Di bawah rembulan yang dingin, seorang jenderal berdiri tegak, pedangnya berkilauan memantulkan cahaya. Bukan hanya musuh di medan perang yang harus ia hadapi, tetapi juga takdir yang telah digariskan untuknya. Terjebak antara kehormatan dan cinta, antara tugas dan keinginan, ia harus memilih jalan yang akan menentukan nasibnya—dan mungkin juga seluruh kerajaannya. Siapakah sebenarnya sosok jenderal ini, dan pengorbanan apa yang bersedia ia lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syifa Fha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7
Xin Lan mendapat tugas untuk menjual hasil buruan. Perjalanan ke pasar cukup jauh, dan di tengah jalan, Xin Lan tanpa sengaja tersandung akar pohon yang tersembunyi di balik semak-semak. "Aduh!" seru Xin Lan, hampir jatuh. Yu Zhang dengan sigap menangkap lengannya, mencegah Xin Lan terjatuh. "Hati-hati," kata Yu Zhang, suaranya lembut. Entah mengapa Jantung Xin Lan berdebar kencang, bukan karena terkejut, tapi juga karena tatapan Yu Zhang yang begitu dekat. Xin Lan hanya bisa mengangguk.
"Loh bukannya anda akan pergi ke Xing luo kenapa anda lewat sini?"Tanya Xin Lan.
"Aku ingin menemui seseorang di pasar."
"Oh."Ucap Xin Lan.
Di pasar yang ramai, Yu Zhang membantu Xin lan bernegosiasi dengan para pedagang kulit. "Tuan, kami punya barang bagus untuk Anda!" ucap Yu Zhang kepada seorang pedagang tua yang duduk di balik tumpukan kulit berbagai jenis.
"Hmm," gumam pedagang itu sambil memeriksa kulit rusa yang disodorkan Yu Zhang. "Cara kalian membelah kulit ini sangat bagus dan rapi, tapi sayangnya kualitasnya kurang baik. Mungkin saya hanya bisa menghargainya lima keping perak."
"Lima keping perak?" sergah Xin Lan, matanya membulat tak percaya. "Itu tidak adil!"
"Nona, lima keping perak itu sudah cukup untuk menghidupi Anda dan suami Anda selama sebulan," balas pedagang itu dengan nada meremehkan.
Xin Lan hendak membalas, namun Yu Zhang dengan cepat menarik lengannya, mengisyaratkan agar ia mempercayainya. Xin Lan terdiam, meskipun hatinya masih mendongkol.
Yu Zhang tersenyum tipis. "Tuan, tadi Anda bilang cara pemisahan bulu dan dagingnya sangat bagus, bukan? Walaupun kualitas kulitnya kurang baik?" Ia mendekat, suaranya berbisik namun penuh tekanan. "Seharusnya Anda memberikan kami tujuh puluh perak. Tapi... ah, sudahlah. Kami cari kios lain saja." Yu Zhang berbalik, seolah hendak pergi.
Pedagang itu tertegun. Ia tahu Yu Zhang sedang menggertaknya, tapi ia juga tahu bahwa keahlian membelah kulit seperti itu jarang ditemukan. Jika Yu Zhang pergi, ia akan kehilangan kesempatan mendapatkan kulit berkualitas rendah dengan harga murah.
"Tunggu!" seru pedagang itu. "Baiklah, baiklah. Aku akan berikan delapan belas keping perak."
Yu Zhang berbalik dengan senyum kemenangan. "Dua puluh keping, dan kita sepakat."
Pedagang itu menghela napas, tapi akhirnya mengangguk setuju. "Baiklah, dua puluh keping."
Transaksi pun selesai. Sementara itu, Xin Lan yang mengamati cara Yu Zhang bernegosiasi merasa terpesona. Ia kagum dengan cara Yu Zhang berbicara, tegas namun ramah, menarik perhatian para pedagang dan membuat mereka tunduk pada kemauannya.
Saat istirahat sejenak, Yu Zhang membelikan Xin Lan minuman dari penjual keliling. "Ini untukmu," kata Yu Zhang sambil menyodorkan minuman. Sentuhan tangan mereka saat menerima gelas itu terasa singkat namun menggetarkan.
"Terima kasih," gumam Xin Lan, pipinya merona. Hatinya berdebar-debar setiap kali berada di dekat Yu Zhang.
"Ah... apa kau mau ini?" Yu Zhang mengeluarkan seikat kecil buah yang dilapisi gula dari balik bajunya.
