Lu Changzu dan teman temannya terlempar ke dimensi lain, Namun Tanpa Lu Changzu sadari ia masuk ke dunia tersebut lebih awal dari teman teman sekelasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EGGY ARIYA WINANDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekte Demon Refining 3
Langit di atas Puncak Iblis Hijau selalu tampak seperti memar yang tak kunjung sembuh—ungu lebam bercampur hijau nanah. Di bawah naungan atmosfer beracun itu, hierarki kekuasaan di Sekte Demon Refining terlihat jelas bukan dari lencananya, melainkan dari ketinggian tempat tinggalnya.
Lu Changzu mendaki. Bukan dengan tergesa-gesa seperti pelayan yang takut dicambuk, tetapi dengan langkah santai seorang turis yang sedang menikmati pemandangan reruntuhan. Lencana besi hitam pemberian Chen Xuan berayun di pinggangnya, satu-satunya paspor yang mencegahnya ditebas oleh patroli murid luar.
Tujuannya adalah Paviliun Darah Giok, kediaman Zhao Yun, salah satu kandidat terkuat dalam kompetisi Murid Inti yang akan datang.
"Logika sosial di tempat ini sederhana," gumam Lu Changzu pada dirinya sendiri, bibirnya menyunggingkan senyum tipis yang tidak mencapai matanya. "Jika kau tidak cukup kuat untuk menjadi singa, jadilah racun yang membunuh singa itu saat tidur. Atau lebih baik lagi... jadilah pedagang yang menjual racun itu."
Dia tidak membawa senjata. Senjatanya adalah informasi yang dia curi dari perpustakaan. Informasi tentang penyergapan di Celah Sempit.
Di gerbang paviliun yang megah—bangunan yang dihiasi tengkorak binatang buas berlapis emas—dua penjaga bertubuh raksasa menghalangi jalannya. Mereka berada di ranah Body Tempering Tahap 5, otot mereka berdenyut dengan Qi yang kasar.
"Berhenti, sampah!" bentak salah satu penjaga, tombaknya menyala dengan energi merah. "Ini wilayah Tuan Zhao Yun. Satu langkah lagi, dan aku akan menjadikan kepalamu pengganjal pintu."
Lu Changzu tidak berhenti. Dia malah tertawa kecil, seolah baru saja mendengar lelucon yang sangat lucu. Dia merapikan kerah jubahnya yang sedikit kusam.
"Itu Ide yang menarik, Saudara Senior," kata Lu Changzu dengan nada ceria yang tidak wajar. "Tapi aku khawatir Tuan Zhao Yun akan sangat marah jika kau menendang satu-satunya orang yang datang membawa kunci kemenangannya melawan Zuan Feng."
Nama 'Zuan Feng' memiliki efek magis. Tombak penjaga itu berhenti satu inci dari hidung Lu Changzu.
"Apa maksudmu?"
"Ssst," Lu Changzu menempelkan jari telunjuk di bibirnya. Matanya berkilat jenaka namun dingin. "Berita kematian itu mahal. Semakin lama kau menahanku di sini, semakin murah harga nyawa Tuan Zhao. Kau mau bertanggung jawab atas diskon itu?"
Penjaga itu ragu. Di sekte iblis, kesalahan sekecil apa pun bisa berarti kematian. Menghalangi informasi penting tentang musuh bebuyutan tuan mereka adalah kesalahan fatal.
"Tunggu di sini. Jika kau berbohong, aku akan mengulitimu hidup-hidup."
"Tentu, tentu. Aku suka kulitku tetap di badan, kok," jawab Lu Changzu santai.
Beberapa saat kemudian, gerbang dibuka.
Lu Changzu melangkah masuk ke halaman dalam. Pemandangannya kontras dengan dunia luar yang gersang. Di sini, kolam-kolam berisi darah cair yang mendidih memancarkan aroma manis yang memualkan. Tanaman karnivora yang indah tumbuh subur di pot-pot porselen.
Di ujung taman, duduk di atas takhta yang terbuat dari tulang rusuk raksasa, adalah Zhao Yun.
Dia adalah pria muda dengan wajah tampan namun kejam. Rambutnya merah menyala, dibiarkan terurai liar. Dia mengenakan jubah sutra hitam yang terbuka di bagian dada, memperlihatkan tato naga yang bergerak-gerak hidup di kulitnya.
Aura yang memancar darinya berat, menekan, dan panas.
Ranah Master - Tahap 3 Akhir.
