NovelToon NovelToon
MONOLOG

MONOLOG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:584
Nilai: 5
Nama Author: Ann Rhea

Kenziro & Lyodra pikir menikah itu gampang. Ternyata, setelah cincin terpasang, drama ekonomi, selisih paham, dan kebiasaan aneh satu sama lain jadi bumbu sehari-hari.

Tapi hidup mereka tak cuma soal rebut dompet dan tisu. Ada sahabat misterius yang suka bikin kacau, rahasia masa lalu yang tiba-tiba muncul, dan sedikit gangguan horor yang bikin rumah tangga mereka makin absurd.

Di tengah tawa, tangis, dan ketegangan yang hampir menyeramkan, mereka harus belajar satu hal kalau cinta itu kadang harus diuji, dirombak, dan… dijalani lagi. Tapi dengan kompak mereka bisa melewatinya. Namun, apakah cinta aja cukup buat bertahan? Sementara, perasaan itu mulai terkikis oleh waktu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ann Rhea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aura Seram

"Selamat siang Pak Kenzi," sapa Aura ketika bertemu dengan bosnya di lorong. Dia tampak berjalan terburu-buru dan gelisah, mungkin saja ada sesuatu yang terjadi hingga sapaannya mampu mengagetkan pria itu.

Aura tersenyum. Senyum yang cukup mengerikan di mata Kenziro. Bukannya suka tapi malah ngerasa creepy, bukannya tertarik malah merasa lebih baik Aura tidak usah tersenyum lagi padanya. Lagian ia juga tidak akan mempermasalahkan itu selagi kerjanya baik.

Tapi itu berbanding balik dengan apa yang Lyodra katakan. Jika saja dengannya bisa seramah ini kenapa dengan Lyodra tidak? Apakah Aura tipe orang yang hanya akan menghormati orang yang lebih tinggi darinya.

Kenziro bisa menebak, andai saja Aura tau Lyodra istrinya dan memiliki jabatan tinggi di perusahaan ia yakin, pasti Aura akan mendadak berubah menjadi lebih baik bak ibu peri di negeri dongeng. Ia sudah tahu dan bisa membaca pikiran orang-orang yang gila validasi seperti ini. Yang ingin cepat naik jabatan atau dapat penilaian baik karena baik-baikin bos. Padahal tidak sesingkat itu untuk mendapatkan semuanya.

"Halo Pak?" Aura menjentikkan jari lentik yang kukunya di cat merah tua. Matanya membulat membuat bola mata belo berwarna hitamnya terlihat akan menonjol keluar.

Kenziro terlonjak kaget ketika tersadar sudah menilai Aura berlebihan. "Oh iya siang."

"Bapak kenapa melamun, lagi ada masalah ya Pak!" Aura sedikit mencondongkan tubuhnya, ia yakin Kenziro mampu melihat belahan dadanya lebih jelas dari yang tadi.

Lalu ia kembali menegakkan tubuhnya lagi. Membuat kemeja berwarna biru muda, yang mencetak seluruh tubuh profesionalnya terlihat begitu sempurna. Dimana kancing bagian dadanya terlihat tidak mampu untuk bertahan lebih lama lagi karena ukurannya terlalu besar. Jika satu tarikan saja, mampu melepas seluruh kancing itu, hanya saja dasi pita yang menjuntai mampu menutupinya. Sedangkan pinggangnya kecil, dan begitu rampang. Dipadukan celana kain cutbray yang mencetak jelas belakangnya yang bulat tidak menurun.

"Banyak," katanya lalu pergi.

Aura tersenyum miring. Satu demi satu ia sudah lakukan, tak mungkin bila Kenziro tidak akan memikirkan rasa tubuhnya. "Liat aja nanti, kamu pasti datang mendekati aku Pak." Lirikan matanya yang tajam seperti ular pun mampu membuat bulu kuduk merinding.

--✿✿✿--

Nadeo nongol ke kantin, langsung melipir ke meja Lyodra yang lagi makan sendirian. "Bu Lyly makan gak bareng Ken?"

"Eh Nad! Ngagetin aja. Udah deh, santai aja, gak usah panggil Ibu. Gue kan temen lo juga, bukan guru BP," Lyodra geser kursinya, kasih space.

"Lah gimana, lo kan sekarang bos gue. Masa gue manggilnya ‘Ly’? Keliatan banget gue gak ada wibawa."

Lyodra tengah memakan bekalnya yang disiapkan Kenziro. Hanya nasi goreng, tapi tidak akan pernah seenak yang pernah ia coba. Apalagi ini spesial buatan suami tercinta.

Tiba-tiba Nadeo nyeletuk. "Eh gue denger gosip, pengganti lo di kantor speknya kayak artis film dewasa gitu ya? Kagak nyangka Ken bisa nerima orang begituan. Gue curiga sih, pasti ani-ani pejabat."

Alis Lyodra langsung naik. "Hah, seriusan lo?"

