Bagaikan senjata makan Tuan, niat hati ingin balas dendam pada orang yang membullynya saat SMA, Lolita justru masuk ke dalam jebakannya sendiri.
Lolita akhirnya harus menikah dengan kekasih
dari musuh bebuyutannya itu, yang tak lain adalah Dosen killer di kampusnya sendiri.
Tapi hal yang tak diduga Lolita, ternyata Dosen yang terkenal killer di kampus itu justru menunjukkan sisi berbeda setelah menikah dengan Lolita, yaitu otak mesum yang tak tertolong lagi.
"Tapi kamu puas kan?" ~ Wira ~
"Apanya yang puas? Punya Bapak kaya jamur enoki!! Kecil, panjang dan lembek!!" ~ Lolita ~
Bagaimana hari-hari Lolita yang harus menghadapi otak mesum suaminya?
Bagaimana juga nasib pernikahan mereka di saat benih-benih cinta mulai tumbuh namun, namun rahasia Lolita justru terbongkar jika dia yang menjebak suaminya sendiri?
Akankah balas dendam Lolita berhasil atau justru menjadi boomerang untuk dirinya sendiri dan menjadikan hubungannya dengan Wira hancur berantakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wiro Sableng
Lolita tampak lesu ketika turun dari mobilnya. Hari ini dia benar-benar tak bersemangat karena matanya terasa begitu berat. Kalau saja hari ini tidak ada jadwal kuliah pagi, saat ini dia pasti masih asik bergelung di bawah selimut tebalnya.
Sayangnya Dosennya itu benar-benar menyeramkan. Selain harus masuk kelas tepat waktu, Dosennya itu juga terkenal pelit nilai. Dengan wajahnya yang dingin itu, sudah mampu mengintimidasi banyak orang. Kalau istilahnya sekarang, orang-orang menyebutnya sebagai dosen killer.
Brug...
Buku-buku tebal yang ada di tangan Lolita jatuh berhamburan karena dia menabrak seseorang.
"Maaf maaf, aku nggak sengaja!" Lolita langsung memungut buku bawaannya tanpa melihat siapa yang ia tabrak.
Tapi saat ia melihat sepatu kulit berwarna hitam yang mengkilap, kepalanya langsung mendongak untuk memastikan.
"M-maaf Pak, s-saya tidak sengaja!" Rasanya benar-benar gugup sekaligus takut. Orang yang ia tabrak ternyata adalah Dosen yang sejak tadi ada dipikiran Lolita. Dosen killer yang ingin dia hindari.
"Kalau ngantuk, lebih baik tidur di rumah!" Ucap pria berlawanan tinggi dan gagah itu. Kemudian pergi begitu saja sampai membuat Lolita melongo.
"Iishhh!!" Lolita memukul-mukul udara didepannya seolah Dosen itu masih ada di depannya.
"Dasar Wiro sableng!!" Bibirnya masih saja bergumam walau Dosen yang ia sebut Wira sableng itu sudah menjauh.
"Nggak sadar apa kalau badannya tinggi besar kaya gitu? Mana keras banget lagi!" Lolita mengusap keningnya yang tadi menabrak tubuh Dosennya.
"Lo kenapa Ta?" Dara, sahabat Lolita tiba-tiba saja sudah ada di sampingnya.
"Habis nabrak beton!" Jawab Lolita dengan ketus.
"Beton?" Dara melihat ke kiri dan kanannya. Mencari beton yang disebut Lolita tadi.
"Mana?" Tanya Dara.
"Udah pergi!"
"Hah? Beton bisa jalan?" Dara benar-benar terlihat polos.
"Bisa lah, melotot juga bisa!"
"Hah?" Dara semakin tak mengerti maksud Lolita.
"Udah ah ayo masuk kelas, sebelum Dosen killer itu masuk lebih dulu!" Lolita langsung menarik Dara yang masih penasaran dengan apa yang Lolita katakan tadi.
Seperti biasa, rasanya Lolita muak mendengar semua teman kelasnya membicarakan Dosennya tadi. Di kampusnya ternyata menerapkan standar ganda, mau sekejam apa Dosennya hanya karena wajahnya yang tampan dan katanya berkarisma itu, mereka semua tetap saja mengidolakannya. Bahkan Dara, sahabatnya saja tergila-gila pada Dosennya itu.
Tampaknya hanya Lolita saja yang tak tertarik dengan Dosennya itu. Baginya hanya Excel yang menarik perhatiannya. Hubungan Lolita dengan Excel juga sudah berlangsung dua tahun, namun ketertarikan Lolita pada Excel sudah sejak mereka masuk kuliah.
"Selamat pagi!" Suara bariton itu membuat seisi kelas menjadi bergemuruh. Sungguh hal yang memuakkan bagi Lolita karena harus berada diantara pengagum Dosen killer itu.
"Selamat pagi Pak Wiraaaaaa!" Jawab mereka semua serentak kecuali Lolita. Dia hanya diam dan enggan menatap kedepan.
Sungguh saat ini dia ingin pulang, matanya terasa begitu berat. Menurutnya lebih baik tidur daripada harus berada di sana. Namun dia ingat jika Dosennya itu sangatlah pelit dan tidak pernah mentolerir mahasiswanya yang telat, mangkir ataupun tidak serius memperhatikannya di dalam kelas.
