Alana Shaabira Dewantara harus menelan pil pahit tak kala Calvin lebih memilih di jodohkan dengan pilihan orang tuanya daripada bersama Alana.
Ditengah kegalauan Alana, masa lalunya muncul kembali. Teman semasa kecilnya yang dulu Alana cintai sebelum Calvin.
"LEPASIN KAK!" Alana terus menghindari pria masa lalunya itu.
Tangan kokoh seseorang menarik tangan Alana "Jangan sentuh milikku! Alana tunanganku!" Ucap Erlando Agathias dengan gentle.
Seketika itu hati Alana berdesir dia menatap lekat Erlando dan berlindung dibelakangnya. "Tenang ada aku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sugar Daddy ?
BRUK
"Auch...hati-hati donk, yah basah deh!" Gerutu Alana yang mengelap jasnya karena ketumpahan minuman dari orang yang menubruknya.
"Opsss sorry...enggak sengaja." Ucap Jessica. Dokter baru yang selalu mencari gara-gara dengan Alana.
Alana sangat jengkel sekali dia tak bicara lagi dan pergi meninggalkan Jessica. Namun wanita yang menubruknya menatap dalam Alana penuh dendam, entah ada apa dengannya sehingga kebenciaannya membendung.
"Aku benci denganmu Alana! Mentang mentang rumah sakit ini milik keluargamu, aku akan merebut apa yang kau punya!" Gumam Jessica menatap penuh kebencian pada putri Dewantara itu.
Tak lama mata Jessica menangkap seseorang yang tengah dia incar. Yaitu papih Alarich, orang tuanya Alana. "Loh itu kan om Alarich, wait aku udah cantik belum?"
Jessica mengambil cermin kecil di saku jasnya dan dia juga merapihkan sedikit penampilannya. Dia berjalan manja ke hadapan papih Al.
Papih Al yang sedang mengobrol dengan prof.Han dikejutkan oleh kedatangan wanita pengganggu ini.
"Ehm...selamat siang om Alarich. Selamat siang prof.Han." Sapa Jessica dengan nada manja dan mata genitnya.
Kedua pria matang itu menoleh dan menyapa balik datar. Tak ada respon yang berlebih semuanya wajar dan normal.
"Kalau gitu saya permisi pak Alarich." Ucap prof.Han.
Papih Al juga pamit dari sana. Namun tangan Jessica menahan lelaki tampan nan mempesona itu, meskipun usianya tak lagi muda, tapi aura kegagahan papih Al mampu membuat wanita di sekelilingnya terhipnotis.
"Ada apa?" Tanya papih Al dengan suara beratnya.
"Eum, om papihnya dokter Alana kan? Kenalkan saya Jessica, om, saya temannya." Kata Jessica lagi dengan nada yang sedikit merayu.
Papih Al mengangkat satu halisnya melihat kelakuan wanita lenjeh didepannya ini. Dengan terpaksa dia menjabat tangan perempuan bernama Jessica itu. Dia buru buru melepaskan tangannya namun tangannya malah ditahan.
"Lepaskan!"
Namun ketika papih Al menarik tangannya dengan keras dari genggaman perempuan itu, tiba tiba Jessica dengan sengaja menjatuhkan badannya ke badan papih Al dan memeluknya dengan paksa.
"Aduh om...! Jangan disini om, kita bisa ke hotel atau_" Ucap Jessica dengan nada manjanya yang membuat papih Al semakin ilfeel dibuatnya.
Tanpa mereka ketahui ternyata Alana dari jarak yang tak terlalu jauh memperhatikan papihnya dan Jessica. Dia tidak tahu apa yang di bicarakan mereka.
Namun mata Alana membelalak ketika Jessica memeluk papihnya. Dia segera berlari dan spontan menarik Jessica lalu mendorongnya hingga Jessica jatuh ke lantai.
BRUK
"Argh sakitttt syalan." Jessica memaki Alana dengan kesal.
"Jangan macam macam Jessica!" Teriak Alana yang di balut amarahnya. Papih Al juga sama kagetnya ketika Jessica seperti itu dan Alana mendorongnya.
"Kamu sudah gila Jessica? Kalau kamu masih mau bekerja disini, jangan bertingkah!" Ancam papih Al.
Dia lalu membawa Alana pergi dari sana, meninggalkan Jessica yang masih tersungkur. "Brengsek kau Alana! Lihat saja akan ku buat papihmu tergila - gila padaku." Gumam Jessica smirk.
-
-
"Papih ngapain sih ladenin Jessica? Papih mau jadi sugar daddy? Iya? Mau khianatin mamih gitu?!" Kata Alana yang sudah tersulut emosi.
