Siapa bilang mertua selalu identik dengan kata menindas dan kejam pada menantu, serta tak pernah akur?
Ini tidak terjadi pada Embun, seorang wanita lembut dan berbakti pada mertua setelah menikah dengan laki-laki bernama Gio. Tapi sayang beribu sayang. Hidup tak pernah sempurna, bukan?
Embun mendapatkan mertua luar biasa yang banyak di impikan para menantu, sayangnya ia malah mendapatkan suami pengkhianat.
Untungnya, mertuanya lebih membela Embun sebagai menantu dan memberi pelajaran pada putra kandung mereka sendiri. Namun, kejutan dari sang mertua membuat Embun tak bisa berkata-kata. Kedua mertuanya malah menjodohkan Embun dengan pria pilihan mereka, padahal ketuk palu perceraian belum terlaksana.
Apa yang terjadi selanjutnya, apa Embun menerima kehadiran pria baru pilihan mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter - 30.
Di rumah keluarga besar Anggun, Bimo diadili. Dengan semua bukti-bukti yang didapat oleh Mamanya Anggun, Bimo dipaksa bercerai.
“Pah, maafkan saya... Saya hanya khilaf! Wanita itu terus menerus memeras saya! Dia mengancam akan mengatakan tentang kesalahan saya menghamili dia! Saya takut Pah! Maafkan saya...“
Bimo berlutut seraya memegangi kedua kaki Ayah mertuanya, Tuan Wiranto Ardiningrat yakni kakeknya Anggun.
“Ini aib keluarga! Harusnya kamu pakai otak mu! Kau tutup mulutnya dengan ancaman balik! Pemerasan dan pengancaman sudah ada undang-undang nya! Tapi kau malah terus memanjakan wanita itu dengan memberikan dia uang dan berselingkuh!“
“Pah, dia menggoda saya Pah! Saya bersumpah, cinta saya hanya untuk putri Papa! Hanya untuk Nayla!“ Dengan wajah panik Bimo beralih ke arah istrinya, dia merangkak menuju Mama Nayla yang baru saja keluar dari rumah sakit dan duduk di sofa.
Melihat sang Ayah akan menghampiri ibunya, Hanif menarik kerah Bimo. “Kau nggak pantas disebut suami! Karena perbuatan mu, Mama ingin mengakhiri hidupnya! Papa juga tau, Mama sangat mencintai Papa!“
“Jangan keterlaluan kamu sama Papa! Apa ini didikan keluarga mu? Kau bersikap tidak sopan begini pada ayah kandung mu, Hanif!“ bentak Bimo pada putra sulungnya.
Hanif melepaskan cekalan dari kerah ayahnya, namun dia berjalan ke arah sang ibu yang masih dalam kondisi lemah dan ibunya berada dalam pelukan adik perempuan nya.
Bimo melangkah ke arah istrinya, ia bersujud di hadapan Mama Nayla. “Sayang... maafkan kekhilafan ku. Aku hanya tergoda olehnya, dia bukan siapa-siapa bagiku. Maafkan Papa, Mah...“
“Dia sudah diserahkan ke polisi, dia itu buronan! Selama ini dia sudah berbuat jahat pada semua orang, apa Papa tidak tau?“ Anggun ingin sekali membentak-bentak sang Ayah namun ia berusaha menahan dirinya. Ia tahu sebagai anak ia harus bersikap sopan pada orang tua.
Bimo menggeleng, “Papa hanya tidak ingin dia membongkar kesalahan Papa, dia selalu mengancam dengan menuntut Papa membiayai hidupnya. Papa hanya tidak ingin berdosa saat dia selalu meminta bertemu, jadi Papa menikah siri dengannya.“
Akhirnya Bimo mengaku juga, Mama Nayla menahan nafasnya saking terkejutnya. "K-kamu bahkan menikahi wanita jahat itu!“
"Sayang, maafkan aku..." Bimo mengulurkan tangannya ingin menggenggam tangan Mama Nayla namun ditepis wanita itu.
"Menjijikkaan! Kamu bukan khilaf tapi kamu memang berniat berselingkuh! Andai saja kamu jujur padaku, kamu nggak mungkin terjebak dengan nya! Kamu memang pria bajingaannn! Kita bercerai saja! Aku nggak sudi bersama mu lagi!“
“Jangan! Aku tidak mau, Nay! Jangan begini, sekali saja maafin Mas! Aku sangat mencintaimu, Nay..."
“Kamu bukan mencintai ku, Mas! Aku sudah buta selama ini! Papaku pernah bilang kalau kamu hanya ingin harta dan kedudukan di keluarga ini! Sekarang lah buktinya! Kau tidak ingin bercerai karena tak ingin kehilangan kedudukan mu di rumah sakit!“
“Nggak seperti itu! A-aku..." Bimo tak bisa mengelak, dia memang takut jatuh miskin.