"Hooammm!" Lolita menguap dengan lebar karena rasa kantuknya benar-benar tak tertahan.
Rasanya seperti meminum obat tidur yang membuat matanya ingin tertutup. Ini semua gara-gara drama china yang sedang booming dan membuat kecanduan, dia terus ketagihan hingga menontonnya sampai pagi.
"Ta, Tata!!" Dara menendang bangku Lolita dengan pelan karena dia beberapa kali melihat Lolita memejamkan matanya.
"Apasih?!!" Kesal Lolita dengan suara berisik.
"Jangan tidur, lihat depan!" Ucap Dara disertai dengan gerakan bola matanya yang mengarah ke depan.
"Hmm" Lolita hanya bergumam saja sembari mengerjabkan matanya agar kembali terbuka dengan lebar.
Dia mencoba fokus ke depan, menatap Dosen yang menurut orang-orang sangat tampan itu. Sekarang Lolita bukannya fokus dengan mata kuliahnya, tapi dia sibuk mencari dimana letak ketampanan dan karisma yang dimiliki Dosennya itu. Menurut Lolita, Wira juga terlalu tua untuk diidolakan. Dia dengar, umurnya sudah tiga puluh satu tahun.
Tapi jujur, kalau masalah bentuk tubuhnya, Lolita mengakui jika Wira memiliki tubuh yang tinggi, tegap, dengan otot lengan dan dada yang terbentuk sempurna. Apalagi Wira sering memakai kemeja ketat yang digulung hingga siku, jelas itu membuat otot-ototnya terbentuk sempurna.
Lolita gelagapan sendiri saat matanya tak sengaja bertemu dengan Wira. Dia berkali-kali memalingkan wajahnya namun di depan sana, Wira justru terus menatapnya hingga membuatnya salah tingkah.
Lolita meraih buku didepannya untuk berpura-pura membaca dan menutup wajahnya. Tapi apa yang terjadi, Wira justru tersenyum kepadanya. Senyum yang tak pernah ia lihat sama sekali. Senyum yang membuat Lolita akhirnya menemukan letak tampan dan berkarismanya seorang Wiranata, si Dosen killer.
Jantung Lolita seperti dipompa dengan begitu cepat. Apalagi saat ini Wira berjalan kearahnya dengan senyum yang tak pudar dari bibirnya.
"Lolita?"
Entah mengapa suara Wira terdengar merdu ditelinga Lolita.
"I-iya Pak?" Lolita benar-bener gugup sampai tergagap.
Lolita menatap Wira yang hanya diam saja. Namun Lolita semakin gugup saat Wira justru menunduk, mendekatkan wajahnya pada Lolita.
Kini wajah keduanya begitu dekat. Benar-benar dekat sampai Lolita bisa merasakan hembusan nafas dari Wira.
"B-bapak mau apa?" Suara Lolita terdengar begitu pelan seperti bergumam.
Dia ingin menjauh, namun tak bisa. Lehernya seperti tak berfungsi sama sekali hingga yak bisa bergerak untuk memalingkan wajahnya. Dia justru terpaku pada pria yang wajahnya tetap berada di hadapannya. Matanya terkunci dengan mata Wira yang biasanya menatapnya dengan tajam.
Perlahan mata Wira terpejam, wajahnya juga semakin mendekat hingga ujung hidungnya menyentuh ujung hidung Lolita.
Seakan terhipnotis, Lolita ikut memejamkan matanya. Kalau dari drama China yang ia tonton tadi malam, sebentar lagi pasti Wira akan menciumnya. Bibir Lolita pun bersiap menerima ciuman dari Wira. Bibirnya sudah mengerucut untuk menyambut ciuman dari Dosennya itu. Tapi..
Plug...
"Awww!!" Lolita memekik karena sesuatu mengenai dahinya. Dia mengusap dahinya itu sambil meringis. Dia melihat tutup spidol jatuh di pangkuannya.
Namun tawa dari teman-teman sekelasnya membuat Lolita tersadar. Dia melihat kiri, kanan kemudian ke depan. Dimana Wira berdiri di sana sambil menatapnya dengan tajam.
"Kalau cuma mau tidur di kelas saya, kenapa tidak bawa kasur sekalian?" Ucap Lidah tajam milik Wira hingga membuat Lolita kembali ditertawakan.
"Udah gue bilang kan Ta. Fokus! Jangan tidur! Kena timpuk kan jadinya!" Ucap Dara yang berusaha menahan tawa.
"Jadi tadi cuma mimpi?" Lolita kembali menatap Wira yang saat ini masih menatapnya.
"M-maaf Pak"
Wira hanya melengos tak menanggapi permintaan maafnya sama sekali.
"Dih amit-amit" Ucap Lolita dalam hatinya. Dia benar-benar tak menyangka jika bisa bermimpi sejauh itu.
Ya meskipun Wira dan Lolita nikah karena insiden, bukan berarti Gina bisa bersikap seenaknya gitu sama Wira, masih menganggap Wira kekasihnya
klo yg menjebak Lolita blm ketemu clue 😌
pasti gina sengaja,biar terjadi perselisihan....