Tunanganku Kau Rebut Ku Nikahi Ayahmu

Semalaman aku Tidka bisa tidur karena memikirkan Naima. Entah kenapa dia saat aku memutuskan untuk melepaskan dia demi Gisel. Malah bayangan wajah Naima terus menari-nari dalam ingatanku. Naima memang tidak pandai berdandan seperti Gisel juga penampilannya tidak semenarik Gisel yang bahkan membuat aku jedag jedug saat melihat belahan sana sini.

Namun Naima memiliki kecantikan alami, memandang wajah Naima tidak pernah membosankan. Hanya saja penampilannya yang sedikit kuno dan tertutup membuat aku malu untuk sekedar membawa dia pergi jalan-jalan.

Aku dan keluargaku sudah memutuskan untuk memilih Gisel. Karena sudah jelas jika Gisel adalah anak dari Pak Angkasa. Dengan menilai Gisel maka akan membuat karirnya akan semakin bersinar. Dan tak menutup kemungkinan jika aku akan menjadi wakil pimpinan perusahaan. Aku akan membatalkan pernikahanku dengan Naima yang tak lebih dari satu Minggu lagi.

Aku kira Naima belum pulang, karena dia mengatakan akan pulang menjelang tiga hari pernikahan mereka. Tapi kata adikku Alika, jika Naima sudah datang. Ternyata adikku tidak bohong. Saat mengantarkan Gisel aku melihat Naima dengan mata sembab naik ojek online. Beruntung dia tidak tahu kalau aku memiliki mobil sebagai inventaris dari perusahaan sehingga dia tidak melihat aku yang sedang di mobil dengan Gisel. Apalagi saat itu Gisel sedang merajuk sehingga harus aku rayu dan ku ciumi tangannya. Hal yang tak pernah kau lakukan kepada Naima. Kalau gadis itu merajuk maka akan selalu aku biarkan dan setelahnya Naima akan baik lagi. Tidka seperti Gisel yang manja.

"Kenapa malah kamu sekarang menghantui fikiranku Naima? Maaf karena aku sudah mengkhianati kamu. Tapi aku tak memungkiri kalau aku sudah jatuh cinta kepada Gisel. Dia membuat aku merasakan adrenalin yang berbeda. Tidak seperti dengan kamu. Tapi kenapa saat aku memutuskan untuk melepaskan kamu? Kamu malah selalu menghantui aku? Padahal sebelumnya aku tak pernah sedikitpun ingat kamu. Apa aku memang benar sudah mencintai kamu Naima?" ucapku merasa frustasi.

Karena bayangan Naima yang selalu menari-nari dalam ingatan dan juga bayanganku membuatku tak bisa tidur. Akhirnya aku coba menghubungi dia kembali. Mencoba berbasa basi menanyakan keadaan dan kebenaran jika dia sudah pulang. Padahal biasanya selalu dia yang memulai menghubungiku.

Kembali tak ada jawaban. Berulang kali aku menghubungi dan mengirim pesan, tapi di abaikan. Dan sekarang ponsel Naima malah di matikan. membuatku semakin kesal dan frustasi. Tak seperti biasanya Naima seperti ini. Ada apa dengan dia? Apa mungkin Naima tau perseling-ku-han dia dengan Gisel? Rasanya tidak mungkin.

"Rasanya aku jadi tak rela melepaskan wanita sebaik Naima. Apa aku harus katakan saja ide ku untuk menikah siri dulu dengannya? Agar aku tetap menikah dengan Naima. Dia gadis yang sangat baik dan juga polos. Rasanya tak rela jika dia jatuh dalam pelukan pria lain. Setelah menikah dengan Naima, aku juga akan menikah dengan Gisel secara resmi. Dengan begitu aku bisa mendapatkan keduanya. Tanpa ada yang di sakiti,"

Kembali fikiran itu terlintas dalam benak Arga. Dia semakin tak rela melepaskan Naima. walau bagaimanapun Naima adalah gadis yang sangat baik dan akan menjadi istri yang penurut. Wanita yang akan menjadi rumahnya di saat dia jenuh dan bosan dengan Gisel. begitupun sebaliknya. Walau terkesan serakah, tapi itu yang terbaik. Aku akan bicara kepada Naima besok. Gadis itu terlalu cinta padaku. Dan dia mana mau jika putus denganku, apalagi pesta pernikahan sudah dia dan keluarganya siapkan. Dan aku tahu jika dia menggunakan seluruh tabungannya. Uang puluhan juta untuk resepsi pernikahan. Pasti dia tak punya jalan keluar lain selain menerima tawaranku. Daripada harus menanggung malu karena gagal menikah kan?

