Perlu waktu lama untuknya menyadari semua hal-hal yang terjadi dalam hidupnya.
suka, duka, mistis, magis, dan diluar nalar terjadi pada tubuh kecilnya.
ini bukan tentang perjalanan yang biasa, inilah petualangan fantastis seorang anak berusia 12 tahun, ya dia KINASIH.
Pernah kepikiran engga kalau kalian tiba-tiba diseret masuk ke dunia fantasi?
kalau belum, mari ikuti petualangan kinasih dan rasakan keseruan-keseruan di dunia fantasi.
SELAMAT MEMBACA..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rona Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7: Kebenaran
Dahulu kala, para peri hidup damai di dalam hutan hujan. Mereka membangun sebuah peradaban kecil di antara luasnya hutan hujan. Datangnya mereka dipimpin oleh Reyna, sang ratu peri. Dengan berbekal ilmu bertahan hidup seadanya, mereka mencoba bertahan hidup dengan mengandalkan keadaan alam sekitarnya.
Tak ada satupun bangunan yang berhasil mereka kerjakan. para peri hanya tinggal di sebuah bangunan tua berbentuk kubah yang telah berusia lebih dari ratusan tahun. Lalu, Suatu hari, di tengah kekalutan mereka karena tak ada yang bisa membangun sebuah rumah, datanglah 3 kurcaci. 3 kurcaci itu lalu menawarkan diri untuk membantu membangun sebuah tempat tinggal untuk para peri. Setelah meminta ijin kepada sang ratu, alhasil sang ratu mengijinkan 3 kurcaci tersebut untuk membantu membangun rumah dan hidup berdampingan dengan para peri.
Kehidupan saling menguntungkan itu tak bertahan lama. Suatu waktu, 3 kurcaci merasa iri dengan para peri. Mereka merasa jika mereka memiliki postur tubuh yang pendek dan tidak bisa menggapai sesuatu yang berada di ketinggian. Lain hal nya dengan para peri yang dapat terbang bebas di angkasa.
Karena merasa iri dengan kondisi tubuhnya. 3 kurcaci itu memilih cara yang salah. Mereka tidak merusak apapun di desa peri tersebut. Tidak membuat keonaran. Tapi mereka memutuskan untuk pergi ke sebuah lembah yang berada jauh di dalam hutan hujan. Lembah itu terkenal dengan julukan lembah harapan. Karena bagi siapa saja yang meminta disana, keinginan mereka akan segera terwujud.
Lalu, memintalah 3 kurcaci tersebut dengan khidmat. Mereka meminta agar postur tubuh mereka berubah menjadi tinggi dan besar. setelah mereka meminta, gemuruh riuh terdengar di angkasa. Badai seakan akan hadir tanpa diundang. Petir saling menyambar. Sepersekian detik, dengan cepat tubuh 3 kurcaci itu berubah menjadi raksasa.
Setelah mereka mendapatkan tubuh raksasa itu. Mereka memutuskan untuk pergi dari desa orchidia tanpa sepengetahuan ratu reyna dan para peri.
..
Ratu Reyna berhenti bercerita.
"Ada apa, wahai tuan ratu?." Tanya kinasih.
"Setelah itu, aku tidak mengetahui keberadaan mereka sekarang. Mereka hanya pergi begitu saja." Ratu reyna sejujurnya telah mengetahui kebenaran tentang para kurcaci itu. Namun dia berusaha menyembunyikan dari para peri di desa orchidia.
"jangan-jangan raksasa yang aku kalahkan waktu itu adalah..."
"cukup asih. Aku tidak ingin membicarakan itu lagi." ucap ratu reyna dengan tegas.
Ratu reyna lalu berdiri dari singgasananya. "Namun, ada satu hal yang ingin aku selesaikan." Wajah Ratu reyna terlihat bersungut-sungut.
Peri lili dan lala saling tatap. Mereka kebingungan. Apa yang membuat sang ratu marah.
"Lili, Lala. Apakah kalian tahu tentang lembah harapan?" ratu reyna menatap tajam kedua peri itu.
"tralala... aku mengetahuinya, tuan ratu. Namun aku tidak tahu apa yang membuat lembah itu bisa mengabulkan semua keinginan siapa saja." jawab peri lala.
"trilili... Namun, suatu hari aku pernah melihat sekelebat bayangan dari balik air terjun yang ada di dalam lembah tersebut, tuan ratu." timpal peri lili.