"Apa ini?" tanya Xin Lan, matanya meneliti buah-buahan merah yang berkilauan itu.
"Ini namanya Tanghulu,Kau tidak pernah makan tanghulu?," jelas Yu Zhang ,Xin Lan hanya menggeleng polos. "Aku tidak tahu kau suka manis atau tidak, tapi setidaknya kau harus mencobanya."
Xin Lan ragu-ragu mengambil sebutir Tanghulu. Ia menatap Yu Zhang sejenak, lalu menggigit sedikit lapisan gulanya. Rasa manis langsung memenuhi mulutnya, diikuti rasa asam segar dari buah di dalamnya.
"Yah..., lumayan enak," ucap Xin Lan, "Tapi sepertinya makanan ini bukan seleraku."
yu Zhang dengan santai mengambil dan memakan sisa Tanghulu bekas Xin Lan. dengan lahap yang langsung membuatnya tertegun.
"Kau!"
"Apa? Katanya kau tidak begitu menyukainya, ketimbang di buang mending ku makan saja."Ucap yu Zhang.
"Xin Lan," katanya, "Orang yang kutemui sepertinya masih lama datang. Bagaimana kalau kita keliling untuk melihat-lihat?"
Xin Lan mengangguk antusias. Ia memang belum pernah menjelajahi pasar seluas ini sebelumnya. Mereka berjalan beriringan, melewati lautan barang dagangan yang beragam. Yu Zhang menjelaskan berbagai jenis barang kepada Xin Lan dengan sabar. Ia menunjukkan padanya rempah-rempah wangi dari kepulauan selatan, kain sutra halus dari timur, dan perhiasan unik dari suku pedalaman. Xin Lan mendengarkan dengan penuh minat, sesekali bertanya tentang hal-hal yang membuatnya penasaran.
Di sebuah kios yang menjual manisan, Yu Zhang membelikan Xin Lan beberapa kue beras ketan yang dibungkus daun pandan. Aroma manisnya langsung menguar, menggugah selera Xin Lan. Mereka duduk di sebuah bangku kecil di pinggir jalan, menikmati kue tersebut sambil mengobrol.
"Apa kau suka?"Tanya Yu zhang.
Xin Lan hanya mengangguk.
Yu Zhang tertawa yang melihat wajah Xin Lan yang belepotan saat menikmati kue beras ketan. Krim manis berwarna putih melekat di sudut bibir seperti anak kecil, membuatnya terlihat lucu. Yu Zhang berinisiatif membersihkan krim kue yang menempel di sekitar wajah Xin Lan dengan jari telunjuknya. Bukannya mengelap, ia malah menjilat krim yang sudah menempel di jarinya.
"I..itu kan kotor," ucap Xin Lan dengan wajah tertegun, pipinya memerah lebih dari sebelumnya.
Yu Zhang dengan polosnya menjawab. "Ini juga makanan, ibuku pernah bilang untuk tidak membuang makanan," jelasnya dengan ekspresi biasa, Xin Lan bisa merasakan jantungnya berdebar semakin kencang.
"A..aku bisa membersihkannya sendiri," ujar Xin Lan, suaranya hampir tak terdengar.
Yu Zhang hanya terdiam, ia menatap wajah gadis itu lama seolah olah melihat sesuatu.
"Nona Xin ,Wajahmu memerah,Apa kau sakit?"Tanya yu zhang.
Xin Lan menjadi salah tingkah dibuatnya,Ia hanya menggeleng sebagai jawaban dan segera memalingkan wajahnya.
"A...aku,Aku akan pergi membeli minuman."Ucap Xin Lan.
Ekspresi wajah yu Zhang lantas berubah saat Xin Lan pergi,yu zhang menggerakkan tangannya seolah olah memberikan sebuah kode,Tak lama kemudian seorang pria lainnya yang bersembunyi muncul.
"Bagaimana? Apa kau sudah menyelidikinya?"
"Ampun tuan,Gadis itu hanya seorang ahli bela diri biasa yang sedang mengembara, Beberapa Bulan yang lalu ia diselamatkan oleh keluarga Yun di sungai,Dia tidak memihak siapapun ataupun pernah melakukan hal yang mencurigakan."
"Begitu ya,Tapi tetap awasi."Ucap yu Zhang.
"Baik tuan."
Pria itu menghilang.
...
