NovelToon NovelToon
49 Days

49 Days

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Mata Batin / Angst / Penyeberangan Dunia Lain / Hantu
Popularitas:9.1k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Suri baru menyadari ada banyak hantu di rumahnya setelah terbangun dari koma. Dan di antaranya, ada Si Tampan yang selalu tampak tidak bahagia.

Suatu hari, Suri mencoba mengajak Si Tampan bicara. Tanpa tahu bahwa keputusannya itu akan menyeretnya dalam sebuah misi berbahaya. Waktunya hanya 49 hari untuk menyelesaikan misi. Jika gagal, Suri harus siap menghadapi konsekuensi.

Apakah Suri akan berhasil membantu Si Tampan... atau mereka keburu kehabisan waktu sebelum mencapai titik terang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Red Rose

Suri kembali membalik halaman. Namun ketika halaman yang dituju berganti, tangan Suri mendadak berhenti. Ia terdiam sesaat, bibirnya setengah terbuka, dan tenggorokannya mendadak terasa panas. Di halaman buku itu, terdapat beberapa kelopak bunga mawar merah yang sudah mengering. Warna merahnya telah pudar, berubah kehitaman.

Tangan Suri sedikit bergetar kala menjumput satu kelopak bunga mawar dari sana. Ia perhatikan betul-betul, untuk yakin bahwa kelopak bunga ini sama persis dengan yang dilihatnya di kamar rawat kekasih Dean siang tadi.

Masalahnya, kenapa kelopak bunga ini bisa ada di dalam bukunya? Suri yakin tidak pernah meletakkannya di sana, andaipun ini adalah kelopak bunga yang berbeda.

"Kenapa...." Suri masih terheran-heran. Ia coba buka halaman lain, dan menemukan lebih banyak kelopak bunga yang telah mengering. Semakin dibalik, semakin banyak kelopak bunga yang bermunculan. Mereka seperti kupu-kupu yang serempak keluar mengepakkan sayap dari kepompong. Berhamburan di udara, lalu mendarat jatuh di lantai kamarnya.

Ini janggal. Jelas tidak mungkin bisa dijelaskan dengan akal sehat.

"Suri."

Suri terlonjak. Dean sudah berdiri di depan pintu kamar ketika ia menoleh.

"Dean," ucapnya setengah berseru.

Dean masih tampak sedih, tapi Suri lihat pria itu menarik ujung bibirnya sedikit. "Boleh aku masuk?" tanyanya. Suaranya teramat pelan, nyaris hanya seperti sebuah bisikan.

"Masuklah."

Setelah mendapat izin, Dean masuk dan langsung duduk di kasur. Suri menarik kursinya mendekat, tak lupa membawa serta buku Biologi penuh kelopak bunga misterius.

"Aku menemukan ini," katanya seraya menyodorkan selembar kelopak bunga mawar kepada Dean.

Dean memandanginya sebentar, kemudian mengambilnya. "Apa ini?" tanyanya.

"Justru aku yang harusnya bertanya," sosor Suri. "Apa ini? Kenapa kelopak bunga ini bisa ada di buku Biologi milikku? Aku jelas tidak pernah meletakkannya di sana."

Kebingungan tampak jelas di wajah Dean. Dahinya berkerut-kerut. "Aku juga tidak tahu."

"Bukan kau pelakunya?" cecar Suri.

Dean menggeleng.

"Aneh," Suri mencicit, nyaris tak terdengar. "Aku yakin ini kelopak bunga yang sama dari rangkain bunga yang ada di kamar rawat kekasihmu."

Mendengar itu, Dean mengangkat wajahnya cepat. Ekspresinya perpaduan antara bingung dan terkejut. "Apa maksudmu?"

Suri meninggalkan buku Biologi di kasur, kemudian bersedekap. "Tadi siang waktu kita mengunjungi kekasihmu, aku melihat vas bunga di meja sebelah ranjang penuh dengan bunga mawar yang sebagian kelopaknya sudah layu. Aku tidak tahu bagaimana pastinya, tapi aku yakin kelopak bunga ini berasal dari sana."

