Menikah dulu... Cinta belakangan...
Apakah ini cinta? Atau hanya kebutuhan?
Rasa sakit dan kecewa yang Rea Raveena rasakan terhadap kekasihnya justru membuat ia memilih untuk menerima lamaran dari seorang pria buta yang memiliki usia jauh lebih tua darinya.
Kai Rylan. Pria buta yang menjadi target dari keserakahan Alec Maverick, pria yang menjadi kekasih Rea.
Kebenaran tanpa sengaja yang Rea dengar bahwa Kai adalah paman dari Alec, serta rencana yang Alec susun untuk Kai, membuat Rea menerima lamaran itu untuk membalik keadaan.
Disaat Rea menganggap pernikahan itu hanyalah sebuah kebutuhan hatinya untuk menyembuhkan luka, Kai justru mengikis luka itu dengan cinta yang Kai miliki, hingga rahasia di balik pernikahan itu terungkap.
Bisakah Rea mencintai Kai? Akankah pernikahan itu bertahan ketika rahasia itu terungkap? Apa yang akan terjadi jika Alec tidak melepaskan Rea begitu saja, dan ingin menarik Rea kembali?
Ikuti kisah mereka....!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29.
Rea masuk ke dalam kamarnya selama beberapa saat dan keluar dengan membawa sebuah kunci di tangan. Berulang kali ia menarik napasnya dalam-dalam ketika ia sudah berdiri di depan pintu ruang kerja suaminya, lalu menghembuskan perlahan saat tangannya memutar kunci dan membuka pintu.
Pandangan Rea mengedar, menutup pintu setelah masuk ke dalam dan melangkah lebih jauh untuk memindai ruangan.
Ruangan luas dengan furniture minimalis, tetapi tidak meninggalkan sentuhan khas dari sosok Kai. Baik meja dan lemari memiliki sudut lingkaran, seakan ingin memastikan Kai tetap aman selama beraktivitas di dalam ruangan. Satu set komputer lengkap dengan sebuah mic kecil di sisi komputer seolah menjawab pertanyaan Rea tentang bagaimana suaminya bekerja di depan komputer. Kai berkerja dengan mengandalkan suara yang dia dengar.
"Brankas..."
Rea bergumam pelan. Menelisik seluruh ruangan, mencari di mana letak brankas berada, tetapi tidak menemukannya. Hingga pandangannya tertuju pada meja komputer dan menghampirinya.
Dia tersenyum, dugaan bahwa brankas ada di bawah meja itu terbukti benar, lalu berjongkok untuk membuka brankas dengan memasukan rangkaian kode yang ia tebak tanggal ulang tahun suaminya.
"Gagal..."
Rea mendesah, kembali mencoba dengan tanggal lain, tetapi tetap gagal, bahkan setelah memasukkan angka yang ia ambil dari tanggal pernikahannya bersama Kai ketika mengingat apa yang Nyonya Freya katakan beberapa saat lalu, tidak memberikan hasil yang berguna.
Aku yakin kode brankas itu adalah hal yang berkaitan denganmu.
'Yang berkaitan denganku...' Rea berkata dalam hati.
"Bukankah itu tidak mungkin?" gumam Rea.
Meski ragu, Rea mencoba untuk memasukkan kode yang ia ambil dari tanggal ulang tahunnya, tidak berharap hal yang ia pikirkan konyol akan berhasil.
Klek
Kedua mata Rea membulat sempurna seketika. Kunci brankas terbuka begitu mudah.
"Bagaimana mungkin? Kenapa tanggal ulang tahunku?" desis Rea tak percaya.
Rea menggeleng, segera membuka brankas di depannya dan melihat beberapa dokumen tersusun rapi dengan warna map bebeda. Tangannya terulur mengambil map biru sesuai dengan yang di minta Nyonya Freya, lalu menutup brankas itu kembali dan bergegas keluar meninggalkan ruang kerja suaminya.
Entah sudah berapa banyak waktu yang Rea habiskan, kembalinya ia di ruang keluarga segera disambut Nyonya Freya dengan berdiri.
"Kamu mendapatkannya, Sayang?" tanya Nonya Freya, wajahnya berubah sumringah melihat apa yang ada di tangan Rea.