DUAK...
Ratu reyna menghentakkan keras-keras tongkatnya ke tanah. "dasar penyihir tua bangka sialan!" desis ratu reyna.
Ratu reyna lalu berjalan menghampiri kinasih. "asih, sebenarnya ada sesosok penyihir yang singgah di balik air terjun tersebut." ucap ratu reyna sambil menepuk pundak kinasih.
"mengapa tuan ratu tidak mendatanginya?" tanya kinasih dengan perasaan gugup.
"Sebenarnya, selama ini aku selalu menahan untuk mendatanginya. Semua karena perintah Darko. Dia memintaku untuk tidak terlalu gegabah. Karena dia tahu jika suatu saat nanti akan datang seseorang yang bisa membantuku untuk menghabisi penyihir tua itu, dan itu adalah dirimu, Asih." Ucap ratu reyna setengah memohon kepada kinasih.
Peri lili dan lala terkejut melihat pernyataan ratu reyna. Selama ini ratu reyna terlihat biasa saja. Namun tak disangka selama ini juga dia memendam amarah untuk tidak menyerang penyihir tua itu.
"apa yang harus aku lakukan, wahai tuan ratu?" kinasih kebingungan.
"persiapkan dirimu asih, kita akan segera pergi menuju lembah harapan itu."
"dan kalian berdua, persiapkan diri kalian juga. Kalian akan ikut serta membantu diriku dan Kinasih." ucap ratu reyna sambil menunjuk peri lili dan lala.
"baik tuan ratu. Kami akan ikut" peri lili dan lala mengangguk menyetujuinya.
...
Dari balik rimbunnya pohon di dalam hutan hujan. Oliver, ayah serta ibunya terlihat sedang berdiskusi.
"apa yang harus kita lakukan, ayah?"
"kita akan serang desa para peri itu." ucap ayah oliver tegas. "segera siapkan senjata kalian."
"apakah ini tidak terlalu gegabah, sayang?" ibu Oliver menepuk pundak suaminya.
"tidak. Mereka akan kalah. Aku tidak terima dengan apa yang diperbuat anak manusia itu pada oliver."
"tapi, lebih baik kita menghajar anak manusia itu saja kan?"
"tidak bu, ayah benar. Anak manusia itu sepertinya bersekongkol dengan para peri. Lebih baik kita serang saja semuanya." Oliver mulai memprovokasi.
Ibu oliver diam sejenak. "baiklah kalau begitu. Ambil senjata kalian. Kita berangkat."
..
Di dalam ruangan bangunan berbentuk kubah setengah lingkaran. Ratu reyna, kinasih dan kedua peri kembar itu telah selesai mempersiapkan strategi dan mental mereka. Tanpa basa basi mereka segera keluar dari bangunan itu. Para peri yang melihat ratu reyna sedang berjalan ke arah desa orchidia dengan serentak menunduk. Tanda hormat kepada sang tuan ratu.
Sesampainya di pusat desa orchidia. Ratu reyna mengabarkan kepada rakyatnya.
"wahai para peri. Dengarkan aku. Seseorang yang kita nantikan selama bertahun-tahun akhirnya muncul. Dia adalah kinasih." ucap ratu reyna sambil memegang pundak kinasih.
Para peri bersorak sorai mendengarnya. Dan mulai mengerumuni ratu reyna.
"lalu, aku meminta maaf jika selama ini aku menyembunyikan sesuatu dari kalian."
Sorak sorai itu tiba-tiba menjadi senyap.
Ratu reyna menghela napas. "lembah harapan yang kalian ketahui. Yang menurut kalian adalah tempat yang ajaib. Itu semua salah. Di balik lembah harapan, tepatnya di balik air terjun disana, sedang bersemayam seorang penyihir jahat. Maaf jika selama ini aku menutup mulut perkara ini. Aku tidak ingin kalian merasa tidak aman lagi untuk hidup disini."
Para peri yang mendengarkan hanya diam. Terkejut.
"apakah sang tuan ratu akan mengusirnya?" celoteh seorang peri dari balik kerumunan.
Ratu reyna tersenyum. "benar, hari ini kejahatannya akan segera termusnahkan."
Para peri kembali bersorak mendengar keputusan ratu reyna.
Belum sempat reda sorak sorai itu. Tiba-tiba...
BUMM..
BUMM..