Dean geming. Bibirnya tak bergerak sama sekali. Tatapannya jatuh intens memandang kelopak bunga di telapak tangannya.

"Benar bukan ulahmu?"

Ia menggeleng lagi. "Bunga mawar yang kau lihat tadi siang itu adalah pemberianku. Kekasihku masih mendekapnya erat ketika tubuhnya dievakuasi, jadi kurasa keluargaku sengaja meletakkannya di sana."

Nice info, tapi itu tidak menjawab pertanyaan Suri sama sekali. Ia ingin tahu kenapa kelopak bunganya bisa berhamburan di sini. Bukan sebatas dari siapa bunga itu berasal dan apa maknanya untuk kekasih Dean.

Belum reda kebingungan melanda, perhatian Suri dan Dean terenggut oleh suara gedubrak kencang. Itu berasal dari lantai bawah. Terdengar seperti benda berat yang baru saja jatuh menghantam lantai.

Tanpa dikomando, seolah tubuh mereka digerakkan oleh satu otak yang sama, Suri dan Dean bangkit serempak. Keduanya berlarian keluar kamar, hendak mencaritahu apa gerangan yang sedang terjadi.

"Kita berpencar, aku ke arah kanan, kau ke kiri," tutur Suri saat mereka menuruni tangga bersamaan.

Dean hanya mengangguk, lantas bergerak sesuai instruksi. Suri sendiri berbelok ke area yang sudah ia tentukan sendiri.

Belum berapa lama Suri menelusur, teriakan Dean menggema menginterupsi. Ia praktis berbalik. Berlarian ke arah sebaliknya, mencari keberadaan Dean.

"Kau di mana?" teriaknya.

Tidak ada sahutan. Suri seakan dibiarkan menerka sendiri di mana Dean berada.

Menajamkan pendengaran, Suri bergerak lebih cepat. Sampai tibalah ia di depan pintu gudang yang terbuka lebar.

Suri bergegas. Ia menerobos jarak, mendorong pintu gudang untuk terbuka lebih banyak.

Pemandangan mengerikan menyambut Suri saat tiba. Lemari kayu tua tempatnya menyimpan barang-barang masa kecil, rebah di lantai. Benda-benda di dalamnya berserakan. Termasuk album foto dan beberapa potong baju semasa Suri bayi.

Selain keadaan gudang yang kacau balau, Suri juga menemukan Kenneth ada di sana. Tubuh kecilnya berjongkok di dekat lemari yang ambruk. Tangannya sibuk menjamah sesuatu, namun seketika terhenti ketika Suri berteriak lantang.

"Kenneth! Apa yang kau lakukan di sini?!"

Kenneth tidak menjawab, malah kabur setelah sempat terlihat kaget atas kedatangan Suri. Bocah tengil itu berlari secepat kilat, lalu menghilang dalam sekejap.

Suri mendesah keras-keras. Tak henti bibirnya menggerutu, mengomel dengan kecepatan penuh. Besok ada ulangan, dan dia malah harus membereskan kekacauan yang Kenneth ciptakan.

"Apa yang bocah itu lakukan di sini? Kenapa membuatku harus bekerja malam-malam begini?!" serunya kesal.

Dean mencoba menenangkan. Ia bilang akan bantu membereskan.

"Tahu," sentaknya. "Aku tahu kau tidak akan membiarkan aku mengerjakan ini sendirian. Tapi aku tetap kesal! Waktuku yang berharga jadi terbuang sia-sia karena ulah bocah nakal itu!"

Dean sudah mulai bekerja ketika Suri masih saja menggerutu. Dengan hati-hati, ia mengangkat lemari kayu tua itu, mendirikannya di posisi semula.