“Mulai hari ini, Hanif akan menjabat sebagai Direktur menggantikan kamu di rumah sakit! Segera tanda tangani perceraian dan pergilah dari rumah ini! Ini sudah keputusan kami!“ Tuan Wiranto melempar surat perceraian ke arah Bimo.
“Besok adalah pernikahan putrimu, sebagai Ayah kau harus datang. Itu sudah kewajiban mu menjadi wali nikah Anggun!“
Bimo menoleh ke arah Anggun, ia menatap meminta pertolongan pada putrinya agar perceraian tidak terjadi. Namun Anggun membuang wajah, melihat penderitaan sang Ibu ia tak sudi memaafkan ayahnya.
"Papa harus mempertanggung jawabkan perbuatan Papa sendiri!“ ucap Anggun tanpa menoleh pada ayahnya.
Bimo menghela nafas panjang, ia menyesal telah bertemu diam-diam dengan Melati yang awalnya tak ingin kesalahan nya bertahun-tahun lalu terkuak namun ia malah terhanyut pada hubungan terlarang meski pada akhirnya ia menikahi Melati.
Surat perceraian pun di tanda tangani oleh Bimo, disana sudah ada tangan tangan Mama Nayla lebih dulu.
“Ucapkan talak mu sekarang, Mas.“ Bibir Mama Nayla bergetar, rumah tangga yang sudah ia rajut selama hampir 30 tahun lamanya kini harus kandas juga karena orang ketiga.
“Nayla Saraswati binti Wiranto Ardiningrat, saya talak kamu dengan talak satu! Kamu bukan istri saya lagi...“
Pecah lah tangis Mama Nayla, sebagai putrinya Anggun pun akhirnya ikut menangis. Pengawal Tuan Wiranto menarik Bimo agar berdiri.
“Pergilah, mulai hari ini kamu bukan bagian dari keluarga Ardiningrat lagi! Kau masih bisa bekerja di rumah sakit tapi hanya sebagai Dokter seperti dulu! Harta gono gini dalam pernikahan mu dan putriku, akan dibagi adil. Sekarang, kau bisa menemui wanita selingkuhan mu itu sepuas mu di dalam penjara! Oh bukan! Dia bukan wanita selingkuhan, tapi kini wanita itu istrimu satu-satunya.“ Ucapan sinis Tuan Wiranto tepat menusuuk jantung Bimo.
Ya, dia belum menceraikan Melati dan keduanya sah dalam pernikahan siri.
•
•
•
Di rumah Raja, Embun sudah selesai menidurkan Baby Rendra. Raja belum pulang padahal waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam dan biasanya Raja akan pulang dari perusahaan sebelum magrib.
“Ada apa ya, kenapa Abang belum pulang juga? Pesan dan telepon ku nggak dibales...“
Firasat Embun sangat buruk, dia kembali menelepon namun sepertinya ponsel Raja mati. Ia pun keluar kamar, mencari ibunya.
“Mah, Bang Raja belum pulang-pulang. Biasanya nggak seperti ini, apa Embun susul ke perusahaan ya?“
Mama Jasmin sedang membaca buku di kamarnya, dia lalu membuka kacamata dan menaruh nya di nakas. "Udah coba telepon?"
“Dari magrib udah Embun telepon, tapi gada jawaban."
"Baru telat 1 jam, tunggu aja dulu.“
"Tapi Mah, firasat Embun kok jelek ya.“
"Huss, banyak istighfar sayang. Berprasangka lah yang baik-baik, sesungguhnya doa baik istri akan diijabah Allah."
Embun menghela nafas pelan, "Beberapa hari lalu pas Embun pergi ke rumah Mama Hana, Embun kayak liat Mas Gio. Wajahnya seram, penampilan nya seperti pengemis tapi seperti preman juga. Tapi Embun pikir mana mungkin itu Mas Gio, dia kan udah bersama Elsa di Paris.“
“Kamu mencemaskan apa?"
"Embun cemas, Mas Gio berbuat sesuatu pada Bang Raja. Tapi setahu Embun, Bang Raja selalu waspada pada orang lain."
“Begini saja, coba telepon asisten Raja atau Adam untuk mencaritahu."
Embun mengangguk, ia menelepon assisten Raja namun tak ada jawaban. Akhirnya dia menelepon Adam untuk meminta tolong, namun Adam pun yang sedang sibuk untuk pernikahan nya besok tak menjawab panggilan dari Embun.
******
Mobil Raja mogok saat ia akan pulang ke rumah, ia hanya berdua bersama supir nya. Namun saat Raja menunggu mobil diperbaiki, beberapa orang menyerang dan berhasil melumpuhkan Raja setelah memukuul Raja dengan tongkat bisbol. Orang-orang itu membawa Raja ke suatu tempat, tepat saat itu seseorang melihat kejadian yang terjadi pada Raja dan bergegas mengikuti.
