Kekurangan kasih sayang dari papanya, membuat Jessica Maverick selalu mencari perhatian dengan melakukan tindakan di luar batas, hingga dia juluki sebagai manizer atau pemain pria.
Sampai-sampai pengawal yang ditugaskan untuk menjaga Jessica kerap kali mengundurkan diri. Mereka tidak sanggup memantau pergerakkan Jessica yang liar dan binal itu.
Tindakan yang dilakukan Jessica bukan tanpa sebab, dia hanya ingin mendapatkan perhatian dari sang papa. Namun, bukannya mendapatkan perhatian, malah berujung mendapatkan pengawalan lebih ketat dari sebelumnya.
Felix namanya, siapa sangka kehadiran pria berkacamata itu membuat hidup Jessica jadi tidak bebas. Jessica pun berencana membuat Felix tidak betah.
Apakah Felix sanggup menjalankan tugasnya sebagai bodyguard Jessica? Lalu apa yang akan terjadi bila tumbuh benih-benih cinta tanpa mereka sadari?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ciuman Pertama
Netra gelap Felix langsung melebar. Dia lihat gadis cantik di depannya ini tengah menarik kerah pakaiannya sambil menempelkan bibir ke bibirnya sekarang. Matanya pun tertutup dengan sangat rapat.
Berbeda dengan Felix matanya terbuka lebar. Felix masih membeku di tempat. Dan saat ini jantungnya berdegup amat kencang. Sampai pada akhirnya dia segera tersadar dan merasa apa yang dilakukan dia dan Jessica salah besar. Dengan cepat Felix mendorong Jessica.
"Nona, apa Anda sudah gila!?" Felix menghapus cepat bibirnya sambil menjauhkan diri dari Jessica.
Jessica tak langsung membalas, malah tersenyum penuh arti.
"Kau ini bicara apa sih, aku kan memang gila, apa Papaku tidak memberitahumu kalau putrinya memang sudah gila," kata Jessica diiringi kekehan pelan setelahnya.
Jessica juga tak mengira akan mencium Felix barusan. Jessica menganggap, apa yang dilakukannya tadi hanya sebatas rasa penasaran saja. Apalagi dia sudah terbiasa berciuman bersama pria lain sebelum-belumnya. Kendati demikian, Jessica tak dapat menampik, jantungnya memberi respons yang sangat berbeda. Selama menjalin kasih dengan beberapa pria, Jessica tidak pernah merasakan jantungnya bergetar hebat seperti tadi.
Melihat Jessica tertawa, dada Felix kembali berdebar-debar. Dia enggan membalas, memilih menundukkan pandangan. Terlalu lama menatap Jessica sangat berbahaya bagi jantungnya, pikir Felix sejenak.
"Ya saya lupa, sudah selesai, saya akan mengantar Anda ke kampus sekarang."
"Hanya itu?" Tanggapan Felix membuat Jessica jadi cemberut. Bukankah seharusnya Felix marah padanya, tapi mengapa ekspresi Felix berubah begitu cepat.
Felix mengerutkan dahi dan perlahan memandang ke arah Jessica. "Maksud Nona?"
Jessica mendengus kasar. "Ya kenapa kau tidak marah padaku? Aku yakin sekali tadi ciuman pertamamu kan? Dan aku telah merebut ciuman pertamamu itu," kata Jessica. Dia dapat menebak dari cara Felix memberi reaksi tadi, terlalu kaku. Jadi, dapat dipastikan ini adalah pertama kalinya Felix berciuman. Dan entah kenapa Jessica merasa senang menjadi orang yang pertama mencium Felix.
Felix tak segera membalas, justru tampak gelagapan.
'Iya, itu ciuman pertamaku, dan kau wanita gila yang telah berani mengambil ciumanku, ciuman ini hanya untuk istriku kelak!' Felix hanya mampu membalas kekesalannya di dalam hati.
"Untuk apa saya marah, sudahlah Nona jangan diperbesar, mari kita pergi," kata Felix kemudian lalu perlahan menutup pintu mobil Jessica.
Jessica enggan membalas. Entah mengapa Jessica merasa sangat marah dengan jawaban Felix. Dengan muka masam dia pun memperhatikan Felix yang saat ini mengitari mobil dan masuk ke kursi kemudi.
