NovelToon NovelToon
AMBISI SANG ANTAGONIS

AMBISI SANG ANTAGONIS

Status: tamat
Genre:Balas Dendam / One Night Stand / Pelakor / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Angst / Tamat
Popularitas:1.8M
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

Di malam pertunangannya, Sahira memergoki pria yang baru saja menyematkan cincin pada jari manisnya, sedang bercumbu dengan saudara angkatnya.

Melihat fakta menyakitkan itu, tak lantas membuat Sahira meneteskan airmata apalagi menyerang dua insan yang sedang bermesraan di area basement gedung perhotelan.

Sebaliknya, senyum culas tersungging dibibir nya. Ini adalah permulaan menuju pembalasan sesungguhnya yang telah ia rancang belasan tahun lamanya.

Sebenarnya apa yang terjadi? Benarkah sosok Sahira hanyalah wanita lugu, penakut, mudah ditipu, ditindas oleh keluarga angkatnya? Atau, sifatnya itu cuma kedok semata ...?

"Aku Bersumpah! Akan menuntut balas sampai mereka bersujud memohon ampun! Lebih memilih mati daripada hidup seperti di neraka!" ~ Sahira ~

***
Instagram Author: Li_Cublik

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ASA : 25

Daripada menanggapi, Thariq lebih memilih mengeratkan pelukan, mengecup pucuk kepala istrinya. “Saya keringkan rambutnya ya, agar rasa pusingnya sedikit mereda.”

“Tak mau, Abang belum jawab pertanyaanku!” tolaknya manja.

“Apa ada orang yang meminta dilepaskan, tapi lihatlah tangannya saat ini berada dimana?” Thariq tidak menarik lengan kurus Sahira yang sedang memainkan putingnya di dalam baju.

“Kan, aku sedang demam. Butuh kehangatan.” Sahira menaikkan kaos suaminya, ia menurunkan posisi sehingga wajahnya berada tepat di dada Thariq. Tanpa malu mengecup lembut puting berwarna coklat terang itu.

Thariq membantu meringankan pekerjaan Sahira yang setengah-setengah, membuka kaosnya dan melemparkan ke lantai, dengan mudah mengangkat tubuh wanita manja ini ke atas badannya.

“Punyaku mengapa tak sekalian dibukakan?” desisnya, tetap tidak menghentikan kegiatannya, menciumi putik mungil.

“Setelah puas bermainnya, minum obat ya?” Thariq menurunkan tali gaun tidur, menariknya hingga batas pinggang.

Sahira mendongak, menatap sengit. “Aku bukan anak kecil, Thariq!”

Pecah juga tawa Thariq Alamsyah, ia lumat bibir mengerucut istrinya. ‘Terima kasih Sayang. Kau obat mujarab dikala pikiranku carut-marut.’

Dua insan itu sama-sama polos, tubuh mereka tertutup selimut tebal. Sahira dan Thariq tidak bercinta, hanya saling memeluk erat tanpa adanya penghalang selembar kain.

“Sebenarnya saya ingin mengajakmu ke Padang, berkunjung sekaligus menyelesaikan masalah di pabrik.” Tangannya terus membelai lengan Sahira. “Ada seorang pekerja mengalami kecelakaan sewaktu memotong kulit kayu manis. Sepertinya dia sedang banyak masalah, sehingga tidak fokus, berakhir kedua jarinya terputus.”

Sahira setia mendengarkan, tidak menyela. Ia juga mengusap punggung Thariq.

“Penanggung jawab disana sudah menjalankan tugasnya dengan baik, membawa pergi berobat, memberikan kompensasi, akan tetapi ada oknum yang ingin memanfaatkan keadaan. Membuat kerusuhan, sampai lebih dari seratus pekerja melakukan demo besar-besaran di depan pabrik. Sehingga kehadiran saya sangat dibutuhkan.” Thariq menunduk, menatap hangat mata sayu istrinya.

“Saya cemas meninggalkanmu seorang diri disini. Arimbi sudah mengetahui tentangmu, dirinya tidak terima. Saya takut kalau dia nekat mencelakai mu, Sahira.” Helaian rambut menutupi dahi itu ia rapikan ke belakang telinga.

“Mau ya ikut saya? Nanti kita jalan ke pantai air manis, pantai bungus, danau atas bawah. Sore hari melihat sunset dari jembatan Siti Nurbaya, bagaimana?” ia tahu kalau Sahira sangat menyukai Pantai, panorama alam asri, daripada gedung tinggi perkotaan, maupun salon kecantikan.

“Sebetulnya aku ingin sekali ikut, tapi rasanya tak sanggup menempuh perjalanan panjang, tinggal beberapa hari ditempat asing, terlebih saat kondisiku kurang enak badan. Yang ada nanti merepotkan mu, menghambat proses penyelesaian masalah rumit itu,” rasa sesal itu tergambar jelas di wajah mulusnya.

