Aurel Apriliani seorang adalah seorang guru olahraga yang disegani, karena ia tegas dan baik hati ia sudah banyak mengikuti lomba olahraga seperti taekwondo dan karate.
Tetapi ia malah meninggal hanya terpeleset karena meninjak kulit pisang dan kepalanya terbentur di beton.
Bukannya ke surga atau ke neraka setelah meninggal tapi malah masuk kedalam tubuh gadis lemah yang di tindas oleh keluarganya sendiri. Tahun 90an yang kekurangan makanan dan didesa terpencil pula
Gadis itu akan di nikahkan dengan anak kepala desa yang cacat, untuk menggantikan sepupunya karena tidak mau menikah dengan pria cacat tersebut.
Tanpa sengaja Aurel mendapatkan keberuntungan yaitu ruang angkasa dari gelang yang di pakai gadis itu juga gelangnya yang ada di dunianya dulu.
Bagaimana aurel menghadapi kehidupan nya ditahun 90an yang kurang makanan dan hidup didesa terpencil
***
Kisah ini hanya fiktif belaka, tidak sesuai dengan sejarah, kehidupan dalam cerita ini hanya berlatar belakang didalam didesa..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jasmine Oke, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Kepala Desa Datang Kerumah
"Apakah kamu tidak lihat wajahku seperti ini, malu di lihat orang" kata Antoni lagi.
"Ke warung kau tidak malu mengapa keladang kamu malu, pergi cepat kalau tidak aku berteriak supaya orang kampung tahu bahwa kamu memukul istrimu" ancam lina kepada Antoni.
"Baiklah bisanya hanya mengomel dan mengancam saja" kata Antoni kesal lalu ia pergi keladang sambil membawa cangkulnya.
Saat sampai di ladang Antoni melihat Aurel yang sedang mencabuti ubi dengan badan kurusnya itu, ada rasa kasihan melihatnya.
"Aurel apa kamu sudah makan" kata pamannya menghampiri Aurel yang mencabut ubi singkong.
Aurel mendengar suara paman lalu ia melihat arah suara, hampir saja dia ketawa melihat wajah pamannya, lalu ia tahan.
"Ada apa paman, apakah kamu sakit sejak kapan kamu peduli denganku, apakah aku sudah makan atau belumnya, dan kamu pasti tahu sendiri jawabannya, aku bangun pagi-pagi masak untuk kalian tapi kalian tidak pernah menyisakan sedikitpun makan untuk kami" kata Aurel kepada pamannya itu, Anton hanya diam benar apa yang dikatakan Aurel.
Melihat Anton hanya diam tidak bisa menjawab, Aurel hanya mengejek dalam hati.
"Kenapa diam paman tidak bisa jawab, jika tidak ada penduduk desa yang kasihan dan iba kepada kami mungkin, kami sudah mati, menjadi roh gentayangan untuk menghantui kalian, karena serakah" kata Aurel lagi lalu ia kembali bekerja dan mengabaikan pamannya itu.
Paman Aurel juga bekerja dia tidak bisa menjawab pertanyaan Aurel yang sekarang yang cerewet ada saja bantahan darinya bisa membuat dirinya terdiam.
Sedangkan di rumah sedang kedatangan tamu, di sambut oleh lina karena dia hanya sendiri di rumah, siska sudah pergi ke kota untuk membeli pakaian katanya, Fajri anak keduanya entah kemana, Joni anak bungsu bermain dengan teman-temannya, bukannya sekolah malah bermain.
"Pak kepala desa ada angin apa ini, bukan kah jadwal kunjungan kalian besok ya" ucap lina sopan jika bukan kepala desa yang datang sudah dia usir dari sini pikirnya.
"Untuk saja ada gula di rumah, kalau tidak tambah buruk reputasi ku depan keluarga kepala desa" gumam lina sambil membuatkan teh manis untuk tamunya.
"Minum dulu pak, bu lia hanya ini yang ada dirumah, kunjungan kalian dadakan, jadi kami belum mempersiapkan apapun" kata lina lagi sedikit malu-malu, karena tidak mempersiapkan apapun untuk kepala desa.
"Tidak apa-apa kunjungan kami memang dadakan, oh ya ada apa dengan wajahmu" kata Lia kepada lina dengan tersenyum.
"Aku salah makan sesuatu, jadi beginilah jadinya bengkak" kata Lina lagi.
