Amira, wanita cantik berumur 19 tahun itu di jodohkan dengan Rayhan yang berprofesi sebagai Dokter. Keduanya masih memiliki hubungan kekerabatan. Namun Amira dan Rayhan tidak menginginkan perjodohan ini.
Rayhan pria berumur 30 tahun itu masih belum bisa melupakan mendiang istrinya yang meninggal karena kecelakaan, juga Amira yang sudah memiliki seorang kekasih. Keduanya memiliki seseorang di dalam hati mereka sehingga berat untuk melakukan pernikahan atas dasar perjodohan ini.
Bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin Aprilian04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Misi
"Gue di jodohin!"
"Hah? Sama siapa?"
"Sama keluarga gue sendiri."
"Oh my God, terus gimana dengan Noah? Laki-laki ganteng itu gimana nasibnya?"
Amira mengangkat bahunya menatap temannya. Raut wajahnya terlihat di penuhi kekesalan. Ia meminum jus alpukat yang di pesannya tadi. Suara iringan dari live musik di cafe tersebut cukup menghibur Amira.
"Makanya gue ngajak ketemuan Lo tuh mau minta solusi. Menurut Lo gue harus gimana? Gue gak mau nikah sama laki-laki berumur 30 tahun!"
Uhuk uhuk
Fika temannya yang sama kuliah di Paris ketika itu pun tersedak. Keduanya berteman baru satu tahun lamanya. Fika sedang pulang ke Indonesia karena sedang libur kuliah. Selama berkuliah di Paris Amira begitu dekat dengannya karena teman-temannya ketika semasa SMP dan SMA tidak akan bisa di ajak asyik seperti ini, mengingat ia lulusan pesantren.
"30 tahun?"
Amira mengangguk kesal, "Iya."
"Hahaha, Lo bakal nikah sama om om?" Ledek Fika membuat Amira semakin kesal.
"Makanya kasih gue solusi dong. Gue cinta banget sama Noah. Gue gak mau ninggalin dia!"
"Bener, Lo?
"Iya!" Amira mengangguk yakin.
"Sini!"
Amira pun mendekati Fika yang membisikan sesuatu ke telinganya. Ia mengangguk setuju, ini ide yang sangat bagus.
"Gue keterlaluan gak yaa kalau lakuin ini?" Amira menghela nafas.
"Yaa ngga lah, dari pada Lo nikah sama om-om itu. Emang Lo mau?"
"Gak, gue gak mau."
"Yaudah, makanya turutin saran gue!"
***
Amira menunggu seseorang di sebuah Cafe yang berbeda namun masih di daerah yang sama. Sudah dua jam ia berada di luar, dan ia mengingkari janjinya terhadap orang tuanya untuk pulang cepat karena ingin bertemu dengan seseorang.
Ia menyadari semenjak berkuliah di Paris sifatnya jadi berbeda. Namun ia membenarkan semua ini karena menurutnya ini hal yang wajar di umurnya yang masih remaja. Teman-temannya yang memiliki gaya hidup yang berbeda dan bebas membuat ia tertarik, karena selama ini ia merasa hidupnya terlalu banyak aturan.
Sudah 10 menit ia menunggu sambil meminum kopi, akhirnya seseorang yang ia tunggu sejak tadi datang juga. Pria yang selama di Paris selalu bersamanya, hampir tiap hari ia bertemu dan menikmati waktu bersama. Noah selalu menghampirinya ke Apartemennya disana. Sehingga rasanya berat ketika sekarang ia harus berpisah dengan laki-laki yang menjadi cinta pertamanya.
Pria bertubuh tinggi dengan kulitnya yang putih itu menghampiri Amira. Ia tersenyum lalu menggenggam tangan mungil wanita itu.
"I'm so Miss you, baby!"
"Me too!" Amira manja membalas genggaman pria di hadapannya. Mata Amira sedikit berkaca-kaca, ia terlalu bahagia bisa bertemu kembali dengan kekasih hatinya.
"Akhirnya aku bisa ketemuan sama gadis cantik aku di Indonesia. Emangnya orang tua kamu gak marah?" Noah bertanya dengan tatapan penuh cintanya.
"Biasa aku sembunyi-sembunyi. Mereka pasti gak akan ngizinin kalau aku jujur. Ini semua aku lakuin demi kamu, Noah!"
"Thanks sayang. Kamu udah berjuang demi bertemu dengan aku."
"Sama-sama, cintaku!" Amira tersenyum bahagia. Bibirnya tak henti tersenyum sejak tadi.
"Sayang!"
"Hmm?" Noah menatap Amira. Tangannya membelai pipi lembut nan kemerahan itu.
"Ada yang mau aku omongin!"