Tekanan itu menghantam Lu Changzu begitu dia mendekat. Rasanya seperti berjalan ke dalam oven bertekanan tinggi. Tulang-tulangnya berderit pelan. Paru-parunya terasa seperti diisi pasir panas. Bagi kultivator Qi Activation Tahap 4 biasa, berdiri di hadapan seorang Master tanpa berlutut adalah hal yang mustahil.
Tapi Lu Changzu bukan kultivator biasa. Dia mengaktifkan aura di dalam intinya, membiarkan tekanan Zhao Yun mengalir melalui dirinya, bukan menabraknya. Dia memanipulasi aliran Qi di sekitarnya, menciptakan bantalan udara tak kasat mata.
Wajahnya tetap tenang. Senyum humoris itu masih terpatri di bibirnya.
"Salam, Tuan Zhao," sapa Lu Changzu, membungkuk sedikit—hanya sedikit. "Nama saya Lu Changzu. Maaf mengganggu waktu bersantai Anda. Saya hanya lewat dan berpikir, 'Sayang sekali jika pria setampan ini mati minggu depan'."
Zhao Yun membuka matanya. Matanya bukan putih, melainkan hitam pekat dengan iris emas vertikal. Tatapan reptil.
"Qi Activation Tahap 4?" Zhao Yun tidak berteriak, suaranya rendah namun bergema seperti guntur di dalam dada Lu Changzu. "Kau punya nyali besar, semut kecil. Atau kau hanya bosan hidup?"
Sebuah tangan tak kasat mata—Qi yang dipadatkan—mencengkeram leher Lu Changzu, mengangkatnya tiga puluh sentimeter dari tanah.
Lu Changzu tidak meronta. Dia membiarkan kakinya menggantung santai. Wajahnya mulai memerah karena kekurangan oksigen, tapi senyumnya melebar.
"Uhuk... nyali... adalah satu-satunya modal... orang miskin... Tuan," serak Lu Changzu.
"Katakan kenapa aku tidak harus meremukkan lehermu sekarang," desis Zhao Yun.
"Karena... Zuan Feng... Celah Sempit... Tiga hari lagi... Kelompok si Gendut Liu... Pembantaian..."
Cengkeraman itu tidak melonggar, tapi tidak juga menguat. Mata Zhao Yun menyipit.
"Lanjutkan," perintah Zhao Yun, menjatuhkan Lu Changzu ke tanah dengan kasar.
Lu Changzu mendarat dengan anggun, mengusap lehernya sambil terbatuk-batuk dramatis. "Aduh. Cengkeraman yang kuat. Sangat maskulin."
Dia berdiri tegak, menatap langsung ke mata sang Master.
"Begini ceritanya, Tuan Zhao," Lu Changzu memulai, nadanya berubah menjadi seperti seorang pendongeng di pasar malam. "Tiga hari lagi, Anda berencana mengirim bawahan setia Anda, kelompok Gendut Liu, ke Lembah Kabut untuk mencari 'Binatang Roh Iblis', bukan? Sebuah misi rahasia untuk memperkuat pondasi Anda sebelum kompetisi."
Wajah Zhao Yun mengeras. Itu adalah informasi rahasia. Hanya lingkaran dalamnya yang tahu. Fakta bahwa semut ini tahu artinya ada kebocoran.
"Zuan Feng tahu," lanjut Lu Changzu cepat, melihat niat membunuh di mata Zhao Yun. "Dan dia tidak akan membiarkan mereka sampai di lembah. Dia menempatkan pasukan penyergap di Celah Sempit. Bukan untuk menghambat mereka, tapi untuk membantai mereka. Dia ingin memotong tangan kanan Anda, membuat mental Anda terguncang sebelum kompetisi dimulai."
Keheningan melanda taman itu. Kolam darah mendidih di belakang mereka meletup-letup.
"Kau mata-mata Zuan Feng," kata Zhao Yun dingin. "Kau datang ke sini untuk menabur keraguan. Kau ingin aku membatalkan misi itu sehingga aku tidak mendapatkan inti binatang itu."
Zhao Yun mengangkat tangannya, energi merah berkumpul di telapaknya, siap menghapus keberadaan Lu Changzu.
Lu Changzu tertawa. Tawa yang renyah dan menghina.
"Hahaha! Logika yang menyedihkan!" seru Lu Changzu, berani menatap sang Master dengan tatapan mengejek. "Tuan Zhao, gunakan otak jenius Anda. Jika saya mata-mata Zuan Feng, untuk apa saya membocorkan lokasi penyergapan terbaiknya? Celah Sempit adalah satu-satunya tempat di mana dia memiliki keunggulan geografis mutlak. Jika Anda tahu, dia kehilangan segalanya."
