NovelToon NovelToon
Bopo Kembar Desa Banyu Alas

Bopo Kembar Desa Banyu Alas

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cintamanis / Anak Kembar / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:22.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fernanda Syafira

Arshaka Sadewa dan Aksara Sagara adalah Bopo Kembar Desa Banyu Alas. Putra dari Bopo sebelumnya, yaitu Abimanyu.
Keberadaan Bopo Kembar, tentu menghadirkan warna tersendiri untuk Desa Banyu Alas. Dua pria yang mewarisi sifat Romo dan Ibunnya, membuat warga desa sangat menyayangi dan menghormati keduanya.
Bagaimanakah kehidupan Bopo Kembar ini?
Apakah mereka benar - benar bisa di andalkan untuk menjaga Desa Banyu Alas?

Jangan lupa untuk membaca Novel Cinta Ugal - Ugalan Mas Kades terlebih dahulu, agar bisa memahami jalan ceritanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Terlambat

Pertarungan malam itu tak terelakkan. Serangan demi serangan terus di lancarkan oleh pria misterius itu. Arsha dengan cekatan menghindar dan beberapa kali melayangkan bogem mentah yang mengenai lawannya.

Walaupun sempat beberapa kali hampir terkena pukulan, Arsha tak menyerah dan masih terus melawan pria di hadapannya.

"Ya Allah, Mas Arsha." Kata Aksa saat melihat saudara Kembarnya bertarung di atas sebuah batu besar berukuran sekitar dua kali dua meter.

"Kung, pegang ini, Kung. Akung jalan hati - hati." Aksa menyerahkan lampu emergency yang tadi di ia bawa untuk penerangan.

Dengan cepat, Aksa belari melewati batu - batuan tanpa penerangan. Kakinya dengan lincah menapaki batu - batuan yang berjajar di aliran air terjun.

Buugghh!

Sambil melompat, Aksa menendang punggung pria paruh baya itu hingga si pria tersungkur.

"Biar aku, Mas." Lirih Aksa pada Arsha.

"Lah, ganggu kowe ki. Agi tas mulai, Sa. (Lah, ganggu kamu ini. Baru aja mulai, Sa.)" Jawab Arsha tanpa mengalihkan fokus dari lawannya.

"Lha wes kemringet ngono. (Lha sudah keringatan gitu.)" Kata Aksa yang juga fokus pada lawannya yang mulai berdiri.

"Sek to lah, dilit neh. (Nanti to lah, bentar lagi.)" Ujar Arsha.

"Sudah to, Mas. Mas kan belum istirahat, nonton aja sama Romo dan Akung. Jadi suporter kayak kalo aku tanding di gelanggang itu lho. Kan Masku, semangatku." Bujuk Aksa yang gatal ingin menghajar pria pengusik di hadapannya.

"Jadi kalian mau keroyokan?" Kata si Pria yang sudah kembali berdiri.

"Maaf, kami ini Pendekar. Jadi gak main keroyokan. Opo meneh njenengan wes tuek ngeklek ngene, Lek. Nak di keroyok mengko cepet leh nggletak, kan ra seru! (Apa lagi kamu sudah tua banget gini, Lek. Kalau di keroyok nanti cepet tergeletak, kan gak seru!)" Jawab Aksa yang meledek.

"Ck! Yowes, aku tak sing ngalah. (Yasudah, biar aku yang mengalah.)" Kata Arsha pada akhirnya sambil berjalan santai ke arah Abi.

"Setan alas! Bocah ra nduwe sopan! (Setan hutan! Anak gak punya sopan!)" Umpat si Pria sambil menyerang Aksa.

"Aku lho Bopone setan alas! Ra perlu sopan nak gur ngadepi wong sing nyembah anak buahku. (Aku loh Boponya setan hutan! Gak perlu sopan menghadapi orang yang menyembah anak buahku.)" Jawab Aksa di sela - sela pertarungannya.

Abi, Pak Karto dan Arsha sampai geleng - geleng kepala sambil menahan tawa mendengar jawaban Aksa.

