Seorang pria tampan yang tidak sengaja bertemu dengan wanita cantik namun jutek , pertemuan pertama mereka membuat si pria sangat penasaran ,sampai pada akhirnya mereka jadi sering bertemu karna sesuatu,kira kira apa yah alasan mereka sering bertemu,dan apa yang terjadi diantara mereka?
yuk ikuti ceritanya ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqueena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 ternyata aku mencintainya
Sinar matahari yang terang menyusup masuk melalui celah tirai, menyapa wajah Kelvin yang masih tertidur lelap. Sinar hangat itu perlahan membangunkannya dari tidur nyenyak di pagi itu.
Dengan malas ia membuka mata, mengedipkan beberapa kali, lalu bangkit dari tempat tidur.
Setelah menggeliat sebentar, ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap bekerja.
Tak lama kemudian, Kelvin turun ke lantai dasar, melangkah ke ruang makan. Di sana, mamahnya sedang sibuk menata makanan di atas meja.
“Good morning, Mamah…” sapa Kelvin sambil tersenyum dan mencium pipi mamahnya dengan hangat.
Mamahnya sedikit terkejut, tapi balas tersenyum, "Good morning nak"
Kelvin lalu duduk di kursinya, menikmati sarapan yang sudah disiapkan dengan penuh cinta. Mereka sempat berbincang ringan tentang pekerjaan, dan rencana hari itu.
Tak lama kemudian, Kelvin menghabiskan suapan terakhirnya dan meneguk segelas air putih.
“Kelvin berangkat dulu, yah Mah.”
“Hati-hati, nak. Jangan lupa kabari mamah kalau kamu pulang telat,” pesan mamahnya sambil merapikan piring.
Kelvin mengangguk dan tersenyum, sebelum melangkah keluar rumah dan menuju mobilnya.
Seperti biasa, ia menyempatkan diri singgah di kedai roti langganannya.
Begitu masuk ke dalam kedai, pandangannya langsung tertuju pada seseorang yang duduk di sudut ruangan.
"Heii..." sapa Kelvin sambil mendekat.
"Oh, heii Vin..." balas Wilona, menutup buku yang tadi tengah ia baca.
"Kamu sering banget ke sini, Wil," ujar Kelvin sembari menarik kursi dan duduk di hadapan Wilona.
Wilona tersenyum kecil, senyum yang seketika membuat mata Kelvin terpaku padanya.
"Iya dong, ini kan toko kue milik ibu aku," jawab Wilona ringan.
Kelvin menaikkan alis, tampak terkejut. "Oh, ini toko ibu kamu? Kebetulan banget, aku langganan di sini dari dulu."
Wilona terkekeh. "Iya, aku tahu kok. Aku sering lihat kamu beli roti di sini. Tapi kamu sering beli banyak banget, buat siapa, Vin?"
"Aku bawa ke kantor", jawab Kelvin sambil bangkit dari kursinya. "Takutnya ada karyawan yang belum sempat sarapan."
Wilona hanya mengangguk pelan. "Ohhh, baik juga ya kamu."
Tak lama kemudian, Kelvin kembali dengan beberapa bungkus roti di tangannya.
"Wil, aku pergi dulu ya," pamit Kelvin dengan senyum hangat.
Wilona membalas dengan senyum lembut. "Oh iya, Vin. Hati-hati di jalan."
Kelvin melangkah keluar dari kedai dengan perasaan tak menentu. Di depan pintu, ia sempat melirik ke belakang dan tersenyum sendiri.
"Plis lah... jangan senyum ke gue pagi-pagi gini..." gumamnya pelan, masih membawa bayang-bayang wajah Wilona.
Sesampainya di kantor, Kelvin kembali menjalani rutinitas seperti biasa. Namun hari itu, ada yang berbeda. Wajahnya tak henti tersenyum. Sesekali, bahkan ia tersenyum lebar hingga giginya terlihat, membuat beberapa rekan kerjanya melirik heran.
Hari pun berlalu, dan jam pulang kerja tiba. Kali ini, berbeda dari biasanya, Kelvin bergegas meninggalkan kantor lebih cepat. Entah kenapa, ada sesuatu yang mendorong langkahnya untuk segera pergi.
Ternyata Kelvin tengah menunggu Wilona di seberang kantor Gifa. Ia memarkirkan mobilnya di dekat halte bis yang biasa digunakan para karyawan.
Sepuluh menit kemudian, Wilona keluar dari gedung kantor dan menyeberang jalan menuju halte.
Kelvin membunyikan klakson pelan, cukup membuat Wilona dan beberapa orang di sekitarnya menoleh terkejut. Ia kemudian menurunkan kaca mobil dan memanggil,
"Wilona!"
