NovelToon NovelToon
Dinikahi Cowok Cupu

Dinikahi Cowok Cupu

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Asma~~

​Calya, seorang siswi yang terpikat pesona Rion—ketua OSIS tampan yang menyimpan rahasia kelam—mendapati hidupnya hancur saat kedua orang tuanya tiba-tiba menjodohkannya dengan Aksa. Aksa, si "cowok culun" yang tak sengaja ia makian di bus, ternyata adalah calon suaminya yang kini menjelma menjadi sosok menawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asma~~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Mentari sore yang hangat menyelimuti taman rumah Calya. Calya bersantai di kursi ayunan, bersenandung pelan sambil mengusap bulu kucingnya yang berbaring manja di pangkuannya. Sesekali ia tertawa geli melihat tingkah kucingnya yang mengejar kupu-kupu. Semua kegelisahan dan kemarahan yang ia rasakan di sekolah seakan menguap begitu saja. Ia hanyut dalam dunianya sendiri.

​Di sisi lain, Aksa sudah berada di rumahnya sejak beberapa saat yang lalu, berbincang dengan mama Calya. Aksa sempat mendengar tawa riang Calya dari kejauhan, bahkan ia bisa mendengar Calya bersenandung dengan suara merdu. Ia memilih diam, tidak berniat mengganggu momen langka tersebut. Ia hanya menikmati setiap detik suara itu, entah mengapa.

​Namun, ia tidak bisa berlama-lama. Aksa berdehem pelan, suaranya berhasil memecah keheningan sore itu. "Ehem."

​Calya sontak kaget, tawa riangnya langsung hilang. Matanya membulat sempurna saat melihat Aksa berdiri tidak jauh darinya. Ekspresi wajahnya langsung berubah masam. "Kenapa, sih, lo ada di mana-mana?" tanyanya ketus.

​Aksa hanya tersenyum tipis, mengabaikan nada suara Calya. "Sudah selesai mainnya?"

​"Mau apa lo ke sini?" Calya tidak menjawab pertanyaan Aksa, malah kembali bertanya dengan nada sinis. Ia memeluk kucingnya erat, seolah ingin melindungi diri dari aura Aksa yang menurutnya sangat mengganggu.

​"Aku ke sini mau ajak kamu mencari cincin," jawab Aksa santai.

​Seketika, Calya terdiam. Otaknya berputar, mencoba mencerna perkataan Aksa. Mencari cincin? Cincin untuk apa? Dan kenapa Aksa... oh, ya ampun!

​Calya membelalakkan matanya, rasa panik langsung menyerang. Ia benar-benar lupa jika besok adalah hari pernikahannya. Saking kesalnya dengan Aksa, ia sampai melupakan hal sepenting itu. Ia memandang Aksa dengan tatapan horor, seolah-olah Aksa adalah hantu yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

​"Kenapa? Kaget?" Aksa tersenyum mengejek.

​"Duh... ya ampun... gue ga mau nikahh" gumam Calya, tangannya langsung menutupi wajahnya. Ia merasa ingin kabur saja rasanya. Ia tidak siap untuk semua ini. Ia tidak siap untuk menikah, apalagi dengan Aksa, si kutu buku yang paling ia benci.

...----------------...

Calya menolak mentah-mentah ajakan Aksa. "Gue lagi malas. Pergi sana! lo sendiri aja nyari cincinya" katanya sambil berjalan cepat, lalu berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Ia berharap Aksa akan mengurungkan niatnya. Namun, ia salah. Aksa tidak menyerah.

​Dengan langkah santai, Aksa mengikutinya. Pintu kamar Calya yang tidak terkunci menjadi celah baginya. Ia masuk, membuat Calya terkejut dan kesal. "Mau apa lagi, sih? Keluar dari kamar gue!" bentak Calya.

​"Aku tidak akan keluar sebelum kamu mau ikut," jawab Aksa dengan tenang.

​Calya memutar bola mata. "gue bilang ngga mau ya ngga mau! Apa lo ngga ngerti bahasa manusia?"

​"Aku mengerti," balas Aksa, "tapi kamu harus ikut."

​Calya menatapnya tajam. "gue bisa teriak dan memanggil Papa kalau lo ngga pergi dari sini."

​Aksa tersenyum miring. "Silakan. Tapi kalau kamu tidak ikut, aku akan pastikan semua temanmu di sekolah tahu kalau kamu itu... calon istri aku dan sebentar lagi akan jadi istri sah."

​Ancaman itu berhasil. Calya membeku, matanya membelalak. Ia tahu, Aksa tidak main-main. Ia benar-benar bisa melakukannya.

​"banyak omong banget sih, oke gue ikut! puas lo" Calya menyerah, nada suaranya penuh kekalahan. Ia benci harus menuruti Aksa, tetapi ia tidak punya pilihan.

​Aksa tersenyum puas. "Bagus. Sekarang, bersiap-siaplah."

...----------------...

Calya turun dari tangga dengan wajah cemberut. Ia mengenakan piama bergambar kucing, rambutnya diikat asal-asalan. Sementara Aksa berdiri di ruang tamu, sudah rapi dengan kemeja dan celana kain.