"Ya lo pikir aja." Nadeo mulai dengan gaya cenayang. "Mana mungkin cewe kek gitu mau kerja cape. Pasti mau yang cepet ngasikin duit. Ibaratkannya ya, ngapain punya tubuh bagus gitu tapi di anggurin?" Paling banter tuh kerjaannya pelatih zumba atau coach gym.”

Lyodra geleng-geleng. "Ya mana gue tau, bukan urusan gue. Setau gue dia sih model."

"Model majalah dewasa kali!" Nadeo nambahin, ketawa ngakak sampe orang meja sebelah nengok.

"Deo! Astaga, mulut lo tuh… bener-bener gak sopan!" Lyodra nahan tawa sambil pura-pura sewot.

Nadeo cuek, malah angkat tangan ke mbak kantin buat pesen makanan. "Santai lah. Gue ngobrol sama lo kan aman ya. Ken juga nggak bakal cemburu, gue sering ngobrol sama dia. Jadi tenang aja, gak bakal ada salah paham."

Lyodra langsung nyolot. "Iya, soalnya gue juga gak suka sama lo."

Nadeo ngakak lagi. "Mantap, berarti kita sepakat. Lo gak suka sama gue, gue juga gak mau repot sama lo. Temenan sehat!"

"Iya lah ngapain, ogah banget."

Nyesek sih, tapi Nadeo malah ketawa. "Ly, gue saranin jagain suami lo baik-baik. Gue punya firasat gak enak. Takut aja kejadian kayak gue dulu keulang."

Lyodra menoleh. "Maksudnya?"

Nadeo berdehem sebentar, suaranya jadi lebih pelan. "Ya… dulu gue pernah digodain rekan kerja. Badannya mirip-mirip Aura itu. Awalnya gue pikir iseng doang, ujungnya rumah tangga gue hancur. Cerai, bangkrut, ditinggal. Padahal gue udah niat serius. Jadi gue cuma bisa wanti-wanti aja. Gue sih udah kasih wejangan juga ke Ken, tapi ya gak tau deh kalau dia ngeyel."

Lyodra menarik napas panjang, sambil mikir. "Gue gak mau mikir yang aneh-aneh, tapi gue juga agak ngerasa. Sikapnya Aura tuh… entahlah, kayak ada niat gak baik. Kayak pas pertama ketemu gue aja, dia sama sekali gak nyapa. Kalau dia gak tau gue siapa, ya gak apa-apa. Tapi kalau tau? Masa bisa pilih-pilih hormat. Kalau udah tau gue istrinya Ken, mungkin udah sungkem kali."

Nadeo ngakak keras. "Ya ampun Ly, sumpah lo lucu juga kalo kesel. Tapi serius, coba deh lo upgrade dikit. Biar aman, dada lo implan aja. Gue yakin Ken aslinya suka yang gede-gede."

Lyodra langsung geleng, sambil nyeletuk pelan. "Aman, itu mah."

"Serius gue ngomong. Bejat-bejat gini, gue gak rela rumah tangga sahabat gue hancur gara-gara cewek stress yang cuma modal badan. Apalagi gue tau kalian udah bareng sebelas tahun. Sayang banget kalo kalah sama model jadi-jadian."

Lyodra tersenyum tipis, matanya tajam. "Iyalah, sebelas tahun gue jagain Ken dari cewek gatel. Masa sekarang kalah sama yang begituan. Gue malah lebih minder kalo ketemunya cewek serba bisa. Kalo cuma modal tampang sama badan, mah lewat."

Nadeo mendadak diam, tapi tatapannya gak lepas dari Lyodra. Ada sesuatu di balik cara dia memperhatikan bulu mata, rambut, sampai gerak tangannya. Semakin lama, fantasi anehnya makin jadi.

Lyodra sadar diperhatiin, keningnya berkerut. Ia menepuk lengan Nadeo.

"Kenapa liatin gue kayak gitu? Ada yang salah ya?"

"Ah, enggak. Lo cantik banget, Ly. Kayak biasa."

Lyodra ketawa hambar, sambil geleng kepala. "Apaan sih lo, gak jelas. Udah ah, gue mau keluar bentar."

--✿✿✿--

D

i depan kantor, Kenziro sudah menunggu. Hari itu ia sengaja menjemput lebih awal karena ada acara keluarga. Setelah selesai, mereka pulang berdua. Di dalam mobil, Lyodra terlihat santai, bersandar di kursi dengan wajah tenang.

"Aku mau ambil cuti sebulan," ucapnya tiba-tiba. “Udah izin sama yang lain, mereka kasih alasan kesehatan."

Kenziro langsung melirik heran. "Kamu sakit, sayang?"

"Enggak." Lyodra tersenyum tipis. "Aku cuma mau mempercantik diri."

Kenziro mengernyit. "Oplas? Jangan. Kamu udah cantik, natural gitu."

"Bukan," Lyodra menunduk, jemarinya menyentuh dadanya sendiri. "Aku mau besarin dada. Biar kamu makin sayang."

Seketika Kenziro menginjak rem mendadak sampai mobil sedikit menghentak. "Apa?!"