"Menyesal sudah khawatir! Memang sebaiknya Kenneth tidak muncul di hadapanku selama beberapa waktu," gerutuan Suri masih berlanjut. Ia juga sudah mulai bekerja, mengais lembaran foto kasa kecil yang berserak di mana-mana. "Dia membuatku stres. Benar-benar stres."

Dean masih hanya diam mendengarkan omelan Suri, sambil mulai menumpuk buku-buku bacaan masa kecil sang gadis, kemudian meletakkannya kembali di dalam lemari.

Untuk beberapa lama, suara gerutuan Suri terdengar mendominasi. Tangannya bekerja, dan mulutnya tak henti berbicara. Namun bagi Dean, itu adalah sebuah hiburan. Suri mungkin tidak tahu bahwa bagi Dean, rasanya menyenangkan untuk mendengarnya marah-marah. Sebelum Suri mengajaknya bicara hari itu, Dean sudah kerap memperhatikan ketika gadis itu mengomeli Kenneth, menceramahi Claire, atau bahkan berkeluh-kesah kepada Mirah.

Suri tidak akan tahu... betapa berartinya setiap suara yang dia keluarkan bagi Dean.

"Sudah beres," kata Dean, bibirnya tersenyum puas kala menunjukkan hasil kerjanya yang rapi.

Suri berhenti mengoceh, untuk sekadar melihat barang-barangnya telah kembali tersusun rapi di lemari. Ia berdeham pelan. Sedikit gengsi, namun tetap mengacungkan satu jempol kepada Dean sebagai bentuk apresiasi.

"Aku bilang juga apa, kita bisa jadi partner yang baik," celoteh Dean. "Untuk hal begini saja kita bagus, apalagi--"

Suri berdecak, memotong kalimat Dean sebelum selesai diucap. Bola matanya memutar jengah. Tidak berminat mendengar omong kosong lain setelah dibuat gerah oleh tingkah Kenneth. Dan saat itulah, perhatian Suri tercuri. Oleh sebuah benda yang teronggok di sudut ruangan, dekat kaki lemari.

Suri mengintip ke bawah kolong lemari, kemudian mengulurkan tangan, ia meraih benda itu dan tatapannya berubah heran.

"Ini....."

Bersambung....

1
Zenun
Suri itu kekasih Dean, tapi lupa. Atau Suri ketempelan kekasih Dean
Zenun
Kasihan Dean gak tidur nanti😁
Zenun
Lah, berati yang dtemui Suri adalah milk
Zenun
apa ya kira-kira?
Zenun
Oh begindang, jadi kalu tidak boleh cuti lagi ya, Suri😁
Zenun
Suri mau ape nih?
Zenun
Nah itu dia yang ada dalam benaku
Zenun
mungkin itu petunjuk
Zenun
nama authornya Nowitsrain
Haechi
sukak kombinasi suri dean
Zenun
Dean, sesungguhnya kamu tahu apa? Coba ceritakan padaku? 😁
nowitsrain: Tau banyakkkk
total 1 replies
Zenun
Oh ternyata Gumaman Suri.. Jangan-jangan separuh yang masuk ke suri itu kekasihnya Dean
Zenun
Masa sih, ini ngomong Dean? Dean tahu darimana
nowitsrain: Dean itu...
total 1 replies
Zenun
Sekalian temenin mandi juga😁
Zenun: boleeee
total 2 replies
Zenun
Kalau tidurmu gak nyaman, Dean jadi gak nyaman
nowitsrain: Tetotttt. Kalau tidurnya nggak nyaman, nanti tantrum. Kalau tantrum, Dean pucing
total 1 replies
Zenun
Mungkin ini perbuatan kekasih Dean
nowitsrain: Hmmmm
total 1 replies
Zenun
kayanya ketiga hantu itu lagi ada misi juga dah
Zenun
Jangan diangkat Dean, biarkan dia posisinya begitu😄
Zenun
wah, jan baper, bahayul😄
Zenun
harusnya inisiatif kasih tahu duluan bang😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!