"Kedepan kamu harus memperhatikan makanan, supaya tidak alergi lagi" kata Lia lembut tapi dalam hati "rasain itu karma untukmu"
"Iya, sebenarnya aku tidak pilih-pilih makan, oh ya ada apa ya kalian datang hari ini" kata lina lagi
"Kami hanya ingin menemui Aurel, apakah dia ada dirumah, soalnya kami tidak bisa lama disini ada urusan lain juga yang aku urus" kata kepala desa kepada lina, mereka tidak meminum air yang dibuat Lina.
"Aurel tidak ada di rumah, ada apa ya bu lia, apa ada sesuatu yang perlu di sampaikan" kata lina lagi dengan lembut.
"Iya, saat Aurel pulang tolong sampaikan padanya bahwa kami ingin menemuinya, suruh dia datang kerumahku" kata kepala desa lalu ia berdiri dari duduknya begitu pula dengan istrinya berniat untuk segera kembali kerumahnya.
"Kalau begitu kami pamit, karena tidak ada lagi yang perlu disampaikan" kata kepala desa lalu ia membawa istrinya pulang.
Saat sampai dirumah bu Lia mengomel kepada suaminya, dia kesal melihat Lina yang munafik, wajahnya yang sok begitu.
"Ku dengar kemaren keluarga jamil datang kerumahnya melamar siska, mereka menyambutnya besar-besaran" kata Lia.
"Biarkan saja, itu bukan urusan kita, sekarang menantu kita bukan lagi anaknya, seandainya menantu kita itu siska, habislah keluarga kita di peras oleh keluarga nya hanya ingin keuntungan saja" ucap Benjamin kepada istrinya.
"Iya, kamu benar kalau dia pasti mengambil barang-barang dirumah kita untuk dibawa kerumah ibunya, untung saja dia tidak jadi menjadi menantuku, sekarang keluarga mereka sedang sombong dapat menantu kaya anak juragan tanah, mereka pikir keluarga jamil semudah itu di hadapi" kata Lia lagi dengan senang, karena memikirkan keluarga juragan tanah tidak sederhana itu mereka tidak mudah di hadapi.
Saat mereka berdua sedang mengobrol William keluar dari kamarnya, karena mendengar suara ibunya yang sedikit keras.
"Ada apa bu pulang-pulang langsung mengomel tidak malu didengar oleh tetangga" kata William kepada ibunya.
"Dan mengapa kalian cepat sekali kembalinya, apa mereka rubah pikiran dan membatalkan perjodohan nya, biaran saja bu kalau di batalkan mungkin gadis itu bukan jodohku" kata William lagi pasrah
"Membatalkan apa nya perjodohan tidak boleh di batalkan, Aurel hanya tidak ada dirumah mungkin dia berada di ladangnya, tapi kami sudah menitipkan pesan bibinya supaya Aurel datang kerumah kita" kata Lia dengan senang untuk menunggu calon menantunya.
"Kamu pakai baju yang bagus saat bertemu Aurel nanti, jangan malu-maluin," kata lia
William hanya memutar matanya malas mendengar ocehan ibunya, lama-kelamaan bisa pusing juga dirinya tapi apalah daya dia adalah ibunya sendiri
Tapi ia juga penasaran dengan gadis yang bernama Aurel itu, dia hanya menuruti saja apa kata ibunya, lalu ia kembali ke kamarnya untuk mencari pakaian yang bagus.
"Ada apa denganku, mengapa pula aku memakai pakai bagus segala, sebagus apapun bajunya tetap saja aku cacat, dia mungkin tidak menyukaiku, tidak ada seorang gadis yang tertarik dengan pria cacat seperti ku dia hanya terpaksa menikah denganku" kata william kembali merendahkan dirinya juga mengingatkan kepada dirinya bahwa Aurel hanya terpaksa menikahinya.
Lalu ia kembali meletakkan baju kedalam lemari, dia benci dengan dirinya, jika dia penasaran seorang gadis tapi dia tidak bisa melakukan apapun, saat mendengarkan cerita dari ibunya dia ingin sekali bertemu dengan Aurel, entah tertarik atau apa dia belum tahu, tapi walaupun tertarik dia bisa apa.
Di sisi lain.
Aurel Sudah selesai bekeja bagiannya, lalu ia kembali pulang sambil membawa ubi jalar dan singkong didalam keranjangnya, saat sampai dirumah Lina berlari kearahnya, ia bersiap jika bibi lina melakukan sesuatu ia langsung menendangnya saja.
"Aurel akhirnya kamu pulang juga, sini keranjang nya biar bibi yang bawa" kata lina sangat antusias saat melihat Aurel pulang, membuat Aurel curiga tidak biasanya bibinya seperti ini.
"Cepat lah mandi ganti bajumu yang bagus" kata Lina lagi sambil membawa keranjangnya Aurel dan menaruhnya di dapur.