NovelToon NovelToon
RAHASIA DI BALIK PENGKHIANATANMU

RAHASIA DI BALIK PENGKHIANATANMU

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Berbaikan / Selingkuh / Pelakor / Penyesalan Suami / Pelakor jahat
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Desy Far

Rumah tangga Luna yang sangat hangat secara tiba-tiba hancur tanpa aba-aba. Luna mendapati suaminya, Ares, berkhianat dengan sahabatnya sendiri, Celine. Luka yang sangat menyakitkan itu membuat Luna mencari penyebab suaminya berselingkuh. Namun semakin Luna mencari kebenaran, semakin banyak tanda tanya menghantuinya hingga akhirnya Luna memutuskan mengakhiri pernikahan mereka.
Benarkah Ares sudah tidak lagi mencintai Luna?
Ataukah ada suatu kenyataan yang lebih menyakitkan menunggu untuk terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Far, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RAHASIA DI BALIK SUARA

Pagi itu, cahaya matahari masuk menembus celah tirai tipis. Aroma nasi goreng khas buatan Luna menguar, berpadu dengan aroma kopi susu hangat yang baru diseduh.

Luna bangun lebih awal pagi itu, jauh sebelum alarm ponsel membangunkannya. Ia melangkah ke dapur dengan semangat yang terpaksa ia bangun.

Suara langkah berat terdengar mendekatinya. Luna sudah bisa menebak siapa yang akan hadir di dapur bersamanya, Ares.

Luna segera meletakan sepiring nasi goreng di hadapan nya. Bagaimana pun juga dia dan Ares belum bercerai, dan menyiapkan sarapan masih tanggung jawabnya.

Ares menarik kursi, duduk tanpa menatapnya. Ares tidak menyentuh nasi goreng buatan Luna yang sudah terhidang. Ia justru mengambil selembar roti tawar, kemudian menggigitnya tanpa di lumuri selai.

Tidak ada percakapan. Tidak ada tatapan yang saling mengikat seperti dulu. Hanya jarak yang terasa semakin nyata.

Luna menelan ludah, menahan kecewa yang menusuk. Namun disisi lain Luna teringat dengan ucapan Noval untuk mencari tahu sebab dari perselingkuhan ini.

Luna perhatikan lebih seksama bagaimana cara Ares menunduk terlalu lama, caranya mengalihkan pandangan ke meja atau jam dinding setiap kali ia mencari kontak mata. Semua Luna perhatikan sekalipun Ares akan menyadari hal tersebut.

***

Malam harinya, setelah Luna selesai dengan aktivitasnya, Luna berjalan menyusuri tangga ke lantai dua. Lampu kamar kerja Ares masih menyala terang. Tanpa berpikir panjang, Luna langsung membuka pintu tanpa mengetuk.

Luna sudah tidak tahan menunggu Ares menandatangani surat yang masih tersimpan di laci kantor Ares.

Saat pintu terbuka, pandangan langsung tertuju pada sosok Ares yang duduk tegang di kursi kerjanya. Ponsel menempel ditelinganya, suaranya gugup dan di tekan rendah.

“Tidak! Kamu tidak bisa melakukan itu. Aku bilang tunggu…” suara Ares terpotong saat menyadari kehadiran Luna.

“Mau apa kamu kesini?” tanya Ares dengan ketus.

“Siapa?” Luna tidak menjawab pertanyaan Ares, justru ia menanyakan dengan penuh curiga.

Ares memalingkan pandangan. Ia meraih beberapa kertas di hadapannya, berpura-pura sibuk. “Urusan kantor,” jawabnya cepat.

“Urusan kantor?” Luna menatap Ares penuh curiga. Ekspersi Ares yang terlalu gelisah membuat Luna tidak bisa percaya begitu saja.

Ares pun tidak menambahkan apapun. Hening yang menekan memenuhi ruangan, seakan ada rahasia besar yang sengaja terkunci rapat dibalik ponsel Ares.

Luna memberanikan diri untuk melangkah lebih mendekat ke Ares, langkahnya kali ini lebih tegas walaupun pelan.