"Pakai seatbelt-nya Nona, saya akan sedikit ngebut," ujar Felix sambil melirik Jessica melalui center mirror.
"Jangan sok mengaturku, cepat jalankan mobilnya!" Masih dengan muka menahan kesal, Jessica memilih menoleh ke jendela mobil.
Felix tak mampu berkata-kata lagi. Sentuhan dibibirnya tadi masih terasa di ujung bibirnya, hingga dia tak sadar belum menyalakan kendaraan. Karena sekarang tengah asik memperhatikan Jessica di belakang lewat kaca spion bagian tengah.
Jessica tak sadar diperhatikan Felix. Masih memandang ke sisi kanan jendela sambil melipat tangan di dada.
"Felix, kau niat mengantarku ke kampus tidak!" Tanpa menoleh ke depan, Jessica seketika berseru. Suasana hatinya yang mendadak buruk membuat emosinya tidak dapat dikontrol.
Felix gelagapan. "Iya Nona, maaf."
Felix bergegas mengantar Jessica ke kampus. Sesampainya di parkiran kampus, Jessica tidak langsung turun. Sebab perkataan Felix di sepanjang jalan tadi membuat kekesalannya semakin bertambah.
Bagaimana tidak, Felix mengatakan akan mengikuti Jessica di kampus. Aiden juga sudah meminta izin pada pihak kampus, tentang kehadiran Felix, yang akan sering muncul di lingkungan Universitas ternama itu.
Jessica tak bisa menolak. Sekarang, gerak-geriknya sangat terbatas.
"Dengar ya, kalau di kampus, jangan berjalan terlalu dekat denganku dan jangan bicara sebelum kusuruh, kecuali dalam situasi genting, sekarang aku akan turun dari mobil, ikuti aku kalau aku sudah masuk ke pintu utama," kata Jessica dengan nada tegas.
Meskipun dia dipantau Felix selama 24 jam sekarang. Jessica mulai menerima kehadiran Felix. Apalagi pria ini mengobatinya luka tadi, suatu tindakan yang tidak pernah dia dapatkan dari pengawal sebelum-belumnya.
Dulu, pengawal lama memilih diam dan hanya melihat dari dekat jika dia berkelahi dengan Stella, tapi tadi pagi untuk pertama kalinya, selama dia hidup di dunia, seseorang yang tak dia kenal membelanya.
"Baiklah Nona," balas Felix, sambil membuang napas kasar.
Jessica segera membuka pintu mobil dan berjalan cepat menuju pintu utama kampus sambil mengedarkan pandangan di sekitar, melihat semua mata penghuni kampus melihat ke arahnya saat ini dengan berbagai macam ekspresi yang berbeda. Ada yang memandang sinis, ada yang terlihat biasa saja, ada yang memandangnya dengan sorot mata hina.
"Kenapa mereka? Ish, menyebalkan!" cicitnya sambil menaruh kacamata hitam di hidung.
Belum juga jauh melangkah, gerakan kaki Jessica tiba-tiba terhenti, dengan kedatangan beberapa wanita bertubuh kurus yang menghalangi jalannya sambil bersedekap di dada.
"Hei, coba lihat pelacur ini hari ini tidak datang terlambat!" seru wanita berambut blonde sambil menyeringai tajam. Dia adalah Mia, adik tiri Jessica dan empat wanita yang lain, teman-temannya.
Bukannya langsung marah, Jessica malah ikut tersenyum tipis. Sebelum membalas, dia naikkan sedikit kacamatanya ke atas rambut.
"Ups, apa aku tidak salah mendengar, pelacur mengatai wanita lain pelacur? Cobalah berkaca Mia, apa kau tidak punya kaca? Atau mau aku belikan?"
Mia melototkan mata, kedua tangannya mendadak terkepal erat, menahan amarah.
"Dengar ya kau itu hanya lah putri dari orang miskin yang kebetulan Mamamu juga berhasil membuka pahanya pada Papaku! Jadi kita sama saja Mia, haha!" tambah Jessica sambil tertawa meremehkan.
siapa pulak itu yang datang