“Thariq, tak perlu khawatir. Lagipula aku selalu di apartemen, tak berminat keluar. Semua kebutuhanku sudah dirimu penuhi, jadi tak ada alasan bagiku mencari sesuatu diluar sana hanya demi membunuh rasa bosan.”

Tak ada yang bisa Thariq lakukan, dia mana tega memaksa wanitanya kalau sudah memberikan wajah murung, tatapan sendu. “Kau janji ya, kalau semisal Arimbi atau siapapun itu, termasuk anggota keluarga saya mencoba menekan mu, harap langsung mengatakan sejujurnya, bisa?”

“Janji!” Sahira mengulurkan jari kelingkingnya, tersenyum lembut, menatap hangat netra coklat yang lagi dan lagi membuatnya terpesona.

Thariq menautkan jari kelingking mereka. “Jaga diri baik-baik, sesering mungkin saya akan menghubungimu.”

“Aku sangat menyukai warna matamu, setiap kali menatapnya, diri ini terbius, tersihir.” Sahira menahan tubuhnya dengan telapak tangan bertumpu di dada Thariq, ia mencondongkan badan mengecup lembut kedua mata yang terpejam.

“Apa dirimu tak mau bertanya, apa yang saya sukai dari mu?”

“Tanpa aku mencari tahu, jawaban itu sudah terpampang jelas pada sorot mata, ekspresi, tarikan bibir kala kau tersenyum. Dirimu paling suka meremas payudaraku, memainkan puncaknya, mengusap lembah di celah paha, mengecup setiap jengkal seluruh tubuh ini, tanpa terkecuali. Dan … yang paling kau sukai sampai kecanduan, sewaktu aku berteriak memanggil namamu saat pelepasan, benar ‘kan?” Sahira mengedip mata, menaik turunkan alisnya.

Sejenak Thariq mematung, dengan mulut terkatup rapat, sama sekali tidak menyangka istri mudanya sangat nakal, begitu berani menggoda secara terang-terangan. “Sahirraaa ….”

“Ampun Thariq! Ampun … ha ha ha. Ingat aku sedang demam, takkan sanggup bila kau ajak berpetualang.” Sahira menggeliat, tubuhnya menggelinjang kala Thariq menciumi lehernya, pria itu sangat gemas.

“Ayo kita makan malam, setelahnya kau harus minum obat lalu istirahat.” Thariq melepaskan Sahira, setelah puas membuat maha karya di leher jenjang wanitanya.

Pria itu sudah mengenakan lagi kaos dan celana dalamnya, tapi tidak dengan celana luar. Memungut gaun tidur Sahira, membantu wanita yang ternyata sedikit pemalas ini mengenakan baju. Kemudian menggendongnya sampai duduk di kursi meja makan.

“Mulutku pahit, Thariq. Aku tak bernafsu makan apapun!” protesnya pelan, membenamkan pipi di meja, tangannya terentang sesekali jemarinya mengetuk marmer.

“Kalau begitu temani makan saja, saya lapar, Hira.” Thariq mengambil Panci saus (Saucepan) bergagang panjang.

“Terserah!”

Sahira memilih memejamkan mata, tidak berminat menatap pemandangan menggoda, bagaimana seksinya seorang pria tanpa mengenakan celana sedang membuat spaghetti pasta instan. Andai saja itu Arimbi, bisa jadi dia tidak berkedip menatap Thariq Alamsyah.

Thariq terlihat cekatan, gerakannya luwes tidak kaku menggunakan alat masak, hingga sepiring spaghetti siap disantap, keadaan dapur tetap rapi, tidak porak poranda. Sangat bersih.

Setelah selesai, dia membawa makanannya ke ruang tamu, lalu kembali lagi membopong tubuh kurus Sahira, memangkunya di sofa, seraya menyuapi sambil membujuk.

“Bukankah tadi aku sudah bilang tidak mau, tapi apa ini?” ia merajuk, menatap sedikit kesal.

‘Mengapa aku begitu menyukai setiap tingkah lakumu? Sahira, ku akui kalah telak. Diri ini telah tertawan olehmu, semoga kau pun memiliki rasa yang sama. Tak mengapa bila hanya secuil, asal mau berusaha menyuburkannya.’

“Sedikit saja, sebagai syarat agar bisa minum obat,” bujuk nya lembut, lalu tersenyum saat Sahira menerima suapan darinya.

Thariq melewati malam itu dengan mengurus Sahira layaknya seorang balita, memastikan wanitanya tertidur lelap setelah minum obat, rambutnya pun ia keringkan.

Baru sesudahnya, ia mengemas sedikit pakaian ganti, serta memasukkan barang penting miliknya ke dalam koper, agar esok pagi bisa langsung berangkat ke bandara.

.

.

"APA?! Sahira masih hidup? Kau tak lagi mabuk 'kan Arimbi!" Jenny memekik, menatap tidak percaya.

"Dialah istri kedua Thariq! Benalu itulah si Jalang nya!" Arimbi menjerit, kedua tangannya terkepal erat.

