NovelToon NovelToon
Erick-Melina Dosen Dan Mahasiswinya

Erick-Melina Dosen Dan Mahasiswinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Dosen / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Greta Ela

Melina Lamthana tak pernah merencanakan untuk jatuh cinta ditahun pertamanya kuliah. Ia hanya seorang mahasiswi biasa yang mencoba banyak hal baru dikampus. Mulai mengenali lingkungan kampus yang baru, beradaptasi kepada teman baru dan dosen. Gadis ini berasal dari SMA Chaya jurusan IPA dan Ia memilih jurusan biologi murnni sebagai program studi perkuliahannya dikarenakan juga dirinya menyatu dengan alam.

Sosok Melina selalu diperhatikan oleh Erick seorang dosen biologi muda yang dikenal dingin, cerdas, dan nyaris tak tersentuh gosip. Mahasiswi berbondong-bondong ingin mendapatkan hati sang dosen termasuk dosen perempuan muda. Namun, dihati Erick hanya terpikat oleh mahasiswa baru itu. Apakah mereka akan bersama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Greta Ela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Seminggu berlalu tanpa terasa, namun meninggalkan jejak lelah di tubuh dan pikiran Melina serta Bunga. Semester dua benar-benar tidak memberi ruang untuk beristirahat lama. Setiap hari diisi dengan jadwal yang padat, berpindah dari ruang kelas ke laboratorium, dari catatan teori ke laporan praktikum yang tak kunjung selesai.

"Gila ya," gumam Bunga suatu pagi sambil menguap lebar.

"Aku baru sadar, ternyata berdiri tiga jam di lab itu capeknya beda."

Melina tertawa kecil, meski matanya juga terlihat sayu.

"Belum lagi kalau preparatnya gagal dan harus ulang."

Mereka berjalan menuju kampus dengan langkah yang sedikit lebih lambat. Tas mereka terasa lebih berat bukan hanya karena buku dan jas lab, tapi juga karena tuntutan semester ini yang tidak main-main.

Praktikum struktur dan perkembangan tumbuhan menjadi pusat dari minggu itu. Setiap hari, mereka harus mengamati bagian-bagian tumbuhan dengan detail tinggi, jaringan, sel, fase pertumbuhan, semuanya menuntut ketelitian dan kesabaran. Miss Yolan tidak pernah memarahi, tapi standar yang ia pasang tinggi.

"Kalau tidak yakin dengan hasil pengamatan kalian," ujar Miss Yolan suatu siang, "lebih baik ulang daripada asal menulis."

Kalimat itu terus terngiang di kepala Melina saat ia menatap mikroskop, berusaha memastikan apa yang ia lihat benar-benar sesuai dengan teori.

Hari-hari terasa berulang datang pagi, praktikum hingga sore, pulang dengan kaki pegal, lalu malam dihabiskan untuk menyusun laporan. Kadang Melina dan Bunga memasak sederhana tumis sayur, telur dadar kadang hanya makan mi instan karena terlalu lelah untuk berpikir.

"Aku kangen semester satu," keluh Bunga sambil merebahkan diri di sofa.

"Capeknya beda."

Melina mengangguk.

"Tapi kita belum terbiasa aja. Nanti juga kebal."

Meski begitu, di dalam hatinya, Melina tahu ada kelelahan lain yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan jadwal padat. Ada ruang kosong yang perlahan terbentuk ruang yang dulu diisi oleh pesan-pesan Erick hampir setiap malam.

Minggu itu, Erick hanya mengirim pesan dua kali.

Pertama, di hari Selasa malam.

Melina baru saja selesai mencuci jas lab. Tangannya masih basah ketika ponselnya bergetar.

Erick:

"Kamu kelihatan lelah di kelas tadi."

Melina terdiam sejenak sebelum membalas.

"Iya, Pak. Praktikum setiap hari, belum terbiasa."

"Jangan dipaksakan. Jaga kesehatan."

Pesan itu singkat. Tidak ada ajakan. Tidak ada basa-basi panjang seperti dulu.

Melina membalas, "Terima kasih, Pak."

Percakapan berhenti di sana.

Entah kenapa, Melina merasa sedikit lega dan sedikit kecewa dalam waktu yang bersamaan.

Pesan kedua datang di hari Jumat malam.

Hari itu terasa sangat panjang. Praktikum berlangsung lebih lama karena beberapa kelompok harus mengulang pengamatan. Saat Melina akhirnya tiba di apartemen, tubuhnya terasa remuk. Ia bahkan tidak langsung makan, hanya mengganti baju lalu duduk diam di tepi ranjang.

Ponselnya kembali bergetar.

Erick:

"Bagaimana minggu pertamamu di semester dua?"

Melina menatap layar, lalu mengetik perlahan.

"Agak berat, Pak. Tapi masih bisa dijalani."

Balasan datang tidak lama kemudian.

"Kamu kuat. Saya tahu itu."

Kalimat sederhana itu membuat Melina terdiam lebih lama dari yang ia kira. Ada sesuatu dalam cara Erick menuliskannya seperti keyakinan yang sudah ia tanamkan sejak lama.

"Terima kasih," balas Melina singkat.

Erick sempat mengetik lagi, lalu menghapus. Akhirnya, satu pesan terakhir masuk.

"Maaf kalau saya jarang menghubungi. Saya pikir mungkin ini lebih baik untukmu."

Melina membaca kalimat itu berulang kali. Ia tidak langsung menjawab.

Di ruang tamu, Bunga sedang menyusun catatan praktikum sambil mendengarkan musik pelan.

"Mel," panggil Bunga, "laporan kelompok kita deadline-nya dimajukan jadi Senin."

