Malam itu menjadi malam terburuk bagi Ranum. Sang kekasih tiba-tiba saja secara sepihak memutus jalinan asmara di saat ia tengah mengandung benih cintanya, diusir oleh sang ayah karena menanggung sebuah aib keluarga, dan juga diberhentikan dari tempatnya bekerja.
Ranum memilih untuk pergi dari kota kelahirannya. Ia bertemu dengan salah seorang pemilik warung remang-remang yang mana menjadi awal ia membenamkan diri masuk ke dalam kubangan nista dengan menjadi seorang pramuria. Sampai pada suatu masa, Ranum berjumpa dengan lelaki sholeh yang siapa sangka lelaki itu jatuh hati kepadanya.
Pantaskah seorang pramuria mendapatkan cinta suci dari seorang lelaki sholeh yang begitu sempurna? Lantas, apakah Ranum akan menerima lelaki sholeh itu di saat ia menyadari bahwa dirinya menyimpan jejak dosa dan nista? Dan bagaimana jadinya jika lelaki di masa lalu Ranum tiba-tiba hadir kembali untuk memperbaiki kesalahan yang pernah ia lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Jasmin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Tragedi
Pov Ranum
"Ada keperluan apa Anda mencari saya? Saya rasa saya sudah tidak punya urusan lagi dengan Anda."
Sore hari sekitar pukul empat, aku sedikit dibuat tercengang ketika pak Jonas mengantar pulang Asri. Bukan tercengang perihal dia yang mengantar pulang temanku melainkan tercengang ketika ia ingin berbicara sedikit privat denganku. Entah apa yang ingin dibicarakan.
Aku yang sedang bersih-bersih ruangan yang nantinya akan aku tempati, terpaksa harus aku hentikan aktivitasku itu dan menghampiri pak Jonas yang berada di halaman depan, di bawah pohon nangka.
"Asri sudah bercerita banyak tentangmu. Katanya, saat ini kamu tengah hamil, apakah itu benar?"
Aku tersenyum sinis mendengar pertanyaan dari ayah mantan kekasihku ini. Tidak ada angin, tidak ada hujan, mengapa pria paruh baya ini ingin tahu perihal kehamilanku?
"Tidak ada urusannya dengan Anda, Tuan. Mau aku hamil mau tidak hamil itu tidak ada kaitannya dengan Anda. Lantas, mengapa Anda ingin tahu?"
"Aku hanya ingin saja memastikan, Num."
Sedikit kerutan muncul di dahiku mendengar jawaban dari pak Jonas. Untuk apa dia memastikan aku hamil atau tidak.
"Memastikan dalam hal apa, Tuan Jonas?"
"Memastikan anak yang kamu kandung itu anak Varen, atau bukan?"
"Hahahaha.." Aku tergelak mendengar jawaban dari pak Jonas. Kupandangi wajah lelaki ini dengan tatapan penuh dengan kebencian.
"Tolong Num, beritahu aku. Anak yang ada di dalam rahimmu itu anak Varen atau bukan?"
"Bukankah Anda mengatakan bahwa saya ini wanita murahan dan hanya perlu bayaran? Jadi, Anda tidak perlu repot-repot untuk mengetahuinya kan?"
"Oke, aku minta maaf atas apa yang pernah aku lakukan kepadamu. Sekarang aku hanya ingin memastikan, apakah yang ada di rahimmu itu anak Varen?"
Aku hanya menatap penuh tanda tanya ke arah pak Jonas. Apa yang sesungguhnya terjadi dengan lelaki ini, sampai-sampai dia merendahkan harga dirinya untuk meminta maaf kepadaku yang kala itu ia sebut sebagai wanita murahan, wanita kasta rendahan dan tidak pantas untuk menjadi pendamping hidup Varen.
"Simpan saja semua kata maaf Anda itu, Tuan Jonas yang terhormat. Saya sama sekali tidak membutuhkan ataupun mengharapkan kata maaf itu."
Ku ayunkan tungkai kakiku, bermaksud untuk meninggalkan pak Jonas yang masih terperangah melihat sikapku yang kekeuh tak mau mengatakan anak siapa yang aku kandung. Mungkin aku terlalu egois tapi ini bukan lagi tentang ego, melainkan tentang harga diri yang sudah diinjak-injak. Jadi, sampai kapanpun aku tidak akan pernah memberitahu ini anak siapa.
"Aku ingin membiayai hidupmu jika itu memang benar anak Varen. Aku akan tanggung semua keperluan yang kamu butuhkan."
Langkahku terhenti kala ku dengar pak Jonas memberikan satu penawaran di mana ia akan menanggung seluruh kebutuhanku. Mungkin bagi wanita lain, ia akan langsung menerima tawaran itu namun tidak bagiku. Hatiku sudah terlanjur sakit. Harga diriku sudah terlanjur diinjak-injak dan itu semua tidak akan pernah terhapus hanya dengan permintaan maaf ataupun itikad baik untuk menanggung kehidupanku.
"Tidak perlu repot-repot, tuan Jonas yang terhormat. Saya bisa menanggung semua kebutuhan saya dan anak saya. Lebih baik uang itu Anda gunakan untuk menantu Anda. Barangkali ia jauh lebih membutuhkan. Mungkin untuk shopping, traveling atau healing."