"Sayang...papih aja enggak tahu dia akan seperti itu. Demi Tuhan Alana, kamu tahu papih seperti apa." Lirih papih Al.
Papih Al berusaha menjelaskan pada anak perempuannya bahwa yang dilihat tak seperti yang dibayangkan. Alana sudah kelewat kesal dia tak menanggapi lagi papihnya. Dia hanya diam memandang keluar kaca mobil.
"Awalnya pura pura, lama lama keenakan!" Ucap Alana sudah bersedekap dada dan membuang mukanya ke kaca mobil.
Papih Al sedikit frustasi dia menghela nafasnya. Dari dulu Alana memang posesif padanya. "Udah donk Al, papih juga enggak tertarik sama dia. Lagian papih cinta sama mamih kamu dari dulu dan selamanya."
Alana tak menjawab dia tetap kesal pada papihnya. Walaupun disini papihnya tak sepenuhnya salah.
Sesampainya dirumah Alana melewati mamihnya begitu saja dan menggebrak pintu kamarnya, saat itu juga mamih Aleesya keheranan. "Alana kamu kenapa sayang?" Teriaknya dari bawah.
Namun Alana tak menjawab. Mamih melihat wajah papih yang sedikit masam dengan selidik. "Alana kenapa pih? Jawab!"
Papih Al mau tak mau menceritakan yang terjadi tadi di rumah sakit. Mamih Aleesya juga merespon hal yang sama dia sedikit murka dan menghentakan kakinya lalu pergi meninggalkan suaminya.
"Astaga! Mamih dengerin papih dulu donk!"
"Enggak mau dengar! Dari dulu juga begitu! Selalu urusannya sama wanita wanita se*si." Mamih Aleesya makin marah dia masuk ke dalam kamarnya di ikuti suaminya.
"Sayang demi Tuhan, kamu tahu aku seperti apa." Papih Al mencoba menenangkan istrinya yang sudah kelewat sewot. Dia memegang bahu sang istri dan meyakinkannya bahwa ini hanya salah paham.
"Tolong percaya sama papih ya sayang."
"Kamu tahu ketakutan terbesar aku pih." Lirih mamih Aleesya yang sudah menangis di ujung kasur.
"Aku mencintaimu Aleesya dari dulu dan selamanya. Tak ada alasan aku buat mencari wanita lain di luaran sana. Kamu wanita pertama di hidupku." Ucap papih Al penuh penekanan kejujuran.
Papih Al membawa sang istri ke pelukannya. "Kita sudah melalui segala ujian sayang. Apa kamu ingat hmm? Aku sangat mencintaimu. Ingat janji kita?" CUP
"Aku juga pih. Aku takut kalau papih_"
Papih Al membungkam mulut mamih Aleesya dengan ciuman mautnya. Ciuman yang tak akan pernah lekang oleh waktu. Mamih Aleesya juga mulai melunak dan terbuai dengan ciuman suaminya. Keduanya malah larut dalam lautan asmara.
-
-
Keesokannya ramai sekali rumor bahwa papih Al selaku pemilik rumah sakit ini sedang memeluk Jessica. Ternyata saat kejadian kemarin, ada yang sengaja memotret mereka.
"BRENGSEK! Ray panggil Jessica!" Geram papih Al, dia sampai menggebrak mejanya mendengar rumor itu. Dan juga photo photo yang menempel di tembok lobby.
Ray keluar dan memanggil Jessica. Banyak mata memandang mereka, dan juga terdengar rumor kalau Jessica akan di keluarkan dari rumah sakit ini.
Dari arah berlawanan Alana berlari menyusuri lorong rumah sakit di ikuti Erlando. "Sayang pelan pelan nanti kamu jatuh." Katanya, yang sudah ngos ngosan.
"Ayo mas cepat, aku harus buat perhitungan sama wanita syalan itu." Geram Alana.
BRAK
Alana mendobrak pintu ruang kerja papihnya. "Alana." Sahut papih Al langsung menoleh.
"Sayang udah yah capek! Kamu mau marathon apa gimana?" Ucap Erlan yang memegang lututnya yang setengah bungkuk dan nafas yang tersengal.
Jelas saja, Erlando mengejar Alana dari parkiran sampai ruangan papih Al yang jaraknya lumayan jauh. "Sssttt diam mas." Celetuk Alana, dia tetap fokus pada papihnya.
"Mana cewek itu pih?"
"Ehm..boss ini Jessica datang." Ucap Ray yang baru masuk membawa Jessica disebelahnya. Mata Alana, papih Al dan Erlando langsung menoleh.