mengenal belas kasihan.

Kuli tambang.

Gaji sedikit.

Kelaparan.

Ingatan itu mengalir deras di kepalanya, bukan hanya ingatannya sendiri, tapi juga ingatan Noir kecil yang tubuhnya kini ia tempati. Noir kecil tumbuh tanpa kasih sayang, tanpa kepastian apakah esok ada makanan untuk dimakan.

Ayahnya hanya seorang buruh kasar di tambang yang terletak di luar kota, tempat kerja yang lebih mirip neraka daripada ladang penghidupan. Setiap hari, ia berangkat sebelum matahari terbit dan kembali setelah malam menelan langit.

Gajinya? Hanya cukup untuk membeli roti keras yang bahkan lebih sering ia makan sendiri, karena jika ia tak makan, ia tak akan punya tenaga untuk bekerja. Alih-alih memberi makan Noir, untuk bertahan hidup sendiri saja sudah menjadi perjuangan.

"Bangun," suara ayahnya dingin, tidak mengandung emosi. "Kalau kau tidak mau mati kelaparan, temukan sendiri caramu untuk bertahan."

Noir hanya diam. Tidak ada pelukan. Tidak ada kata-kata lembut. Hanya perintah dan tatapan kosong yang mengatakan bahwa ia bukanlah anak yang diinginkan, hanya beban tambahan dalam kehidupan yang sudah cukup berat.

Bocah Noir yang dulu, Noir kecil yang asli, telah menjalani hidup seperti ini sejak lahir. Bertahan dari sisa makanan, mengais apa yang bisa dimakan, dan menerima pukulan jika ia mengeluh. Sementara Noir yang sekarang, Noir yang telah mati dan hidup kembali di tubuh ini, hanya bisa merasakan getirnya kenyataan pahit yang lebih kejam daripada yang pernah ia bayangkan.

"Dunia ini benar-benar bangsat," pikir Noir.

Dulu, ia berpikir hidupnya sebagai pria dewasa sudah cukup buruk—pekerjaan yang menekan, istri yang pergi, kematian yang menyakitkan. Tapi tidak. Hidup Noir kecil jauh lebih buruk. Bahkan lebih kejam. Dan sekarang, ia yang harus menjalaninya.

Lalu, ibunya. Tak ada wajah, tak ada suara, tak ada kenangan sedikit pun tentang sosok yang seharusnya ada di hidup seorang anak. Seolah-olah ia tak pernah ada.

"Ayah..."

Noir akhirnya berbicara saat mereka duduk di meja reyot itu, hanya dengan sepotong roti keras yang bahkan lebih cocok disebut batu.

Lelaki itu hanya mendongak sedikit, menatap Noir dengan mata lelahnya, lalu kembali menggigit roti tanpa ekspresi.

"Aku punya ibu, kan?"

Tangan ayahnya berhenti di udara. Sesaat, hanya ada keheningan. Lalu, tanpa peringatan, lelaki itu berdiri, mengambil mantelnya, dan pergi ke luar tanpa menjawab apa pun. Pintu kayu tua tertutup dengan bunyi yang berat.

Noir tetap duduk di tempatnya, menatap kosong ke meja. Seperti itu, ya? Ibunya... mungkin masih hidup. Mungkin sudah mati. Mungkin pergi. Tapi yang jelas, ia bukan seseorang yang boleh diingat, atau bahkan dibicarakan. Dan Noir merasa, jika ia ingin tahu kebenarannya, ia harus menemukannya sendiri.

Ya sudahlah... kehidupan barunya, dengan segala misteri dan kekejaman ini, baru saja dimulai. Dia tidak akan membiarkan dirinya dihancurkan lagi. Kali ini, ia akan menjadi yang mengendalikan takdirnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!