Saat matahari mulai terbenam, Xin Lan merasa hari itu adalah hari yang paling berkesan dalam hidupnya. Ia tidak hanya mendapatkan uang dari penjualan kulit, tetapi juga mendapatkan kenangan indah bersama Yu Zhang. Kenangan yang menanamkan benih-benih cinta di hatinya, lebih kuat dan lebih dalam dari sebelumnya. Ia menyadari, perasaan yang ia rasakan untuk Yu Zhang bukanlah sekadar rasa nyaman, tetapi sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih berarti.
Sepanjang perjalanan pulang, suasana terasa berbeda. Mereka berjalan berdampingan, sesekali saling melirik. "Hasil penjualan kita lumayan banyak hari ini," kata Yu Zhang, memecah kesunyian. "Ya," jawab Xin Lan, "Tak ku sangka hasil penjualan kulit sudah cukup untuk membeli kebutuhan selama 2 musim." "Dan membeli pakaian baru untuk mereka." , senyum tipis menghiasi bibirnya. "Ya kau benar," jawab Xin Lan, hatinya berbunga-bunga. Di senja hari, dengan hasil penjualan yang memuaskan, Xin Lan merasakan ada sesuatu yang baru tumbuh di hatinya, sebuah perasaan hangat yang membuatnya tersenyum tanpa sebab. Perasaan itu, entah apa namanya, tapi ia tahu, perjalanan ke pasar hari itu telah menanamkan sebuah bibit romansa yang kecil namun penuh harapan. "Terima kasih, Yu Zhang," kata Xin Lan pelan.
"hah? Kau Berterima kasih untuk apa? Anggap saja aku sedang membalas budi karena kau telah menyelamatkanku."Jelas yu Zhang.
Namun, senyum di wajah Xin Lan sirna seketika. Dari kejauhan, asap hitam membumbung tinggi ke langit, menandakan api yang besar. Suara jeritan dan teriakan terdengar sayup-sayup, mengiringi gemuruh langkah kaki yang terburu-buru. Mereka berdua berlari mendekati sumber suara, jantung mereka berdebar kencang.
Saat mereka sampai di tepi hutan yang memisahkan mereka dari Desa Luo Yang, pemandangan mengerikan terbentang di depan mata. Desa Luo Yang, tempat tinggal Xin Lan dan teman-temannya, porak-poranda. Rumah-rumah terbakar, asap mengepul di mana-mana. Para anggota Organisasi Mo Hui, dengan pakaian hitam dan senjata tajam, berkeliaran di antara reruntuhan, menyerang siapa pun yang masih berusaha menyelamatkan diri.
"Desa Luo Yang!" seru Xin Lan, suaranya tertahan oleh rasa takut dan marah yang bercampur aduk. Air matanya mengalir deras, membasahi pipinya. Ia melihat beberapa penduduk desa terluka parah, tergeletak tak berdaya di tanah.
Tanpa ragu, Yu Zhang dan Xin Lan berlari ke dalam desa. Mereka berjuang melawan anggota Mo Hui, melindungi penduduk desa yang terluka. Yu Zhang bertarung dengan cekatan, keahlian bela dirinya yang terlatih membantu mereka menghadapi para penyerang memberikan bantuan semampunya, menarik orang-orang yang terluka ke tempat aman.
Di tengah kekacauan, Xin Lan melihat 2 anak kecil terjebak di antara reruntuhan sebuah rumah yang terbakar. Tanpa berpikir panjang, ia berlari menuju mereka. Yu Zhang mengikutinya dari belakang, melindungi mereka berdua dari serangan anggota Mo Hui. Mereka berhasil menyelamatkan anak kecil itu, namun Yu Zhang terluka cukup parah di lengannya.
"Yu Zhang!" seru Xin Lan, ketakutan dan kepanikan memenuhi wajahnya. Ia menggendong kedua anak itu, sementara Yu Zhang berusaha menahan rasa sakitnya.
"Tenang, Xin Lan," kata Yu Zhang, suaranya lemah namun tetap berusaha tegar. "Kita harus keluar dari sini."
Mereka berempat berhasil melarikan diri dan berkumpul di Sebuah tanah lapang yang tidak jauh dari desa Bersama beberapa warga yang bisa selamat.
Para warga yang tidak mengalami Luka langsung bergotong royong membangun tenda sementara dari sisa sisa rumah mereka, dan sisanya mengobati korban yang terluka, Luka Yu Zhang diperban seadanya dengan kain yang Xin Lan temukan. dan gadis kecil itu tertidur lelap karena kelelahan. Xin Lan menjaga mereka gadis kecil itu, sementara Yu Zhang mencoba memulihkan tenaganya.