Si Pria nampak semakin kesal karna terus di permainkan oleh Aksa. Ia pun menyerang dengan membabi buta, berharap bisa menyelesaikan pertarungan mereka secepatnya.

Aksa dengan tenang menghadapi lawan di hadapannya. Berkali - kali tendangan dan bogem mentah berhasil ia daratkan. Namun, lawannya itu masih juga tak menyerah.

Di tengah - tengah pertarungan, terdengar suara auman Harimau yang menggelegar. Pria yang mendengar suara auman itu pun terlihat mulai menciut nyalinya. Kesempatan itu, langsung dimanfaatkan oleh Aksa.

Dengan teknik guntingan, Aksa pun berhasil menjatuhkan lawannya. Kakinya dengan cepat langsung mengunci pergerakan pria yang tersungkur dengan kondisi sudah babak belur itu.

"Mau di bersihkan, atau di biarkan, Mo?" Tanya Aksa saat melihat sosok Belang yang sudah berdiri tak jauh dari mereka. Tentu saja, ia ingin melemparkan pria ini agar menjadi santapan Belang.

"Tahan saja, Le. Kita harus tau apa yang dia lakukan, apa alasannya dan tau dari mana tempat - tempat rahasia di desa ini." Jawab Abi yang kemudian berjalan mendekat, diikuti Pak Karto dan Arsha di belakangnya.

"Mengko tuman, Nang! Wong kenthir ngono kuwi ki mesti ra nduwe kapok. (Nanti kebiasaan, Nang. Orang gila seperti itu tuh pasti gak punya jera.) Kasihkan saja dia ke Belang atau buaya di Kali Kemuning." Sergah Pak Karto.

"Kamu juga kok telat banget sih, Belang. Harusnya kamu halangi dia sebelum masuk desa, ini malah baru nongol! Kemana saja kamu?" Cicit Arsha. Tentu omelannya tak mendapat respon apa - apa dari Harimau yang malah duduk santai walaupun tatapannya tak lepas dari pria yang berada di bawah Aksa.

"Kita punya hukum adat untuk orang seperti dia, Pak. Gak seru kalau kita selesaikan begitu saja malam ini." Jawab Abi sambil tersenyum. Ia kemudian berjongkok di dekat pria yang tak bisa bergerak karena Aksa yang membekuknya.

"Apa yang kamu cari di sini? Siapa yang kamu sembah? Jangan jadikan makhluk yang hidup damai di sini menjadi sombong karna kamu menyembahnya. Sombong itu hanya jubahnya Gusti Allah." Kata Abi.

"Aku cuma mencari ilmu dan kekayaan." Jawab si Pria.

"Sekolah, Lek, kalau mau cari ilmu. Kerja kalau mau kaya." Celetuk Aksa yang membuat pria yang berada di bawahnya menatap dengan penuh amarah.

"Siapa yang sudah kamu tumbalkan? Dimana jenazahnya?" Tanya Pak Karto.

"Jenazahnya sudah di makamkan di rumahnya. Aku hanya membawa jiwanya kesini." Jawab si Pria.

"Mo! Jangan - jangan yang aku dan Aksa lihat tadi siang itu." Kata Arsha yang di jawab anggukan mengerti oleh Abi.

"Kamu akan menerima hukum adat Desa Banyu Alas besok." Kata Abi.

"Kowe ki, ngerepoti uwong wae! Mergo lakonmu neng kene, Bopo Deso iki kudu ruwatan nggo nguculne sukmo tumbalmu seko kene. (Kamu ini, merepotkan orang saja! Karna ulahmu di sini, Bopo Desa ini harus menjalankan upacara pembersihan untuk melepaskan jiwa tumbalmu dari sini.)" Amuk Pak Karto.

"Terus ini gimana, Mo? Kita bawa turun atau gimana?" Tanya Aksa.

"Kita bawa turun, Le. Tapi nanti tunggu Om Adit dan beberapa warga datang untuk membantu. Sulit kalau kita harus turun sambil terus memegangi orang ini. Kita gak bawa tali." Jawab Abi yang sudah menghubungi Adit saat Aksa masih beradu fisik dengan si Pria.

