NovelToon NovelToon
Dinikahi Cowok Cupu

Dinikahi Cowok Cupu

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Asma~~

​Calya, seorang siswi yang terpikat pesona Rion—ketua OSIS tampan yang menyimpan rahasia kelam—mendapati hidupnya hancur saat kedua orang tuanya tiba-tiba menjodohkannya dengan Aksa. Aksa, si "cowok culun" yang tak sengaja ia makian di bus, ternyata adalah calon suaminya yang kini menjelma menjadi sosok menawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asma~~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Ucapan Aksa seperti bensin yang disiram ke api. Calya semakin murka. Ia benci sikap Aksa yang sok pahlawan, sok peduli. Cowok ini sama saja, datang hanya untuk membuat hidupnya kacau.

​"Terserah lo mau bilang apa!" Calya menendang tumpukan buku di dekatnya. "Keluar sekarang! Gue gak sudi ada di ruangan yang sama dengan lo!"

​Aksa tetap bergeming. Ia tahu, melawan Calya sekarang hanya akan memperburuk keadaan. Ia memilih diam. Hal itu justru membuat Calya semakin kehilangan akal sehat. Ia berjalan ke meja di samping sofa, mengambil vas bunga, lalu membantingnya ke lantai. PRANG! Pecahan kaca berserakan.

​"Lo dengar, kan?!" bentak Calya, napasnya tersengal-sengal. "Itu yang akan gue lakukan sama perjodohan ini! Gue akan hancurkan semuanya! Termasuk lo!"

​Aksa menatapnya dengan pandangan dingin. "Calya, cukup."

​"Cukup?!" teriak Calya. Ia mengambil bingkai foto di meja, lalu melemparnya ke arah Aksa. Bingkai itu meleset, jatuh ke dinding, dan hancur berkeping-keping. "Gue benci lo! Gue benci semua tentang lo! lebih baik lo pergi atau lo bakal mati ditangan gue"

​Aksa memejamkan mata, membiarkan kemarahan Calya meluap. Ia tidak akan meninggalkannya. Ia tahu, Calya sedang tidak sadar. Tapi, ia juga tahu, ia harus melakukan sesuatu sebelum Calya melukai dirinya sendiri.

Aksa melangkah maju, meraih tangan Calya sebelum ia sempat membanting barang lainnya. "Stop, Calya!" suaranya tegas, tapi tidak membentak. "Aku tahu kamu marah, tapi ini udah keterlaluan!, kamu boleh benci aku, tapi sampai kapan? semua ini juga bukan kemauan aku" Jelas Aksa namun ia sadar Calya sekarang tidak sadar

​Calya meronta, matanya berkaca-kaca. "Lepasin! Jangan sentuh gue! Gue benci sama lo!" teriaknya. "Lo yang bikin semua ini terjadi! Gara-gara lo, hidup gue hancur! Asal lo tau gue punya cowo dan gue sayang sama cowo gue jadi lo mending bilang sama orang tua lo buat batalin perjodohan ini karna gue uda punya pasangan" ungkap Calya dengan mata memerah dipenuhi emosi

​Aksa memegang tangan Calya erat, namun ia bisa merasakan tenaga Calya mulai melemah. Ia menatap mata Calya yang penuh amarah dan kesedihan. Ia menyadari, kebencian itu nyata. Calya benar-benar membencinya, dan entah kenapa, hal itu membuat hatinya terasa sakit.

​"Aku minta maaf," ucap Aksa lirih. "Aku enggak pernah bermaksud buat bikin kamu kayak gini."

​Calya tidak merespons. Rontaannya berhenti, dan pandangannya mulai kosong. Perlahan, tubuhnya ambruk. Aksa dengan sigap menahan tubuh Calya agar tidak jatuh ke lantai. Gadis itu pingsan, kelelahan.

​Tanpa pikir panjang, Aksa menggendong Calya ke kamar. Ia membaringkannya perlahan di kasur, lalu menyelimutinya. Aksa menatap wajah Calya yang kini terlihat damai dalam tidurnya. Ia merapikan rambut Calya yang sedikit berantakan, lalu menyalakan lampu tidur dan mematikan lampu utama.

​Aksa melangkah keluar kamar. Ia membersihkan vas dan bingkai foto yang pecah, lalu duduk di sofa, menghela napas panjang. Malam ini, ia tidak akan pulang. Ia akan memastikan Calya aman. Aksa bersandar di sofa, memejamkan mata, membiarkan kelelahan merenggutnya. Ia juga butuh istirahat. Namun, pikirannya masih dipenuhi pertanyaan. Kenapa Calya begitu membencinya?