"Iya." Tatap Lyodra serius, tangannya masih bertahan di dada. "Liat nih, jelek banget. Gak ada yang bisa dipegang, selain hikmahnya aja."

"Bisa, sayang! Udah pas di tangan aku." Kenziro mendekat, suaranya dalam. "Kalau kamu gak percaya, nih." Tangannya terulur, meremas lembut dadanya sekilas, membuat Lyodra terperangah. "Udah pas, sayang. Udah. Kamu beneran insecure gara-gara perempuan aneh itu?"

Lyodra menahan napas. "Aneh gimana? Bukannya itu emang tipe kamu, ya?"

Kenziro menatapnya tajam, nyaris tak percaya. "Bukan! Kata siapa? Tipe aku kan kamu. Kalau kamu bukan tipe aku, ngapain aku nikahin kamu? Ngapain aku masih mau ribut sama kamu soal hal-hal sepele? Sekecil apapun, kalo tentang kamu, aku selalu notice."

Lyodra menggigit bibir. "Ya bisa aja kamu sama aku karena udah terlanjur lama."

Kenziro menunduk, menatapnya lebih dalam. Suaranya bergetar. "Bukan terlanjur lama. Tapi karena rasanya masih sama, Lyodra Isabelle Wiranata. Aku cinta sama kamu. Cinta segede ini, gak keliatan ya?" Tangannya sempat menekan dadanya sendiri yang berdegup kencang. "Serius, Ly. Sekarang kamu liat siapa selain aku?"

Mata Lyodra basah, campur bingung dan takut. "Ya… bisa aja aku gak tau."

Kenziro mendesah berat, lalu menjalankan mobil pelan. "Tepis semua pikiran buruk kamu. Jangan sampai kamu capek sama isi kepala sendiri."

Hening di mobil hanya berisi suara napas keduanya yang berat.

Di lampu merah, Kenziro menoleh lagi, memijat pelipis. "Kesalahan apa yang bikin kamu overthinking terus sama aku? Bilang, sayang."

Lyodra cepat-cepat menggeleng. "Gak ada. Sama sekali enggak. Ini sepenuhnya keinginan aku. Bukan karena orang lain."

"Bohong." Kenziro menatapnya tajam. "Dari dulu kamu gak pernah ribet soal beginian. Yang kamu pengen cuma tubuh sehat, otak cerdas, bukan sekadar dipandang cantik karena badan. Bukannya itu yang mama kamu selalu bilang ke kamu?"

Kenziro menekan pedal gas lagi, matanya tak lepas dari jalan, tapi tangannya tak berhenti merangkul Lyodra.

"Aku gak mau rasa insecure kamu bikin kamu berubah jadi orang lain. Tapi kalau itu beneran dari hati kamu, cuma mau nyenengin diri sendiri… ya aku izinin," ucapnya pelan.

Sudut bibir Lyodra naik, matanya berbinar. Ia mendekap Kenziro erat, mencium pipinya berkali-kali, sengaja pakai lipstik yang gak tahan air, lalu licin menciumi lehernya. Tangannya menjelajah sampai ke bajunya. "Makasih, sayang!"

Jantung Kenziro berdegup kencang. "Iya, sayangku," gumamnya, sambil mengelus kepala Lyodra dan menurunkan ciuman demi ciuman. "Jangan telan bulat-bulat nasihat orang, ya?"

"Besok aku ke klinik, kamu gak bisa nemenin gapapa. Aku bisa sendiri," kata Lyodra manja.

Kenziro mengingat jadwal besok, lalu mengangguk mantap. "Aku temenin, sayang."

Lyodra mengangkat tangan, mengelus rahang Kenziro yang mulai ditumbuhi rambut halus. "Sebagai hadiah, aku mau kamu."

"What?"

Tangan Lyodra turun, mengusap paha bagian dalam Kenziro sebentar. Ia membuka kancing kemejanya, telunjuknya menari lembut di perut pria itu. "Mau ya?"

"Kemarin udah, sayang… nanti dikit aku seret," jawab Kenziro sambil tersenyum setengah menahan godaan.

"Hehe, minum air dulu, nanti kita beli," goda Lyodra, telunjuknya tetap menari di gundukan suaminya, membuat Kenziro hanya bisa mendesis lembut.

"Aduh, sayang… ini masih di jalan, nanti di rumah aja ya," pinta Kenziro setengah panik.

Lyodra malah tertawa, centil. "Haha, muka kamu sampe merah nahan gitu. Kalau aku keluarin sekarang, gak seru. Rasain dulu kan, sesek sendiri."

Saat mobil berhenti di parkiran rumah, Kenziro langsung menggendongnya keluar. "Kamu, ya… bener-bener menantang aku," katanya sambil menatap Lyodra.

Lyodra melingkarkan tangan di leher Kenziro, mencium pelan pipinya. "Ya gapapa… nyenengin kita kan."

1
douwataxx
Seru banget nih cerita, aku gk bisa berhenti baca! 💥
Ann Rhea: makasihh, stay terus yaa
total 1 replies
menhera Chan
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
Ann Rhea: wahh selamat menemani waktu luangmu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!