Jodoh itu rahasia Tuhan. Siapa sangka dua manusia yang terkesan saling cuek dan tidak punya ketertarikan satu sama lain itu disatukan dalam ikatan pernikahan. Akan seperti apa rumah tangga keduanya, saling menerima atau malah kalah sebelum mencoba? Ikuti kisah mereka karena mungkin kita akan menjadi saksi cinta mereka bertumbuh atau sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pipit fitriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengisi Rumah berdua
Kisah yang belum dibuat alurnya ini masih belum jelas kemana arahnya, yang jelas cerita ini sudah dimulai. Pernikahan Alma dan Irsan sudah digelar, mereka sudah sah menjadi sepasang suami istri secara agama dan negara. Tidak terasa satu bulan sudah mereka menjadi suami istri, sebelum melangsungkan pernikahan mereka benar-benar hidup terpisah, bertemu jika ada keperluan yang harus diurus.
Setelah acara selesai Irsan langsung membawa istrinya ke rumah baru yang sudah ia beli sejak lama, kini rumah yang sebelumnya sempat dikontrakan akan diisi oleh mereka berdua. Awalnya orangtua mereka menyarankan untuk tinggal bersama mereka lebih dulu, namun Irsan menolak dengan alasan ingin mandiri.
"Bang, kapan kamu beli rumah ini?" Alma sedikit penasaran dengan rumah yang dimiliki Irsan, tidak mewah namun cukup untuk pasangan yang baru menikah.
"Dulu pas masih kuliah S1 suka ikut bisnis sama ayah, terus dapat hasil, uangnya aku tabung. Meskipun perumahan sederhana aku suka, lokasinya yang dekat dengan restoran dan rumah orangtua kita."
"Kamu hebat masih muda udah punya rumah sendiri. Sedangkan bang Alvin masih gitu gitu aja"
"Jalan hidup orang beda-beda, kalau aku lebih suka apa-apa punya sendiri meskipun bukan barang mahal, hasil kerja sendiri itu rasanya lebih memuaskan. "
Alma merasa kagum terhadap suaminya, umurnya masih 25 tahun tali sudah banyak pencapaian yang ia raih. Jika berkaca pada dirinya yang apa-apa masih diberikan orangtua rasanya malu sekali.
"Rumah ini sudah dibersihkan, kemarin ibu nyuruh tukang bersih-bersih buat merapikan. Untuk perabotan dan lainnya aku isi sesuai seleraku kalau kamu ga suka bisa kita ganti."
"Aku ngikutin pilihan kamu aja, lagian aku juga nggak terlalu ngerti sama perabot rumah tangga."
"Syukurlah kalau gitu. Sebaiknya kamu bersih-bersih dulu, di kamar kita ada kamar mandi di dalam, pakaian kamu yang aku minta kemarin sudah dirapikan ke lemari. Kalau ada yang kamu butuhkan kasih tahu aku aja."
"Terima kasih, Bang. Aku masuk ke kamar dulu,"
Irsan hanya menganguk, sementara dirinya merapikan beberapa barang yang sebelumnya ia ambil di rumah.
Rumah ini benar-benar sederhana terdiri dari satu lantai, dua kamar ruang tamu, ruang keluarga lalu ada dapur yang menyatu dengan ruang makan, dan paling belakang terdapat ruang laundry yang tidak terlalu besar.
Irsan menarik napasnya cukup dalam mulai hari ini dan seterusnya dia akan menjalani kehidupan rumah tangga bersama Alma. Meskipun dia dan Alma bertetangga, kenyataannya Irsan tidak terlalu memperhatikan gadis itu, karena sejujurnya Irsan tak pernah terpikirkan kalau kisah hidupnya akan dijalani bersama gadis itu.
Pukul 10 malam keduanya sudah berada di kamar, ini adalah kedua kalinya mereka satu kamar, yang pertama setelah ijab pertama dan kedua saat mereka sudah melangsungkan pesta pernikahan.
"Rasanya masih canggung ya bang, padahal kita sudah sah menjadi suami istri, bahkan kita pun pernah berciuman. Namun rasanya masih aneh, abang pasti nggak nyangka ya kalau kita akan menikah?"
Keduanya sedang menatap ke Langit-langit kamar, sudah menggunakan pakaian tidur masing, namun mereka belum melakukan apapun selain mengobrol.