Tanah tiba-tiba berguncang hebat. dari kejauhan samar-samar terdengar suara langkah kaki raksasa sedang menuju ke arah desa orchidia. kerumunan para peri seketika bubar. Kalang kabut mereka menyelamatkan diri.
Peri lili dan lala segera terbang mendekat ke arah sumber suara tersebut. Dilihatnya oliver bersama ayah ibunya semakin mendekat ke arah desa orchidia.
"tralala... SEMUANYA CEPAT LARI... RAKSASA MENYERANG KITA." teriak peri lala. Lalu terbang menyelamatkan diri.
"SEMUANYA CEPAT BERSEMBUNYI DI TEMPAT PALING AMAN. PASTIKAN KALIAN TIDAK BERPISAH DENGAN KELUARGA." Ratu reyna memberi komando.
"HOHOHO... KELUARLAH KAU WAHAI MANUSIA. AKAN KU HABISI DIRIMU." terdengar gelegar suara oliver.
"asih... kau siap?" tanya ratu reyna.
Kinasih mengangguk.
Dari balik rerimbunan. Muncul 3 orang raksasa. Oliver, ayah, serta ibunya terlihat berdiri gagah disana. Dengan membawa senjata seadanya. Berupa bongkahan kayu yang dibentuk seperti pemukul bola kasti. Mereka terlihat menakutkan bagi para peri.
"AYAH... SI MANUSIA ITU YANG TELAH MENGALAHKANKU." ucap oliver sambil menujuk ke arah asih.
Ayah oliver segera maju ke depan. "MANUSIA SE LEMAH INI. BERANI-BERANINYA KAU MENGGANGGU ANAK KAMI?!." ucapnya. sambil memainkan senjata kayu yang dibawanya.
Ratu reyna maju terlebih dahulu. Lalu memandang sedikit lama ke arah ayah oliver.
"K-K-KAU... KURCACI SIALAN! KAU PIKIR AKU TIDAK MENGENALI WAJAHMU, HAH?" ratu reyna memaki ayah oliver.
"HOHOHO... Ternyata kau masih mengenaliku, sang tuan ratu reyna."
"setelah kau dan keluarga kecilmu itu pergi tanpa berpamitan. Sekarang kau ingin hancurkan desa ini? Para peri juga tidak pernah mengusik hidup kalian."
"ini bukan salah kalian. Tapi salah manusia sialan itu. Karena manusia itu telah bersekongkol dengan kalian, sama saja kalian melindungi manusia itu dari kami." ayah oliver bersungut-sungut.
Kinasih lalu berjalan mendekati ratu reyna. "biarlah ini menjadi urusanku, tuan ratu. Biar ku kalahkan 3 raksasa buruk rupa itu."
"BERANI-BERANINYA KAU." Amarah oliver mulai tersulut. Lalu dengan cepat berlari ke arah kinasih.
Dengan cepat. Sebuah bongkahan kayu yang dibawa Oliver melesat menuju arah kinasih.
WUSHHH...
Kecepatan itu membuat kinasih tidak bisa menghindar secara spontan. Dia yang tak sempat menghindar hanya menutup matanya dan terduduk.
Ratu reyna yang melihatnya dengan cepat segera menghentakkan tongkat sihirnya. Lalu dari ujung tongkat itu muncul sebuah pelindung yang segera melindungi tubuh kinasih.
DUAK...
Bongkahan kayu itu telak menghantam pelindung yang dibuat oleh ratu reyna. Kinasih membuka matanya perlahan. Lalu segera berdiri.
Dia pejamkan kedua matanya. Dia mencoba untuk tetap tenang dan fokus. Angin mulai berhembus kencang. Langit semakin memburam. Petir mulai membuat gemuruhnya di dalam gumpalan awan hitam. Membuat ketiga raksasa itu bergidik ngeri.
Perlahan thunder blue storm milik kinasih telah aktif. Membuat Oliver dan keluarganya mundur perlahan.
"KEKUATAN APA ITU!" teriak ayah oliver.
Kinasih membuka kedua matanya. Kedua bola matanya berubah menjadi warna biru menyala. tatapannya tajam ke arah ketiga raksasa itu.
"JANGAN COBA-COBA LARI RAKSASA PENGECUT." Teriaknya lalu diiringi petir yang saling menyambar di angkasa. "mari kita selesaikan semuanya."
.....Bersambung.....