"Kok aku seperti melihat Naima? Apa mungkin aku salah lihat?"ucapku pelan dan kembali mengucek mata.

"Ada apa Pak Arga?"tanya Angga yang sedang berbicara di sebelahku membahas laporan yang harus dia revisi.

"Ah tidak, sampai mana tadi?"jawabku yang kembali fokus ke berkas yang ada di hadapanku dan menepis fikiranku jika aku melihat Naima.

Mau apa juga dia datang ke kantor ini. Jika ingin bertemu denganku pastinya dia akan menghubungiku lebih dahulu. Bahakan pesanku saja dari semalaman belum di buka oleh Naima. Entah kemana gadis itu, sebaiknya sore ini aku akan datang ke rumah kedua orang tuanya.

Masuk ke dalam ruangan, aku juga tak bisa fokus. Mataku terus menatap layar ponsel mencoba menghubungi Naima dan mengirim pesan mesra kepada gadis itu. Hal yang tak pernah aku lakukan kepada Naima selama ini. Tapi tak ada balasan. Entah apa yang terjadi denganku. Biasanya aku akan cuek.

Hingga akhirnya aku melihat pesanku di baca oleh Naima. Buru-buru aku menghubungi Naima tapi tidak di jawab. Hingga kembali ku spam pesan kepada dia dan akhirnya di balas. Ternyata dia sedang ada di sekitar kantor Angkasa. Tak mau menyia-nyiakan waktu, aku meminta bertemu dengannya di caffe depan kantor.

Hal yang tak pernah aku lakukan, mengajak dia bertemu di caffe. Saking malu nya membawa dia ke tempat yang seperti itu. Lagian Naima di ajak makan pecel atau nasi goreng saja sudah senang. Aku buru-buru pergi ke caffe. Pesan dari Gisel masuk dan dia mengatakan jika saat ini sedang berada di kantor untuk bertemu dengan papanya. Aku hanya membalas seperlunya. Ada Naima, aku harus menyelesaikan masalahku dengan Naima.

Kenapa satu bulan tidak bertemu, aku melihat wajah Naima malah menjadi lebih cantik dan segar. Aku berjalan sambil tersenyum, bahagia sekali rasanya bisa kembali melihat Naima. Tapi ada yang aneh, kenapa dia menolak aku kecup keningnya? Biasanya dia paling suka. Dan tatapannya kenapa sangat dingin? Biasanya dia akan menatapku penuh cinta. Ada yang aneh dengan Naima. Sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat.

"Apa kamu akan menghabiskan semua makanan ini Nay?"tanyaku kaget saat melihat Naima pesan banyak makanan hingga memenuhi meja makan kami.

"Mumpung berada di caffe. Aku kan belum pernah makan makanan di tempat begini. Biasanya juga pecel, nasi goreng pinggir jalan. Sekali-kali kan? mumpung kamu ajak aku ketemu di tempat seperti ini. Terakhir kalinya,"jawab Naima santai sambil menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Apa maksudnya terkahir kali dek? Kita akan menikah beberapa hari lagi! Jangan bicara yang aneh-aneh!"ujarku merasa gugup. Bahkan kakiku terasa lemas. Apa mungkin Naima benar-benar sudah tau hubunganku dengan Gisel? Dari siapa? Apa dari Widya, temannya? Bahkan rumah Widya beda kampung dengan rumah Naima ataupun denganku. Rasnaya Widya juga tidak akan tahu hubungan dia dengan Gisel. Lalu apa yang membuat Naima berubah menjadi dingin seperti ini?