Rea mengangguk, hatinya mendadak merasa ragu untuk menyerahkan dokumen di tangannya. Namun, sebelum Rea bisa memahami hatinya sendiri atas apa yang sudah ia lakukan, Nyonya Freya sudah menyambar dokumen itu dari tangan Rea, membukanya. Kedua matanya berbinar senang.
"Ini dia yang aku inginkan!" pekik Nyonya Freya dalam hati.
"Anda tidak akan membawa pergi dokumen itu bukan?" tanya Rea.
Wajah Nyonya Freya terangkat, kembali duduk ke sofa diikuti Rea yang duduk di sofa berbeda.
"Tentu saja tidak, Sayang," sambut Nyonya Freya. tersenyum.
Wajah Nyonya Freya kembali menunduk, membuka lembar demi lembar dokumen di tangannya dan menemukan tandatangan Kai sudah tertoreh di sana.
"Sempurna! Dengan begini, aku bisa menjual perusahan si buta itu dengan mudah," batin Nyonya Freya tersenyum senang.
Nyonya Freya berdeham, membaca lebih lama isi dokumen di tangannya saat menyadari Rea tidak mengalihkan pandangan darinya. Mengawasi tiap gerak geriknya. Sampai, butler muncul dengan nampan berisi dessert yang Rea minta pagi ini.
"Nyonya, saya membawakan dessert untuk Anda,"
Perhatian Rea teralihkan sejenak untuk berpindah pada butler, tersenyum sembari mengangguk dan memberikan jawaban untuk meletakkan apa yang butler bawa di meja.
"Terima kasih," ucap Rea.
"Dengan senang hati, Nyonya. Jika Anda membutuhkan sesuatu yang lain, Anda bisa memanggil saya," jawab butler sembari membungkukkan badan, kemudian melangkah mundur dan berbalik pergi.
Namun, Rea tidak menyadari, detik dimana perhatiannya teralihkan, Nyonya Freya mengganti isi dokumen yang berada di tangannya dengan dokumen lain yang sudah ia persiapkan sebelum datang, tersenyum penuh kemenangan dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa sembari menutup dokumen itu.
"Aku sudah cukup melihatnya," ujar Nyonya Freya meletakkan dokumen itu di meja.
"Kamu bisa mengembalikan ini ke tempatnya semula,"
"Sudah?" tanya Rea dengan kening berkerut.
"Aku sudah bilang hanya ingin melihat dokumen ini sebentar bukan?" Nyonya Freya balas bertanya.
"Aku sudah melihatnya, dan ini aku kembalikan padamu. Aku hanya ingin memastikan apa yang ada di dalamnya,"
Nyonya Freya melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, beralih pada Rea tanpa menghilangkan senyum di bibirnya.
"Kalau begitu, aku pamit. Aku memiliki janji untuk bertemu putraku di kantor. Apakah kamu mau ikut?" tawar Nyonya Freya.
"Tidak," Rea menjawab cepat. "Aku tidak memiliki alasan untuk menemuinya,"
Nyonya Freya terkekeh. Menganggap apa yang baru saja Rea katakan hanyalah candaan.
"Aku tahu kamu sedang bertengkar dengannya, dan itu wajar. Tapi, cobalah untuk tidak mengabaikannya, dia mencintaimu," ucap Nyonya Freya sembari mengusap lembut kepala Rea.
Tidak ada reaksi yang Rea tunjukkan atas perlakuan yang Nyonya Freya berikan padanya selain menatap dalam diam kepergian wanita itu meninggalkan mansion. Akan tetapi, begitu Nyonya Freya tidak lagi terlihat, Rea segera membawa dokumen yang sudah ia ambil ke tempatnya semula. Berharap apa yang ia lakukan tidak diketahui suaminya.
Sayangnya, niat itu tertunda ketika ia akan masuk ke dalam ruang kerja suaminya, suara seseorang menghentikan gerakan tangan Rea saat akan membuka pintu.
"Apa yang sedang Anda lakukan di sini, Nyonya?"
. . .
. . .
Di waktu yang sama, beberapa saat setelah butler selesai menyuguhkan dessert yang ia buat untuk Rea, hembusan napas pelan keluar dari mulutnya saat netranya menemukan sosok Darina melangkah menghampiri.
"Apakah dia memakan dessert yang kau berikan?"
. . . .
. . . .
To be continued....
ayo up lagi....
😌😌😌😌😌
aku cukup seneng kalo aku bisa bikin alur yg ternyata hampir2 mirip begini kek punyamu ☺