"Apa sayang? Ada apa?" ucapnya lembut.
Amira menghela nafas, ia menyiapkan dirinya sendiri berharap Noah memberikan respon yang baik.
"Aku mau di jodohkan!"
"Apa?" Pria blasteran itu tampak terkejut, matanya membulat tak percaya.
Amira mengangguk dengan air mata yang berlinang di pelupuk matanya.
"Dengan siapa?"
"Keluarga aku sendiri!" Amira menunduk sedih.
"Oh my God!" Noah mengusap wajahnya gusar. "No, aku tidak bisa menerimanya!"
"Aku juga gak mau nikah sama dia, Noah. Aku maunya sama kamu!"
"Kamu menolak dong!" Noah menatap cemas.
"Sudah, Noah. Tapi mereka tetap pada pendiriannya. Aku harus gimana dong. Tolong aku!"
"Okay, tenang, sayang. Aku akan cari jalan keluarnya. Sekarang kamu iyakan dulu saja keinginan orang tua mu. Aku akan cari jalan keluarnya secepat mungkin."
Amira mengangguk nurut, ia menatap Noah penuh cinta dan kekaguman. Ia sangat suka pria yang bisa melindunginya dan yang membuatnya merasa di cintai. Rasa cintanya pada Noah begitu besar. Bagaimana tidak, pria itu terlampau tampan. Fisiknya begitu sempurna, juga sikapnya yang menurutnya romantis dan humoris.
Amira menatap jam di tangannya yang kini sudah menunjukan pukul 7 malam. Ia pun melihat beberapa panggilan tak terjawab di handphonenya dari sang Ayah juga Kakaknya.
"Noah, maaf. Aku harus pulang sekarang. Bukan aku gak kangen sama kamu, tapi orang tuaku pasti nyariin aku." Amira panik.
"It's okay, kita lanjut aja nanti di telfon yaa?" Noah mengusap puncak kepala Amira. Di balas anggukan yakin oleh Amira.
"Kamu pulang dengan siapa? Aku antar yaa?"
"No, aku naik taxi online aja. Bahaya kalau kamu yang nganter."
"Okay, okay, be careful my love!" Noah kembali mengusap pipi kemerahan Amira.
Amira mengangguk, "Okay, i love you!" ujarnya pelan.
"Love you too!"
***
Amira membayar Taxi online yang mengantarkannya sampai rumah. Lalu ia melangkahkan kakinya menuju rumah bernuansa putih itu. Ia membuka pintu dengan pelan berharap orang tuanya sedang berada di kamar. Namun ia salah, baru saja membuka pintu, Abinya sudah berada disana dengan berdecak pinggang dan menatapnya tajam.
"Baguss, baru satu kali di izinin keluar sendiri pulang malam. Baguss!" Abi Rafiq bertepuk tangan. Amira menunduk takut, kali ini ia benar-benar takut karena merasa memiliki salah. Ia meremas jarinya kuat.
"Ma-maaf, Abi!"
"Masuk!" Bentak Abi Rafiq.
Disana sudah terdapat Ummi Salma dan juga Rasyid. Amira pasrah karena malam ini ia pasti sudah sangat di marahi oleh semua orang. Amira duduk di sofa dengan pemandangan mata yang sedang menatapnya tajam.
Abi Rafiq duduk di samping Ummi Salma dengan helaan nafas yang begitu panjang.
"Abi cape marahin kamu terus, mulai hari ini kamu tidak boleh keluar lagi kecuali di temani. Titik!"
"Tapi, Abi... "
"Jangan protes ini sudah peraturan rumah. Kamu selalu melanggarnya dan harus siap dengan konsekuensinya."
"Ummi setuju sama Abi!" ujar Ummi Salma yang biasanya menenangkan Amira, kini ikut memarahinya.
"Ini alasan Abi mau menikahkan kamu dengan Rayhan. Biar kamu gak selalu keluyuran apalagi sama laki-laki." Ketus Abi Rafiq.
"Tadi Amira cuman... "
"Jangan membantah dan masuk kamar. Mulai besok rumah ini akan di kunci untuk kamu. Di larang keluar kecuali sama Ummi dan Kakak mu!" Abi Rafiq pun pergi meninggalkan putrinya dengan perasaan kecewa.
"Ummi benar-benar capek dengan tingkah kamu sekarang!" Ummi Salma pun mengikuti Abi Rafiq.
"Jangan kamu pikir Kakak tidak tahu kamu tadi bertemu dengan siapa!" timpal Rasyid dengan raut wajah penuh amarah.
Amira di tinggalkan sendirian, ia memeluk bantal sofa lalu menangis sendirian disana.
Salahkah? Ia hanya ingin memperjuangkan cintanya?