Kegelapan malam menyelimuti mereka. Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat. Xin Lan langsung berdiri, waspada. bersiap menghadapi kemungkinan serangan lanjutan dari anggota Mo Hui. Namun, yang muncul bukanlah Ketua Mo Hui, melainkan seorang wanita berpakaian mewah, dengan rambut yang disanggul rapi dan riasan yang sempurna. Wanita itu adalah Zhao Yuxiu.
"Jenderal Xin " kata Zhao Yuxiu, suaranya dingin dan tanpa ekspresi. Ia menatap Xin Lan dengan tatapan tajam, tatapan yang penuh kebencian dan dendam. "Lama tidak bertemu."
Xin Lan terkejut melihat Zhao Yuxiu. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan wanita yang pernah membencinya itu di tempat seperti ini. "Zhao Yuxiu," kata Xin Lan, suaranya gemetar. "Apa kau yang menyebabkan kekacauan ini!?"
Zhao Yuxiu tersenyum sinis. "hahaha, Memang benar! Ah ya ,Bukannya sombong,Tapi ku beri tahu kau bahwa Aku sekarang resmi menjadi tangan kanan tuan Feng Yan," jawabnya, Ia melirik Yu Zhang yang terluka. "Ah,Benar saja, ini pasti pria yang menghasutmu untuk pergi dari mo Hui ,hmm, Selera mu bagus juga Jenderal."Goda Zhao Yuxiu sembari mendekati yu zhang.
"Aku peringatkan kau jangan sentuh dia! " kata , Xin lan suaranya tegas.
Zhao Yuxiu tertawa mengejek. "Astaga Jenderal aku hanya bercanda." ia mengeluarkan sebilah pedang yang berkilauan di bawah cahaya bulan. "Tujuanku kemari untuk membunuhmu, dan membawa kepala mu kembali ke Feng Yan."
Xin Lan menatap Zhao Yuxiu dengan penuh amarah. Ia tidak akan membiarkan Zhao Yuxiu menyakiti Yu Zhang dan warga desa. Ia lantas mengambil sebilah golok pemotong daging.
Keduanya Maju menggunakan teknik masing masing.
Zhao Yuxiu terdorong walaupun darah keluar dari mulutnya ia masih bisa tertawa mengejek, suaranya bergema di antara reruntuhan Desa Luo Yang. Sebagian besar penduduk desa yang masih hidup, terluka dan ketakutan, menatapnya dengan penuh horor. Zhao Yuxiu mengarahkan pedangnya di depan Xin Lan.
"Kalian lihatkan? apakah dia benar-benar dari dunia persilatan biasa hah? Xin Lan,?" suaranya tajam, menusuk. "Gadis polos yang kalian sayangi itu? Ketahuilah kebenarannya!"
Ia menunjuk Xin Lan yang berdiri tegak, melindungi Yu Zhang dan anak kecil yang masih tertidur lelap. " Dia adalah Jenderal Hantu Feng Xin Lan! , Jenderal Organisasi Mo Hui yang terkenal itu loh.!"
Para penduduk desa tercengang. Informasi itu seperti petir di siang bolong. Kepercayaan mereka terhadap Xin Lan runtuh seketika. Beberapa dari mereka berbisik-bisik, raut wajah mereka berubah antara keterkejutan dan kemarahan.
Zhao Yuxiu melanjutkan, suaranya semakin lantang. "Dia bersembunyi di sini, menipu kalian semua! Menggunakan kebaikan kalian untuk keuntungannya sendiri! Dia memanfaatkan rasa simpati kalian untuk melindungi dirinya dari kejaran Feng Yan! Dia pengkhianat organisasi"
Ia mendekati Xin Lan, mata penuh kebencian. "Oh~Sepertinya Dia tidak memberi tahu kalian? Astaga tuan Feng..., rupanya nona jenderal kita sudah mulai pandai berbohong, ya?" Zhao Yuxiu tertawa sinis, menikmati reaksi para penduduk desa yang terbelah antara rasa kecewa dan amarah. Beberapa dari mereka mulai mengarahkan pandangan penuh curiga kepada Xin Lan. Suasana tegang. Xin Lan terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Ia terluka, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional. Kepercayaan yang telah ia bangun dengan susah payah, kini hancur berantakan.