​"Calya, kenapa kamu pakai baju tidur?" tanya Amelia, mama Calya, terkejut melihat putrinya. "Ganti bajumu, kalian mau pergi."

​"Aku lagi malas, Ma," jawab Calya ketus. "Lagian, cuma mau cari cincin, kan? Piama juga bisa."

​Amelia menghela napas, melihat putrinya yang keras kepala. Ia tahu, Calya pasti sedang marah. Namun, ia tidak bisa membiarkan putrinya pergi dengan pakaian seperti itu. "Calya, ganti bajumu sekarang juga. Jangan membuat Mama malu di depan Aksa."

​Calya memandang Aksa dengan sinis. "Salahkan dia. Siapa suruh dia datang ke sini?"

​Aksa hanya tersenyum tipis. "Sudahlah, Tante. Biarkan saja. Lagipula, Calya mau pakai baju apapun, dia tetap cantik," katanya, mencoba menenangkan Amelia.

​Mendengar pujian dari Aksa, Calya memutar mata. Ia benci dipuji oleh Aksa. Ia benci semua hal tentang Aksa.

​"Baiklah," kata Amelia, akhirnya menyerah. "Tapi lain kali, jangan seperti ini lagi."

​Calya tidak menjawab. Ia hanya berjalan gontai, melewati Aksa, lalu berdiri di depan pintu, menunggu Aksa. "Ayo cepat!" katanya.

​Aksa hanya tersenyum, lalu berpamitan kepada Amelia. "Tante, kami pergi dulu," katanya, lalu berjalan ke arah Calya. "Ayo," katanya, lalu membuka pintu mobil untuk Calya.

...----------------...

​Sesampainya di toko perhiasan, banyak pasang mata langsung tertuju pada Calya. Bisik-bisik mulai terdengar, dan Calya tahu itu karena penampilannya. Dia tetap acuh, berjalan santai seolah tidak mendengar apa-apa. Namun, langkahnya terhenti saat telinganya menangkap kalimat yang membuatnya naik darah.

​"Itu siapa ya? Apa dia pembantunya?"

​Calya menoleh, matanya melotot. Enak saja mereka menyebutnya pembantu. Dengan kesal, ia menoleh ke arah Aksa yang berdiri di sampingnya. Aksa, si biang kerok ini, malah tersenyum puas. Calya tahu, Aksa sengaja membiarkannya memakai piyama agar bisa melihatnya dipermalukan. Tanpa pikir panjang, Calya menginjak kaki Aksa sekuat tenaga.

​Aksa meringis, tetapi senyumnya tidak hilang. "Aduh, sakit," bisiknya. "Salah sendiri. Siapa suruh pakai piama?"

​Calya tidak menjawab. Ia hanya terus menatap Aksa dengan tatapan penuh amarah.

​"Sudah, ayo masuk," ajak Aksa, mengabaikan tatapan Calya. Ia menarik Calya masuk ke dalam toko.

...----------------...

​Di dalam toko, seorang pelayan menghampiri mereka. "Selamat datang. Ada yang bisa saya bantu?"

​"Kami mau lihat cincin pernikahan," jawab Aksa.

​Pelayan itu tersenyum, lalu membawa mereka ke etalase khusus cincin pernikahan. Ada berbagai macam cincin, dari yang sederhana hingga yang mewah. Calya hanya melirik malas. Ia tidak peduli. Ia hanya ingin semua ini cepat selesai.

​"Yang mana yang kamu suka?" tanya Aksa.

​Calya hanya menunjuk asal. "Yang itu saja."

​Aksa melihat ke arah cincin yang ditunjuk Calya. Cincinnya sederhana, hanya berupa cincin perak dengan satu berlian kecil. "Kamu yakin?"

​"Iya," jawab Calya ketus. "Cepat, gue mau pulang."

​Aksa tersenyum, lalu menoleh ke arah pelayan. "Bisa tolong ambilkan yang ini?"

​Pelayan itu mengangguk, lalu mengambil cincin tersebut. Aksa lalu menoleh ke arah Calya. "Coba pakai."

​Calya mengambil cincin itu dengan kasar, lalu mencobanya. Cincinnya pas. "Sudah, kan? Ayo pulang."

​Aksa menggelengkan kepala. "Tunggu dulu. Aku juga mau coba."

​Aksa mengambil cincin yang sama, lalu memasangkannya di jari manisnya. Cincinnya juga pas. Aksa lalu menoleh ke arah Calya. "Bagaimana? Suka?"

​Calya hanya mengangkat bahu. "Biasa saja."

​Aksa tersenyum. "Kalau begitu, kita ambil yang ini."

​Pelayan itu membungkus cincin tersebut, lalu menyerahkannya pada Aksa. Aksa mengambilnya, lalu membayar. Setelah itu, ia mengajak Calya keluar.

​"Sudah, kan? Ayo pulang!" kata Calya.

​"Tunggu dulu," kata Aksa, lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Itu adalah sebuah kotak kecil berwarna merah. "Ini untukmu," katanya.

​Calya mengerutkan kening, bingung. Ia mengambil kotak itu, lalu membukanya. Di dalamnya, ada sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati. Calya menatap Aksa, matanya dipenuhi pertanyaan. "Ini..."

​Aksa tersenyum. "Hadiah. Untukmu."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!