Melina menghela napas. "Iya, aku dengar."

Ia meletakkan ponsel, lalu membantu Bunga. Fokus pada tabel, pada data, pada hal-hal konkret yang bisa ia kendalikan.

Malam itu, ia baru membalas pesan Erick.

"Saya mengerti, Pak. Terima kasih sudah tetap peduli."

Tidak ada balasan setelah itu.

Hari-hari berikutnya di minggu itu berjalan dalam mode bertahan. Melina dan Bunga mulai menyesuaikan diri. Mereka belajar membagi waktu, saling mengingatkan makan, dan tertidur lebih cepat tanpa banyak bicara.

"Lucu ya," kata Bunga suatu malam sebelum tidur,

"Kita capek bareng-bareng, tapi rasanya lebih ringan."

Melina tersenyum. "Iya. Mungkin karena gak sendirian."

Di kampus, Melina mulai merasa lebih percaya diri di laboratorium. Tangannya tidak lagi gemetar saat memegang preparat. Catatannya lebih rapi. Ia bahkan mulai berani bertanya lebih banyak pada Miss Yolan.

"Kamu cepat menangkap konsepnya," ata Miss Yolan suatu kali. "Teruskan."

Pujian itu sederhana, tapi memberi Melina dorongan yang ia butuhkan.

Sementara itu, Erick mengamati dari jauh. Satu kali seminggu di kelas cukup baginya untuk melihat perubahan kecil pada Melina cara duduknya yang lebih tegak, sorot matanya yang lebih fokus, ekspresinya yang tidak lagi setegang dulu.

Ia merasa bangga. Dan di saat yang sama, merasa tersisih.

Malam senin datang dengan sunyi. Melina duduk di balkon apartemen, memandangi lampu-lampu kota. Udara malam terasa sejuk, membawa rasa lelah yang akhirnya berubah menjadi tenang.

Ia menyadari sesuatu, jarak ini tidak sepenuhnya menyakitkan. Ada rasa yang tercipta untuk tumbuh, untuk bernapas, untuk menjadi mahasiswa yang utuh bukan hanya seseorang yang terjebak dalam perasaan rumit.

Namun ia juga tahu, perasaan tidak pernah benar-benar hilang hanya karena jarak.

Minggu itu berakhir dengan kelelahan, tapi juga dengan kesadaran baru. Bahwa hidupnya kini bergerak di dua jalur, satu jalur yang menuntut profesionalisme dan ketahanan, dan satu jalur lain yang masih samar, belum sepenuhnya ia pahami.

Dan Melina, untuk pertama kalinya, tidak terburu-buru memilih.

Ia membiarkan waktu berjalan. Membiarkan dirinya belajar tentang tumbuhan, tentang dunia kampus, dan tentang dirinya sendiri.

Karena mungkin, tidak semua jarak diciptakan untuk memisahkan.

Sebagian diciptakan untuk menyelamatkan.

"Bunga duduk berdiri disamping Melina yang berada dibalkon"

"Mel, belum ngantuk?"

"Belum, aku mau menenangkan diri dulu. Aku capek seminggu ini." ujarnya

"Mel, maaf tapi kamu tidak rindu dengan orang tuamu?"

Sontak pertanyaan dari Bunga langsung membuat Melina tegang. Sudah dibilang kalau Melina punya masalah dengan keluarganya dan Ia tak ingin cerita dengan siapapun. Tunggu saatnya

"Maaf Mel, aku hanya ingin tahu. Jangan menangis." Bunga lalu memeluk Melina

Setelah sejam menenangkan diri dibalkon, mereka lalu masuk ke kamar dan bersiap untuk tidur. Melina naik ke ranjangnya lalu menarik selimut.

"Mel, besok jangan telat bangun ya." ujar Bunga tiba-tiba

"Emang kita pernah telat?"

"Ya, siapa tahu."

Dalam perkuliahan itu, ada sesuatu yang tidak mereka ketahui. Bagaimana jika ada seseorang yang jatuh cinta pada Melina dikelas itu?

Ya, tentunya ada. Siapa kah mahasiswa itu?

1
Han Sejin
🤣🤣 temanya sama kaya punyaku 🤭 semangat ya, di tunggu update terbarunya.
Milkysoft_AiQ Chhi
🤔🤔🤔
Atelier
cepet sembuh ya Mel
Atelier
ini ujian🤭 pak...
Atelier
iya kadang emang begitu kok Mel
Tina
Jangan macam² ya erick, gw sentil ginjal lo nanti 🙄
Tina
paham rasanya jadi melina, energi terkuras karena frekuensi mereka tak sama 😌
Tina
ckckck erick, bisaan milih gaun kyak gitu.. apa maksudmu??🙄
Greta Ela🦋🌺: Author juga ga tau kak🤭
total 1 replies
Tina
so sweet banget kamu pak 😄
Tina
aku penggemar cowok gepeng, dan ini asli guanteng 😊
Atelier
jangan Erick!
Alexander BoniSamudra
jadi penasaran perbandingan harga makanan kantin SMA sama kantin Kampus 🤔
Greta Ela🦋🌺: Namanya juga anak kuliahan🤭
total 3 replies
Alexander BoniSamudra
Dosen : diluar perkiraan BMKG 😑
Alexander BoniSamudra
jadi keingat pas ujian praktek SMA😭😭😭
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
keknya pak Erick bentar lagi khilap deh😭
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
saingan baru ahay 😂😂
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
kasian aaaaa seneng kali ya🤣🤣🤣
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
eh beneran pak Erick lebih ganteng dari devano😭
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤: balik lagi dukung pak Erick ah🤣
total 2 replies
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
panas gak tuuhh😂
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
iyess satu kelompok 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!