Lian shen ,seorang pemuda yatim yang mendapat kn sebuah pedang naga kuno
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjalanan Ke Gunung Hitam
Udara pagi di pegunungan terasa tajam menusuk kulit. Liang Shen dan Lin Feng berjalan menembus jalur berbatu yang menanjak. Setiap langkah membawa mereka semakin jauh dari hutan kabut dan desa terkutuk, menuju arah utara yang ditunjukkan roh.
Kabut tipis masih menggantung di udara, namun berbeda dengan kabut roh, kabut di sini terasa alami, dingin, dan penuh rahasia. Burung-burung hitam melintas di atas kepala, seakan menjadi pertanda buruk.
Lin Feng memandang ke puncak yang samar terlihat di kejauhan. Gunung itu tinggi menjulang, puncaknya diselimuti kabut hitam yang tidak pernah hilang. “Itulah Gunung Hitam,” katanya pelan. “Tempat di mana Sekta Bayangan menyembunyikan rahasia mereka.”
Liang Shen menggenggam pedang naga di pinggangnya. Hatinya berkecamuk antara rasa takut dan tekad. “Semakin dekat aku ke sana, semakin kuat aku merasakan bisikan pedang ini… seolah ada sesuatu yang menunggu.”
Roh naga berbisik samar di pikirannya: “Benar, Shen. Gunung itu menyimpan pecahan masa laluku. Di sanalah kebenaran akan terbuka, tapi juga bahaya terbesar menanti.”
Mereka terus berjalan hingga mencapai sebuah lembah sempit. Tiba-tiba, tanah bergetar. Dari balik celah batu, muncul makhluk aneh: seekor serigala hitam sebesar kerbau, matanya merah menyala, bulunya dipenuhi asap pekat.
Liang Shen langsung menghunus pedangnya. “Makhluk roh lagi?!”
Lin Feng menggeleng. “Tidak. Itu hewan biasa yang telah dirasuki energi gelap Sekta Bayangan. Hati-hati, kekuatannya lebih buas dari roh kabut.”
Serigala itu meraung, melompat cepat. Liang Shen menangkis dengan pedang naga, percikan cahaya perak memecah udara. Tubuhnya terhempas ke belakang, nyaris terbanting.
Lin Feng melompat ke sisi lain, pedangnya menebas serigala dari samping. Namun, luka itu langsung menutup oleh asap hitam yang meresap ke bulu.
“Dia menyerap energi gelap untuk memulihkan diri!” seru Lin Feng.
Liang Shen menggertakkan gigi. “Kalau begitu, kita harus menghancurkan sumber kegelapannya sekaligus.”
Pedang naga di tangannya bergetar, mengeluarkan cahaya lebih terang. Roh naga bersuara: “Tusuk jantungnya, Shen. Cahaya naga akan memurnikan kegelapan itu.”
Liang Shen menunggu momen. Saat serigala itu kembali melompat, ia meluncur ke depan, menusukkan pedang ke dada makhluk itu. Cahaya naga meledak, menyalakan lembah dengan kilatan perak. Serigala meraung keras sebelum tubuhnya hancur menjadi abu hitam.
Keheningan kembali. Liang Shen terengah, tubuhnya gemetar. Lin Feng menepuk bahunya. “Kau semakin terbiasa dengan pedang itu. Tapi hati-hati—semakin sering kau menggunakannya, semakin dalam pula ikatanmu dengan roh naga.”
Liang Shen menatap pedang di tangannya. Cahaya yang indah itu menyembunyikan sesuatu yang terasa menyeramkan, seolah naga itu menunggu waktu untuk menunjukkan wujud aslinya.
Mereka melanjutkan perjalanan, menembus hutan pinus di kaki Gunung Hitam. Namun, di sepanjang jalan, mereka melihat tanda-tanda aneh: pohon-pohon yang menghitam, batu-batu berukir simbol kabut, dan suara samar nyanyian gelap dari arah puncak.
Di sebuah tebing, mereka berhenti. Dari kejauhan, tampak cahaya obor bergerak beriringan, puluhan sosok berjubah hitam berjalan naik. Wajah mereka tertutup topeng, langkahnya teratur, seakan sedang melakukan ritual.
Lin Feng menahan napas. “Itu… murid Sekta Bayangan. Jumlah mereka lebih banyak dari yang kuduga.”
Liang Shen mengepalkan tangan. “Kalau mereka benar-benar sekte yang menghancurkan desaku, aku tidak akan mundur.”
Lin Feng menatapnya dengan serius. “Dengarkan, Shen. Kita belum siap menghadapi mereka secara langsung. Jika kau masuk terburu-buru, itu sama saja bunuh diri. Kita harus mencari jalan lain—menggali rahasia mereka terlebih dahulu.”
Liang Shen ingin membantah, tapi hatinya tahu Lin Feng benar. Amarahnya bergejolak, namun ia menahannya. “Baik. Tapi suatu hari nanti… aku akan menebas mereka dengan tanganku sendiri.”
Malam itu, mereka bersembunyi di sebuah gua kecil. Dari kejauhan, mereka bisa mendengar lantunan doa gelap yang bergema dari puncak Gunung Hitam. Liang Shen memejamkan mata, mendengar bisikan roh naga yang semakin kuat.
“Shen… darahmu akan diuji di gunung ini. Jangan takut. Ikatan kita akan membawa terang di tengah bayangan.”
Liang Shen terdiam, tangannya menggenggam pedang erat. Ia tahu perjalanan ke Gunung Hitam baru saja dimulai, dan setiap langkah akan semakin berbahaya.
Namun, di balik ketakutannya, ada tekad baja yang semakin menyala: membalaskan dendam desanya dan mengungkap misteri pedang naga yang kini menjadi bagian dari dirinya.