Tak ku pedulikan lagi keberadaan pak Jonas. Gegara kedatangannya, membuatku tak ikut mami dan Asri yang diajak om Pai untuk membeli perlengkapan dapur di supermarket dekat-dekat sini. Aku merasa kedatangan pak Jonas hanya menggangguku saja.
Baru saja beberapa langkah aku bermaksud meninggalkan pak Jonas, tiba-tiba terdengar deru suara mesin mobil yang masuk ke halaman. Ku hentikan langkah kakiku dan aku berbalik badan. Kulihat sebuah mobil mpv warna putih berhenti di sana.
Plok... Plok... Plok...
"Oh jadi ini, ini yang kalian lakukan hah? Diam-diam berselingkuh di belakangku!"
Kedua bola mataku terbelalak sempurna ketika kulihat dua sosok wanita yang masih terlihat cantik di usia paruh bayanya keluar dari mobil itu.
"Bu Miranda!"
"Mama, Stevi!"
Aku dan pak Jonas sama-sama dibuat terkejut dengan kedatangan bu Miranda. Entah bagaimana ceritanya wanita itu bisa tahu keberadaanku di sini.
"Iya ini aku. Kenapa? Kalian kaget?"
Kulihat bu Miranda melangkah mendekat ke arahku tanpa berhenti di sisi suaminya terlebih dahulu. Entah apa yang terjadi dengan wanita ini. Namun dari raut wajahnya, ia nampak dipenuhi oleh api amarah.
Plak... Plak... Plak....
"Ahhhhhh....!!!" pekikku ketika tiba-tiba bu Miranda menarik rambutku dan menampar pipiku.
"Mama! Apa-apaan kamu Ma!"
Ku dengar pak Jonas berteriak kebingungan melihat sang istri yang tiba-tiba menampar pipiku. Kulihat dia juga mendekat ke arahku. Berusaha menghentikan apa yang dilakukan oleh istrinya.
"Dasar wanita jalang. Setelah kamu gagal menjadi menantuku, sekarang kamu usik kehidupanku dengan menggoda suamiku, hah? Benar-benar jalang kamu!"
Plak.. Plak.. Plak..
"Aaahhh... Sakit!"
Sakit, ini sungguh sakit sekali. Tamparan bu Miranda benar-benar terasa begitu panas hingga menjalar ke seluruh wajah. Bahkan aku masih belum bisa mencerna, mengapa aku dikatakan menggoda suaminya?
"Ma hentikan!" Kulihat Pak Jonas meraih tangan bu Miranda dan menarik tubuhnya hingga sedikit berjarak denganku. "Kamu ini apa-apaan? Apa yang kamu lakukan kepada Ranum? Siapa yang menggodaku?" sambungnya pula.
"Cih... Jadi kamu mau melindungi wanita jalang ini Pa? Sudah jelas-jelas kamu berselingkuh di belakangku, masih kamu mengelak, hah?"
Bu Miranda berteriak kencang mengungkapkan isi hatinya. Wanita itu mengira jika aku adalah selingkuhan pak Jonas, hingga ia menamparku bertubi-tubi seperti ini.
"Aku tidak berselingkuh dengan Ranum, Ma. Kamu salah sangka. Ranum bukan selingkuhanku!" teriak pak Jonas memberikan satu pengertian.
"Halaahh mana ada maling ngaku. Ternyata akhir-akhir ini sikapmu berubah karena wanita jalang itu, hah?!!" teriak bu Miranda.
"Ma, kamu salah paham. Aku tidak berselingkuh dengan Ranum!"
"Aaarrggghh... Pembohong kamu Pa!"
Bu Miranda nampak berontak hingga terlepas dari tangan pak Jonas. Lagi, ia pun menghampiriku. Sepertinya dia belum puas untuk meluapkan amarahnya terhadapku.
"Benar-benar perempuan sundal kamu Num. Bisa-bisanya kamu menggoda suamiku. Butuh berapa duit kamu, hah?!!"
"Aku...!"
"Aarrgghhh brengsek!!!"
Dug....
"Aaahhhh... Sakit!!!"
"Mama hentikan!"
"Stop Pa! Kalau kamu berani menolong wanita jalang ini, aku pastikan kamu tidak akan melihatku lagi!"
"Tapi Ma..."
"Ayo pulang! Kita selesaikan masalah ini di rumah!"
Aku memekik kesakitan ketika tubuhku terduduk di tanah setelah bu Miranda menendang perutku. Rasanya perutku begitu nyeri hebat hingga membuatku memekik kesakitan.
"Anakku...," ucapku lirih sembari memegangi perut.
Samar kulihat pak Jonas, bu Miranda dan satu wanita lain bernama Stevi itu meninggalkan tempat ini menggunakan mobil hitam milik pak Jonas. Sedangkan mobil putih itu masih berhenti di tempat.
"Aaahhhhh... Sakit!"
Aku terus memekik merasakan nyeri yang begitu hebat di perut. Kepalaku mendadak terasa berat, penglihatanku berkunang-kunang. Namun di saat bersamaan aku melihat bayangan seorang pria yang turun dari mobil putih. Dia berjalan ke arahku dan samar ku dengar ...
"Aku akan mengantarmu ke neraka!!!"