"Iya, padahal sekarang bisa saja kita melakukan hal yang lebih dari sekadar ciuman. Kalau abang minta sekarang kamu siap? abang laki-laki normal, kamu tahu saat ini bagian tubuh abang sedang bereaksi karena kita sedekat ini." Alma terlihat bingung dengan ucapan suaminya, apa yang membuat suaminya bereaksi sedangkan mereka hanya mengobrol saja.
Alma mengerti apa yang di maksud suaminya, jika dia mengatakan belum siap rasanya hal itu akan melukai suaminya, meskipun belum memiliki perasaan Alma harus siap menjalankan kewajibannya.
"Kalau abang memang menginginkannya aku sebagai istri bersedia. Kita masih dalam tahap belajar, aku berharap abang akan mengingatkan aku, jika suatu saat melakukan kesalahan. "
"Kamu tanggung jawab abang sekarang, jadi kita belajar bersama ya."
Irsan mulai mendekat ke arah Alma, membelai rambutnya yang halus, kemudian memberikan kecupan di dahi sang istri dengan mata terpejam tak hanya itu, ada doa-doa yang terucap sebelum memulai kegiatan intim bersama sang istri.
Tatapan mata keduanya beradu, sedang tangan keduanya sedang berusaha melepaskan pakaian yang melekat pada tubuhnya masing-masing. Ciuman itu kembali terjadi, saling bertukar saliva dengan pertarungan yang lebih sengit dari sebelumnya.
Tangan Irsan sudah berhasil melepaskan pakaian yang melekat pada tubuh istrinya, meskipun lampu temaram dia masih bisa melihat keindahan di depan matanya.
"Indah." satu kata yang secara tidak sengaja terucap dari bibir irsan, sedang Alma setengah mati menahan malu, Karena tubuhnya yang tidak menggunakan apapun.
"Bang, aku malu."
"Malu sama siapa? di sini cuma ada kita berdua. Sebaiknya kita segera melakukannya, "
Irsan yang terkesan tidak sabar itu memimpin permainan, dia melakukan dengan pelan-pelan agar tidak menyakiti Alma. Benar saja, belum apa-apa Alma sudah beringsatan."
Malam pengantin itu benar-benar terjadi, Irsan sudah menjadi suami sesungguhnya, begitu juga dengan Alma yang beberapa menit lalu menyerahkan keperawan pada suaminya.
Irsan terus melakukannya meskipun sudah sampai pada puncak pertamanya, namun ia belum puas dan menginginkannya kembali.
"Bang, aku sudah nggak kuat lagi, bagian bawah aku sakit sekali. Apa abang belum puas?"
"Satu kali lagi abang mohon, ini pengalaman pertama abang, rasanya sungguh menakjubkan, sepertinya kamu akan menjadi candu bagi abang." Irsan masih berjuang mendapatkan pelepasan yang ke dua, sedang Alma berusaha mengimbangi permainan suaminya."
Setelah beberapa saat puncak kenikmatan itu kembali di rasakan oleh Irsan, bukan hanya irsan, Alma pun merasakannya kembali, tubuhnya benar-benar lelah. Namun ia bahagia bisa menjaganya dan memberikan kesuciannya pada Irsan yang saat ini menjadi suaminya.
Sebelum tertidur Irsan membantu Alma untuk membersihkan diri ke kamar mandi, mereka harus tidur dalam keadaan bersih.
"Sebaiknya kita bersihkan diri sebelum tidur, Maaf abang terlalu semangat. "
"Besok saja bang, aku sangat lelah dan mengantuk."
" Biar abang yang melakukannya."
Irsan menggendong tubuh Alma ke dalam kamar mandi, ia membantu Alma membersihkan diri, begitu juga dengan dirinya. Alma tidak berdaya dan terkesan pasrah dengan apa yang dilakukan suaminya. Irsan membersihkan setiap bagian tubuhnya dengan baik, bahkan area in*im tak luput irsan bersihkan. Ia tak merasa jijik atau risih justru Irsan begitu telaten.
Setelah irsan berhasil mengganti pakaian miliknya dan sang istri, kemudian ia mengganti seprai dengan yang baru. Dia ingin tidur dengan nyaman sambil memeluk satu sama lain dalam keadaan bersih berharap besok pagi akan bangun lebih rileks. Keduanya memutuskan untuk tidur dengan saling memeluk dan memberikan kenyamanan sampai pagi menjelang.