Abi pun meminta Belang untuk kembali ke hutan. Tentu saja untuk keselamatan warga yang akan datang dan juga keamanan Belang. Walaupun Belang tak akan berani macam - macam selama berada di dekat Boponya, namun tetap saja Abi tak mau membuat warganya menjadi terbiasa dengan keberadaan Belang yang di lindungi.

Cukup lama menunggu, akhirnya Adit yang datang dengan membawa beberapa warga sampai. Tak dengan tangan kosong, mereka membawa berbagai senjata tajam setelah mendengar kabar dari Kepala Desa Mereka.

"Ayo kita habisi sekarang saja Pak Kades! Jangan biarkan penganut ilmu hitam itu bebas berkeliaran." Warga yang datang pun nampak geram.

"Sabar, Bapak - Bapak. Kita akan selesaikan dengan hukum adat desa kita, besok. Sekarang, kita bawa orang ini ke Balai Pertemuan terlebih dulu." Kata Abi.

Mereka pun akhirnya membawa pria itu setelah mengikat si pria dengan tali yang mereka bawa. Beberapa warga pun sempat mencuri - curi untuk memukul atau meninju pria asing itu.

"Kalian jalan pelan - pelan saja dengan Akung ya, Nak. Romo duluan dengan warga, takut nanti warga main hakim sendiri." Kata Abi.

"Romo gak mau di temani? Aku atau Arsha bisa bisa nemani Romo." Tawar Arsha.

"Ada Om Adit. Kalian jalan bareng Akung saja dan langsung pulang, ya. Hati - hati, Romo duluan." Titah Abi yang di jawab anggukan oleh dua putranya.

Abi dan rombongan berjalan terlebih dahulu, sementara Aksa, Arsha dan Pak Karto mengikuti di belakang.

"Kenapa dia bisa masuk, Kung? Kenapa Belang gak menghalangi?" Tanya Arsha saat di perjalanan.

"Dia pasti menggunakan ilmu, Nang. Makanya bisa menerobos masuk dan mengecoh Belang. Kita juga harus memperkuat pagar ghaib desa, biar gak kecolongan seperti ini lagi." Jawab Pak Karto.

1
syora
wah arsha👍👍👍👍 cool badassss
bunda aya
ya allah mas arsha gk romantis bnget nyatain cintanya 😍😍
dapurAFIK
mas arsha gercep sat set langsung nembak nya jd istri bikin dek Rai keselek batuk2😄👍
Lee 😉
ikut seneng deh,, sampe pen melayang jdi nya 🤣🤣🤣
Lee 😉
duuhhh,,, salting nya nembus layar 🤣😄
widi
duh meleleh dengernya...soft spoken banget Arsha
syora
alhamdulillah gini,doa disertai usaha
ibaratmya berjodoh tp kita jg butuh perjuangan dan usaha tuk mndapatkannya
langkah yg tepat arsha👍👍👍👍
🎃
akhirnya mas arsha pecah telor jugak setelah sekian tahun yee kan
kawal sampai halal pokonya mah 😍
Dedes
aduuhh pengen jumpalitan. ternyata rasa itu gak bertepuk sebelah tangan 😍
Dedes
ya Allah mas to the point banget
Arin
Woah..... gercep banget nih Arsha. Mumpung pas ketemu lagi, langsung sat set tanpa ba bi bu lagi nembak mau jadi istri???? 👍👍👍👍
Isda Wardati K
lugas banget sich mas arsha ndak ada romantis2 nya.
Humay Uum
duuuh yg dtembak Rania aku yg senyum2 tooh 🤭salting iih inget ker ngora lah pokoya 🤣🤣
Santi
jdi senyum2 sendiri aku,,🤭
indy
arsha langsung beraksi
Titik Sofiah
tambah up lagi donk Thor..... riques ntar Aksa jodoh a dokter ya Thor....🤭🤭🤭
Kasih Bonda
next Thor semangat
bunda kk
arsha langsung sat set aja😍
Dewi kunti
gak usah lama2 calon mantu bawa plg🤭🤭🤭🤭🤭
Atik Kiswati
yok lnjt neh....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!