Elise, seorang gadis keturunan bangsawan kaya, hidupnya terikat pada aturan keluarga. Untuk mendapatkan harta warisan, ia diwajibkan menikah dan segera melahirkan keturunan. Namun Elise menolak. Baginya, pernikahan hanyalah belenggu, dan ia ingin memiliki seorang anak tanpa harus menyerahkan diri pada suami yang dipaksakan.
Keputusan nekat membawanya ke luar negeri, ke sebuah laboratorium ternama yang menawarkan program bayi tabung. Ia pikir segalanya akan berjalan sesuai rencana—hingga sebuah kesalahan fatal terjadi. Benih yang dimasukkan ke rahimnya ternyata bukan milik donor anonim, melainkan milik Diego Frederick, mafia paling berkuasa dan kejam di Italia.
Ketika Diego mengetahui benihnya dicuri dan kini tengah berkembang dalam tubuh seorang wanita misterius, murka pun meledak. Baginya, tak ada yang boleh menyentuh atau memiliki warisannya.
Sementara Elise berusaha melarikan diri, Diego justru bersumpah akan menemukan wanita itu, dengan segala cara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23
Wajah Alex kini sudah semerah tomat. Semua gara-gara ulah Jimmy yang selalu bertingkah aneh sejak mereka keluar dari mansion milik Diego.
Bagaimana tidak? Jimmy baru saja menyuruh para pengawal membeli seluruh kotak es krim yang ada di mini market.
“Paman! Aku hanya bilang mau es krim rasa cokelat!” protes Alex dengan setengah berbisik, takut terdengar orang lain.
Jimmy hanya mengangkat bahu. “Lebih baik kita ambil semua rasa saja. Siapa tahu kamu berubah pikiran. Paman malas bolak balik hanya untuk menuruti kemauanmu!”
“Semua rasa?” Alex menatap paman satu itu tidak percaya. Sementara di depan mini market, dua pengawal sudah mendorong troli besar berisi tumpukan es krim dari berbagai merek dan rasa.
“Paman, ini keterlaluan!” seru Alex sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia hampir menangis karena saking malunya. “Lihat! Orang-orang memperhatikan kita!”
Beberapa pengunjung memang berhenti untuk melihat pemandangan aneh itu. Seorang pria berpenampilan acak-acakan dengan dua pengawal berseragam lengkap membawa tumpukan es krim.
Bahkan lebih buruk lagi, di sisi jalan, seorang gadis kecil mengenakan seragam sekolah yang sama dengan Alex baru saja keluar dari mini market.
Mata mereka bertemu.
“Alex?” Gadis itu memanggil, tampak terkejut sekaligus bingung.
Alex spontan berbalik badan, bersembunyi di belakang Jimmy. “Paman! Cepat pergi dari sini!” bisiknya dengan panik.
Jimmy justru terkekeh. “Kenapa? Dia temanmu? Atau pacarmu?”
“Bukan urusan paman! Ayo pergi!”
Alih-alih pergi, Jimmy malah berdiri tegap dan dengan lantang berkata pada pengawal, “Tambahkan lagi dua kotak! Kalau perlu, aku beli semua isi mini market ini sekalian, asal Alex bersedia keluar rumah bersamaku setiap hari.”
Semua orang menoleh. Alex hampir menjerit karena malu. “PAMAN! Jangan bilang begitu di depan umum!”
“Santai saja, Bocah. Hidup itu harus dinikmati, apalagi kalau punya banyak uang!” katanya bangga sambil mengibaskan rambutnya yang berantakan.
Padahal, uang ya g Jimmy gunakan adalah milik Diego. Bukan murni miliknya pribadi. Kapan lagi foya-foya dengan uang bos, bukan?
Alex menatap langit, menahan diri agar tidak menjambak rambut pamannya itu.
“Paman benar-benar memalukan…” gumamnya.
Namun di sisi lain, senyum kecil muncul di bibir bocah itu. Ia tahu, meski terkadang konyol, Jimmy selalu berusaha membuatnya senang.
“Meski terdengar konyol, aku akui, paman bisa membuatku melupakan sosok papa yang aku rindukan,” gumam Alex dalam hatinya.