Di rumah Calya, suasana tegang menyelimuti ruang tamu. Ibu Calya, duduk dengan gelisah, sementara ayahnya, Agatha, tampak mencoba menenangkan istrinya. Mereka sudah mencari Calya di seluruh penjuru rumah, namun kamar putrinya kosong. Hanya ada tas sekolah dan seragam yang tergeletak di lantai, seperti sebuah isyarat buruk.

​"Kamu yakin dia tidak ke rumah Vira atau Jojo?" tanya Bapak Handoko, nadanya terdengar khawatir.

​Amelia menggeleng panik. "Sudah saya telepon, mereka juga tidak aktif."

​Amelia mengambil ponselnya, lalu menekan nomor yang sudah ia hafal di luar kepala. Nomor itu adalah nomor sahabatnya, sekaligus calon besannya. Amelia berharap, mungkin saja Calya pergi ke rumah Aksa. Meskipun ia tahu itu tidak mungkin, ia hanya ingin memastikan.

​"Halo, Mell?" suara Bunda Aksa, Tante Sofia, terdengar dari seberang.

​"Sof, apa Calya ada di rumahmu?" tanya Amelia tanpa basa-basi.

​Tante Sofia terdiam sejenak. "Tidak, Mell. Aksa juga belum pulang."

​Jantung Amelia berdegup kencang. Firasat buruknya semakin kuat. "Ya ampun. Lalu Calya ke mana?"

​"Tenang, Rina," kata Tante Sofia. "Mungkin dia sedang di jalan. Sebentar, Aksa menelepon."

​Amelia merasa sangat cemas, tangannya gemetar.

 Tante Sofia meminta Ibu Rina menunggu sebentar. Beberapa detik terasa seperti jam. Lalu Tante Sofia kembali ke telepon.

​"Mell, tenang. Calya bersama Aksa," kata Tante Sofia, nadanya terdengar lega.

​"Bersama Aksa? Di mana?" tanya Amelia sambil melirik suaminya.

​Tante Sofia menjelaskan bahwa Aksa menelepon dan memberitahukan bahwa Calya sedang berada di apartemen Aksa, karena di luar hujan deras. Tante Sofia juga menjelaskan bahwa Calya sedang tidak sadar.

​"Ya ampun! Lalu dia baik-baik saja?" tanya mama Calya dengan suara bergetar.

​"Ya, Aksa bilang Calya baik-baik saja. Dia hanya kelelahan," jawab Tante Sofia, mencoba menenangkan. "Aku akan meminta Aksa untuk mengantarnya pulang."

​Amelia menghela napas lega. Ia mengucapkan terima kasih, lalu menutup telepon. Ia menoleh ke arah suaminya, air matanya menetes. "Calya bersama Aksa," katanya, lalu memeluk suaminya, "tuh kan sayang terlalu khawatir sama putri kita, sekarang dia lagi sama calonnya udah biarin aja." balasnya.

​Di sisi lain, Aksa mematikan telepon. Ia menatap Calya yang tertidur pulas di tempat tidurnya. Ia tahu, ia telah melakukan hal yang benar. Namun, ia juga tahu, saat Calya sadar, akan ada badai yang lebih besar yang harus ia hadapi.

Hari Minggu pagi, sinar matahari yang cerah menembus jendela apartemen, menyilaukan mata Calya. Ia menggeliat pelan, merasakan kehangatan selimut yang lembut memeluknya. Perlahan, matanya terbuka, dan ia menyadari ini bukan kamarnya. Warna dinding yang berbeda, dekorasi minimalis, dan aroma masakan yang tercium dari dapur. Aroma itu—campuran tumisan bawang dan telur—begitu menggoda hingga perutnya berbunyi.

​Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Sekelebat ingatan dari semalam melintas di benaknya, tajam seperti pisau. Hujan deras, kegelapan di luar bar, tangan yang menariknya, jaket yang memeluk bahunya, dan… Aksa. Ia ingat, ia dibentak oleh cowok kutu buku itu karena membanting barang-barang, ia ingat ia jatuh pingsan, dan yang paling parah, ia ingat ia berakhir di apartemennya.

​Aroma sarapan yang tadinya menggoda kini terasa menjijikkan. Calya melompat dari tempat tidur, amarahnya sudah di ubun-ubun. Ia berjalan cepat ke arah dapur, mendapati Aksa sedang membalik telur di penggorengan. Pria itu tampak santai, mengenakan kaus hitam yang sama seperti semalam, dan rambutnya yang basah terlihat rapi setelah dikeringkan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!