"Lalu kenapa?" Zhao Yun menurunkan tangannya sedikit, tapi energinya masih berputar. "Kenapa kau, seekor semut, datang kepadaku? Apa maumu? Keadilan? Loyalitas?"
"Jangan menghina saya dengan kata-kata kotor seperti itu," cibir Lu Changzu. "Keadilan? Loyalitas? Itu dongeng untuk anak-anak. Saya datang karena saya pedagang."
Lu Changzu melangkah maju satu langkah, menantang aura menekan itu.
"Zuan Feng itu pelit. Dan arogan. Dia pikir dia sudah menang tanpa perlu membayar orang-orang kecil seperti saya. Tapi Anda, Tuan Zhao..." Lu Changzu mengamati jubah sutra dan taman mewah itu. "...Anda terlihat seperti orang yang menghargai nilai sebuah transaksi."
"Saya menjual kematian Zuan Feng kepada Anda. Harganya bisa kita bicarakan nanti."
Zhao Yun terdiam. Dia menatap pemuda di depannya. Lemah dalam kultivasi, tapi mentalnya... mentalnya setajam pedang tua yang berkarat namun mematikan. Dia menyukai ambisi telanjang itu. Itu sangat 'Sekte Iblis'.
"Katakanlah aku percaya padamu," kata Zhao Yun, bersandar kembali di takhtanya. "Aku akan mengirim bala bantuan. Kita akan menyergap penyergap mereka. Perang terbuka di Celah Sempit."
"Bosan," potong Lu Changzu. Dia menggelengkan kepalanya dengan kecewa. "Sangat membosankan dan tidak efisien. Itu strategi orang otot, bukan strategi seorang Raja."
Alis Zhao Yun berkedut. "Kau berani mengkritikku?"
"Saya menawarkan efisiensi," kata Lu Changzu, matanya bersinar dengan kilatan berbahaya yang membuat Zhao Yun—seorang Master—merasakan sedikit dingin di punggungnya.
"Jika Anda mengirim bala bantuan, Zuan Feng akan tahu. Dia akan menarik pasukannya. Anda hanya menyelamatkan si Gendut Liu, tapi Zuan Feng tidak rugi apa-apa."
"Jadi?"
"Biarkan mereka menyergap," kata Lu Changzu sambil tersenyum manis, senyum iblis yang sesungguhnya.
"Biarkan si Gendut Liu dan kelompoknya pergi ke sana. Tapi, berikan mereka 'hadiah' perpisahan sebelumnya. Beri mereka pil yang meningkatkan kekuatan tempur seratus persen tapi membakar nyawa mereka dalam lima menit."
Mata Zhao Yun membelalak. "Kau menyuruhku mengorbankan bawahanku sendiri?"
"Mereka bukan bawahan, Tuan. Mereka aset. Dan aset ada depresiasinya," jelas Lu Changzu dingin. "Katakan pada Liu bahwa itu adalah pil rahasia untuk keadaan darurat. Saat Zuan Feng menyerang, Liu dan pasukannya akan meminumnya. Mereka akan meledak dalam kegilaan, membunuh separuh pasukan Zuan Feng sebelum mereka mati."
"Dan saat pasukan Zuan Feng yang tersisa sedang kelelahan dan panik menghadapi 'pasukan bunuh diri' itu... barulah pasukan elit Anda yang sebenarnya—yang bersembunyi di tebing atas—turun untuk membersihkan sisanya. Termasuk adik Zuan Feng yang memimpin penyergapan itu."
Lu Changzu merentangkan tangannya.
"Anda kehilangan beberapa pion gemuk yang tidak berguna. Zuan Feng kehilangan adiknya dan seluruh pasukan elitnya. Mentalnya bukan hanya terguncang... mentalnya akan hancur total."
Hening.
Zhao Yun menatap Lu Changzu. Dia melihat kekejaman yang murni. Kekejaman yang tidak didasari oleh emosi, tapi oleh kalkulasi matematis.
Perlahan, seringai lebar muncul di wajah tampan Zhao Yun. Seringai yang mengerikan.
"Hahahaha!" Zhao Yun tertawa lepas, suaranya mengguncang kelopak bunga karnivora di taman. "Kejam! Jahat! Aku menyukainya! Kau benar, si Gendut Liu itu memang sudah mulai lambat akhir-akhir ini. Mati demi kemenanganku adalah kehormatan terbesar baginya!"