Wilona yang mengenali suara itu langsung tertawa kecil dan menghampirinya.
"Kamu ngapain di sini, Vin?" tanyanya bingung.
"Ayo, pulang bareng", ajak Kelvin sembari keluar dari mobil dan membukakan pintu penumpang untuk Wilona.
Wilona hanya tersenyum, menggeleng pelan, lalu melangkah masuk ke dalam mobil. Kelvin menutup pintu dengan sopan dan masuk dari sisi pengemudi.
Saat Kelvin baru menyalakan mesin, Wilona melihat ke arah seberang. Di sana, Viona dan Gifa baru saja keluar dari kantor dan masuk ke dalam mobil yang sama. Raut wajah Wilona berubah, ia menunduk dan terdiam.
Kelvin melirik sekilas, menyadari perubahan ekspresinya. Tanpa banyak tanya, ia mencoba mengalihkan suasana.
"Kita jalan-jalan dulu, yuk? Sekalian refreshing", ucapnya sambil melirik ke arah Wilona, mencoba memancing senyuman.
Tujuan Kelvin adalah mall yang dulu menjadi tempat pertama kali ia melihat Wilona. Sesampainya di sana, mereka berjalan berdampingan memasuki mal. Langkah Wilona tampak canggung, tapi Kelvin justru tersenyum melihatnya.
Mereka berhenti di depan sebuah restoran, lalu Kelvin menarik satu kursi untuk Wilona.
"Silakan duduk, Nona," ucapnya bercanda.
Wilona tertawa kecil. "Makasih ya, Tuan," balasnya meniru gaya formal.
Seorang pelayan datang dan memberikan buku menu. Kelvin membuka satu dan mulai memilih. Ia kemudian menoleh ke arah Wilona.
"Kamu mau makan apa?"
Wilona tampak ragu. "Aku... pesen minuman aja deh, yang ini..." katanya sambil menunjuk salah satu menu dengan canggung.
Kelvin menggeleng pelan. "Pesen makanan juga dong. Aku gak mau kamu pulang dalam keadaan lapar."
Belum sempat Wilona menjawab, Kelvin langsung berbicara ke pelayan.
"Kalau gitu, saya pesan yang ini satu ya, dan minumannya seperti yang dia pesan tadi."
Tak lama kemudian, makanan dan minuman pun datang. Mereka menyantapnya sambil mengobrol santai. Sesekali tawa mereka pecah karena obrolan ringan yang lucu. Waktu berlalu cepat hingga jarum jam menunjukkan pukul 18.30.
Setelah selesai makan, mereka pun keluar dari restoran dan berjalan di sepanjang lorong mal.
"Minggu nanti kamu kosong gak, Wil?" tanya Kelvin tiba-tiba.
"Emm... kayaknya sih iya. Memang kenapa?" jawab Wilona.
"Aku pengen jalan-jalan, refreshing biar gak stres," jawab Kelvin sambil tertawa.
Wilona ikut tersenyum. "Mau ke mana?"
"Ke pantai. Aku lagi pengen lihat laut. Ikut, yuk?"
Wilona tampak berpikir sejenak. "Sabtu aku kabarin lagi ya, Vin. Takutnya aku udah janji dan gak enak kalau harus batalin."
Kelvin mengangguk, maklum. "Oke, gak masalah."
Setelah selesai makan, mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah Wilona. Saat mobil berhenti di depan rumah, Kelvin menahan Wilona yang hendak membuka pintu.
"Tunggu dulu, aku bukain," ucapnya cepat lalu keluar dan membuka pintu untuk Wilona.
Wilona tertawa geli melihat sikap Kelvin yang formal berlebihan. "Ada-ada aja kamu, Vin."
"Senyum terus kayak gitu, jangan heran kalau aku makin betah ngajak kamu ngobrol," kata Kelvin sambil terkekeh.
Wilona tersenyum dan memegang tas kerjanya. "Makasih banyak ya atas semuanya hari ini."
"Sama-sama, Wil. Eh, boleh minta kontak kamu gak? Biar gampang komunikasi."
Wilona mengangguk. "Boleh. Nomornya 08...."
Kelvin langsung menyimpan nomornya. "Oke. Kamu masuk aja, ya. Kalau udah masuk baru aku pergi."
"Iya, Vin. See you..." kata Wilona sambil melangkah ke arah pintu pagar.
Sebelum masuk, ia sempat menoleh dan melemparkan senyuman khasnya. Senyuman yang selalu berhasil membuat Kelvin tertunduk malu.
"Plis lah, senyummu tuh bisa bikin jantung gue gak beres," batin Kelvin sambil tersenyum sendiri di balik kemudi.