“Ares…” suara Luna penuh keberanian walaupun dipaksakan. “Kalau memang aku tidak penting untuk kamu dan tidak berarti apa-apa, kenapa tidak kamu tanda tangani surat itu? kenapa kamu menggantung ku seperti ini?”

Ares terdiam lama. pandangannya tetap menghadap ke tumpukan kertas, walaupun Luna sedang berdiri tegak dihadapannya. Ares seolah mencari kata-kata yang tepat, atau justru menimbang luka yang akan ia timbulkan.

Setelah menunggu, akhirnya ia mengangkat wajahnya. “Luna, sudah aku katakan berulang kali. Karena hal-hal yang menyangkut dirimu tidak lagi penting untukku. Menandatanngi atau tidak… sama saja.”

Kata-kata itu menghantam Luna kembali. Ia terpaku sesaat, namun bukan untuk menangis, tetapi untuk memperlihatkan pada Ares betapa ia sekarang sudah tidak runtuh dengan ucapan itu.

Tanpa berkata lagi, Luna berbalik. Kakinya melangkah keluar ruangan tersebut tanpa berpamitan terlebih dahulu dengan Ares.

Di kamar mereka, Luna masuk ke kamar mandi, memutar keran air, dan menutup pintu rapat-rapat.

Ia menangis sejadi-jadinya. Bahkan untuk berpisah pun Luna tidak dibiarkan tenang oleh Ares. Ia harus menerima kata-kata yang merendahkannya terlebih dahulu. Entah sampai kapan Luna harus menerimanya.

Setiap kalimat Ares berputar dikepalanya. Ia merasa dihina, diabaikan, dan di tinggalkan oleh lelaki yang dulu sangat ia cintai.

Setelah cukup lama menangis, Luna menatap wajahnya yang masih sembab di cermin kamar mandi. Ia menghela napas panjang, mencoba menumbuhkan ketenangan diri. “Ayo Luna. Kamu harus kuat,” gumamnya pelan, meski suaranya terdengar bergetar.

Dengan langkah pelan, ia keluar kamar dan berjalan menuju dapur untuk membasuh tenggorokannya dengan segelas air. Namun secara tiba- tiba langkahnya terhenti.

Pintu kamar kerja Ares terbuka lebar. Tidak ada Ares di dalamnya, hanya cahaya lampu meja yang menyala. Namun ada sesuatu yang lebih menarik perhatian Luna, ponsel Ares tergeletak dengan cahaya layar yang menyala.

Detik itu juga timbul keraguan. Ia berdiri kaku sesaat. Haruskah ia melihat kembali ponsel Ares? Bukankah itu akan membuatnya hancur lagi? Atau bahkan ia sudah melanggar privasi?

Namun dorongan kuat dari dalam diri Luna mengatakan bahwa Luna berhak tahu kebenaran yang terjadi, jika memang ponsel tersebut menyimpan jawaban.

Dengan langkah hati-hati, Luna masuk kedalam ruangan itu dan mendekati ponsel Ares. Tangannya yang bergetar meraih ponsel itu, dan seketika itu juga ia kembali melihat pesan singkat yang dikirimkan oleh Celine.

“Bagus Ares. Itu yang aku mau. Kamu menjatuhkan harga diri Luna serendah-rendahnya. Terus lakukan apa yang aku minta.”

Kata-kata itu mneghantam Luna. Matanya membesar tak percaya. Kepalanya dipenuhi pertanyaan, apakah ini semua sebuah kesepakatan antara Ares dan Celine? Tapi untuk apa?

Luna meletakan lagi ponsel itu secara perlahan ke tempat semula. Ia melangkah mundur meninggalkan ruangan itu menuju kekamarnya kembali.

Malam itu, Luna berdiri di ujung kasurnya. Kali ini tekad nya semakin besar, ia tidak akan diam lagi.

1
LinJibongs
Thor, jangan biarin kami kelaparan. Update secepatnya 🥺
Desy Far: Kak. Sudah diupload ya bab selanjutnya. Selamat membaca 🫶🏻
total 1 replies
Gbi Clavijo🌙
Thor, jangan bikin pembaca gatal gatel nunggu update ya!
Desy Far: Tenang aja kak. Aku bakal ajak kakak greget sama kisah Luna ini 🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!