Zhao Yun berdiri, aura membunuhnya lenyap, digantikan oleh kegembiraan predator yang baru menemukan mainan baru.
"Siapa namamu tadi, iblis kecil?"
"Lu Changzu."
"Lu Changzu. Nama yang membosankan untuk orang sejahat kau," komentar Zhao Yun. Dia melambaikan tangannya ke udara.
Sebuah cincin penyimpanan di jarinya berkilat. Dua benda melayang keluar dan jatuh ke kaki Lu Changzu dengan suara klang yang berat.
Yang pertama adalah sebuah gulungan kulit manusia yang tua. Yang kedua adalah sebuah tungku kecil berkaki tiga (tripot) yang terbuat dari perunggu hitam, berkarat namun memancarkan hawa panas.
"Kau bilang kau pedagang. Itu bayaranmu," kata Zhao Yun angkuh.
Lu Changzu memungut gulungan itu. [Teknik Pemurnian Iblis - Bagian I: Penempaan Darah].
Jantungnya berdesir. Ini dia. Teknik tingkat tinggi yang dia butuhkan untuk memproses energi secara lebih agresif daripada modifikasi napasnya yang sekarang.
Lalu dia melihat tungku itu.
"Tungku Penempa Tubuh Tripot Besi Hitam. Tingkat 2," jelas Zhao Yun, nada suaranya seolah-olah dia sedang membuang sampah. "Itu agak cacat. Apinya kadang tidak stabil. Aku berencana melelehkannya, tapi karena tubuhmu terlihat menyedihkan—seperti ranting kering—kau mungkin membutuhkannya untuk merebus obat penguat tulang. Anggap saja sedekah."
Sedekah bagi Zhao Yun. Harta karun bagi Lu Changzu.
Tungku Tingkat 2 adalah alat vital untuk alchemist pemula. Dan cacat? Bagi Lu Changzu, "cacat" hanyalah sinonim dari "variabel yang perlu dikalibrasi ulang".
Lu Changzu menyimpan kedua benda itu ke dalam jubahnya. Dia menangkupkan tinjunya dan membungkuk, kali ini sedikit lebih dalam.
"Terima kasih atas kemurahan hati Anda, Tuan Zhao. Senang berbisnis dengan orang yang visioner," kata Lu Changzu. Wajahnya penuh rasa syukur, tapi di dalam hatinya, kalkulator dinginnya sudah menghitung nilai aset ini.
"Pergilah," usir Zhao Yun, kembali duduk di takhtanya. "Dan jika rencanamu gagal, jika si Gendut Liu tidak meledak sesuai prediksimu... aku akan menjadikanmu bahan bakar untuk kolam darahku."
"Jangan khawatir, Tuan muda. Strategi saya tidak pernah salah," jawab Lu Changzu sambil tersenyum misterius.
Dia berbalik dan berjalan keluar.
Saat dia melewati gerbang paviliun dan kembali ke jalan setapak yang suram, senyum humoris di wajahnya luntur seketika. Wajahnya kembali menjadi wajah seorang pemalas.
"Zhao Yun..." bisiknya pada angin.
Di dalam benaknya, dia memutar kembali percakapan tadi. Dia tidak hanya menjual informasi. Dia baru saja menanam benih.
Dengan menyarankan Zhao Yun mengorbankan bawahannya sendiri, Lu Changzu telah memastikan dua hal:
Kekuatan Zhao Yun akan berkurang secara kuantitas (kehilangan pasukan Liu).
Kekuatan Zuan Feng akan berkurang secara kualitas (kehilangan pasukan elit dan adiknya).
Kedua murid inti itu akan saling mencabik, menjadi lebih lemah, sementara Lu Changzu—si semut yang tidak diperhatikan—berjalan pergi membawa teknik kultivasi dan alat yang dia butuhkan untuk menyalip mereka berdua.
Dia menepuk dada jubahnya, merasakan dinginnya logam tungku tripot itu.
"Kau pikir kau memanfaatkanku untuk membunuh musuhmu," pikir Lu Changzu, matanya bersinar dengan kilatan Event Horizon yang gelap. "Padahal aku baru saja menggunakanmu untuk membersihkan sampah, Zhao Yun. Terima kasih atas tungkunya."
Dia melihat ke langit ungu . Badai akan datang. Dan untuk pertama kalinya sejak tiba di dunia ini, Lu Changzu merasa seperti dirigen yang memegang tongkat orkestra.
Musik kematian akan segera dimulai di Celah Sempit, dan dia akan menikmati pertunjukannya dari barisan paling belakang, sambil menghitung keuntungan.
Bersambung....