"Ini gila! Benar-benar sulit kuterima!"

"Bantu aku menyiksanya, Jenny!" Arimbi meradang.

"Bukankah tadi, nyonya mengatakan kalau tuan Thariq akan melakukan perjalanan ke kota Padang, benarkah?" Adisty ikut masuk kedalam percakapan panas itu.

Arimbi mengangguk. "Benar. Tadi aku menelepon Damar, dan dia mengatakan esok pagi mereka berangkat."

"Apa Sahira ikut? Bila tidak, kita bisa menggunakan kesempatan emas ini untuk memberikan dia pelajaran. Saya pun sudah mengantongi pil perangsang dosis tinggi, kita buat skenario dengan menjebaknya tidur bersama laki-laki lain. Atau menyiram wajahnya menggunakan air keras!" Adisty terlihat tenang, sorot matanya tidak beriak.

"Siapa kandidat yang cocok? Mau dimana kita mengeksekusinya?" Jenny bertanya dengan raut bingung.

"Persiapkan semuanya dengan sempurna, Adisty! Benalu itu harus merasakan kesakitan yang seumur hidup tak dapat dilupakan olehnya!!"

"Siap, Nyonya!" tidak ada yang melihat seringai samar dibibir tipis itu.

.

.

Bersambung.

1
Sho Rayya
luar biasa anda..
mengadum aduk emosiku..
sukses slalu thor..
langsung
Cublik: Terima kasih ya Kak ❤️‍🔥
total 1 replies
Sho Rayya
emosiku di hajar habis2an di novel ini..
hnya membacany saja dadaku sesak..
love you thor. sukses slalu
Cublik: Aamiin ❤️
Terima kasih Kakak 😊
total 1 replies
Inooy
udh dua novel karya nya ka Cublik yg udh aq baca, cerita nya d ambil d luar pulau Jawa..keseringan nya settingan nya d kota2 pulau Jawa..👍👍
Inooy
pas muncul d beranda aq langsung klik, ternyata karya nya ka Cublik..baru awal baca udh seru begini nih cerita nyaa...

sebelum nya aq pernah baca karya nya kaka,,keren banget iiih...👍👍👍👍
Cublik: Terima kasih Kakak ❤️
total 1 replies
Lasri Anariya
Gemas bnget... pengen di putar mulutnya itu
Lasri Anariya
Ehhhh! masih diawal juga udah ada yg nggak bener ini mulutnya🙄
Lucia
Yessss keren thor👏👏 Luas biasa endingnya. Bikin gemyesss gk mau kelain hatimu thor🫶
Semangat BERKARYA TERUS thor..
Kalo dibuat film pastinya 👍
Cublik: Terima kasih Kakak ❤️❤️🥰
total 1 replies
Lucia
anggara knp km kaya balita ajah sihhh😝
Lucia
Kel tama berkumpul di penjara🤪🤪
Hanya arimbi di RSJ. Ironissssnya...
Lucia
Haahhh Wiguna menusuk widya???
Lucia
Makin tantrum dn gila nihhh ibu ,bpk anaknya 🤪
Lucia
Sedih di bab ini, saat sma di makam mmh sahira😔
Lucia
Hamidun sahira syukurlah.
Tapi termasyk kuat mental sahira.
Toriq terlambat. Semua sdh dibereskan tuntas sm istrinya.
Rasa tanggjng jwab anak kpd ibunya.
Lucia
Mulutnya arimbi yang akan membuat cacat permanen sm Sahira akhirnya Dia yg cacat Permanen😆😆
Rasakanlah sendiri mulutmu yg berkata!!!!
Lucia
Ahh kena Mental Telak wiguna!!!!
Akhirnya tau Arimbi bukan anaknya!!
Dasar laki" bodoh,tolol!!!
Karmanya terbalaskan😡 senjata makan tuan. Hancur lebur hidupmu ditangan anakmu sendiri🥴
Lucia
Tunggu toriq yang datang menolong sahira pas posisi terjepit. Karena lawannya laki" bejat,bengis,jahat..
Kasian Damas di sandra🤭
Lucia
Gila Sahira totalitas dalam merusak mental Wiguna😱 balas Dendam Kesumat tak terkendalikan dlm menuntaskan sakit hati IBUNYA. Tak pedulikan ayah biologis di habis tanpa ampun🤦‍♀️
Lucia
Mobil kn di rusak remnya dm wiguna? Di pake sm Arimbi ya? Bener kn thor?
Senjata makan tuan dong?? 🧐🤔
Lucia
Kamu akan kalah strategi widya !!! Saingannu kecil tapi berat🤣
Lucia
Mampus dah mereka dikulitin bejatnya semua.
Vidio direkam anak laki" umur 12 tahun ya wira tama lah...
Di tempat lain Toriq membuka misteri siapa pendonor mata ini.
Sayangmya Toriq tdk melihat sendiri bom 💣 yg diledakan istrinya 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!