***
Elise masih terpaku di tempat. Suara berat milik Diego barusan sukses membuat seluruh darah di tubuhnya berhenti mengalir.
“Siapa yang kau sebut mesum, Nona?”
Elise memutar tubuh dengan cepat. Jantungnya berdentum keras. Diego berdiri dengan satu tangan dimasukkan ke saku celana sambil menatapnya tajam. Seolah menunggu jawaban.
“T–tadi ada pria yang mencoba menggoda saya di telepon,” jawab Elise tergagap.
Diego menaikkan sebelah alisnya, jelas tidak percaya. Lantas, bukannya marah, ia justru tersenyum samar.
“Benarkah?”
“Ya… tentu saja.” Elise mencoba tersenyum, tapi hasilnya justru terlihat semakin gugup.
Diego melangkah mendekat. Lalu mengambil sesuatu dari saku jasnya. Selembar cek dengan nilai yang membuat Elise terbelalak.
“Mulai besok kau tidak perlu lagi bekerja di kantor. Aku sudah menyiapkan semuanya. Tugasmu hanya menunggu di rumah, menyiapkan makan malam, dan memastikan semua kebutuhanku terpenuhi saat aku pulang,” ucap Diego.
Elise memandangnya tak percaya. “Maksud anda saya harus berhenti bekerja?”
“Ya. Mengenai biaya sekolah Alex, aku yang tanggung. Kau tidak perlu memikirkan apa pun lagi,” balas Diego.
Elise semakin bingung. “Tapi, Tuan… mengapa anda melakukan ini?”
“Karena aku tidak suka berbagi, Elise,” jawab Diego dengan nada dingin nan tegas. “Aku tidak ingin melihatmu terlalu sibuk untuk hal lain selain mengurus rumah ini dan aku.”
Elise menelan ludah. Apakah Diego ingin menjadikannya pelayan rumah tangga? Cih, susah payah kabur dari orangtuanya hanya untuk menjadi pelayan? Sama sekali tidak ada peningkatan! pikir Elise.
Belum selesai keterkejutan Elise, Diego kembali bicara.
“Satu hal lagi.” Pria itu bersandar santai di kursi, lalu menatap Elise.
“Aku ingin bertemu dengan suamimu.”
Elise membeku. “S-suami saya?”
“Ya,” jawab Diego santai. “Aku ingin bicara langsung dengannya. Aku akan memintanya menceraikanmu dan memberikanmu padaku secara sukarela. Tentunya, dengan kompensasi yang pantas.”
Kepala Elise langsung berdenyut nyeri. Ia mematung beberapa detik sebelum akhirnya menunduk, menyembunyikan wajahnya yang kini sudah memucat.
“Pria mana yang akan kusewa untuk berpura-pura jadi suamiku?” gumamnya lirih.
“Kau tampak khawatir.”
“Siapa bilang!” seru Elise. Ia berdoa semoga saja Diego tak curiga kalau selama ini dirinya tidak pernah menikah.
Diego menyeringai. “Atau jangan-jangan selama ini kalian sudah berpisah? Atau suamimu berselingkuh dengan wanita lain, mungkin?”
Elise semakin menganga. Bagaimana bisa Diego menduga seperti itu?
“Dia setia dan tidak mungkin selingkuh. Kami bahkan saling mencintai,” ujar Elise dengan berbohong.
Seharusnya, Elise tidak berkata seperti ini. Ia sudah cukup berbohong. Tapi, mau tidak mau, Elise harus melakukannya agar Diego tak mengharapkan lebih dari hubungan saling menguntungkan mereka berdua.
Mendengar itu, tangan Diego terkepal erat. Diego bangkit dan mendekati Elise, hingga hanya berjarak satu langkah.
“Aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan. Termasuk dirimu. Jadi, bawa aku menemui suamimu. Dengan atau tanpa persetujuanmu, Nona!” bisik Diego tepat di samping telinga Elise.
lanjut thor💪💪semngt
Kamu akan diratukan oleh seorang mafia kejam kerana telah melahirkan benihnya yg premium langsung penerusnya..