"Aku insecure sama kamu. kamu itu sempurna banget sampai-sampai aku bingung gimana caranya supaya bisa jadi imam yang baik buat kamu."
~Alvanza Utama Raja
🍃🍃🍃
Ketika air dan minyak dipersatukan, hasilnya pasti menolak keduanya bersatu. Seperti Alvan dan Ana, jika keduanya dipersatukan, hasilnya pasti berbeda dan tidak sesuai harapan. Karena yang satu awam dan yang satu tengah mendalami agamanya.
Namun, masih ada air sabun yang menyatukan air dan minyak untuk bisa disatukan. Begitu juga dengan Alvan dan Ana, jika Allah menghendaki keduanya bersatu, orang lain bisa apa?
🍃🍃🍃
"Jika kamu bersyukur mendapatkan Ana, berarti Ana yang harus sabar menghadapi kamu. Sebab, Allah menyatukan dua insan yang berbeda dan saling melengkapi."
~Aranaima Salsabilla
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aufalifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bibit unggul alvan
BRUK!!
Dalam hati, Alvan berkali-kali mengucap syukur karena masih diberi kesempatan hidup. Disisi lain ia juga memohon agar tidak ada cidera yang menyebabkan dirinya lumpuh. Ia takut lumpuh, takut jika tidak bisa membahagiakan anak dan istri. Dan berakhir ia ditinggal istri.
Saat Alvan mau bangkit, tubuhnya sangat remuk seakan habis diajar massal. Tulangnya serasa bengkok dan patah.
"Akhirnya!" ringisnya tak kuasa berdiri.
"Woy! Maling!" Teriakan yang membuat Alvan tegang, takut kalau ia akan di pukul habis-habisan karena ketauan maling.
Dan benar, pemilik rumah itu berjalan menghampiri Alvan dengan balok yang siap melayangkan nyawa Alvan detik itu juga.
"Ampun pak! Ini Alvan, tetangga sebelah!
Pemilik rumah itu langsung baloknya dan segera membantu Alvan berdiri di sela-sela pinggang yang encok.
"Kok bisa ada dihalaman rumah saya, nak? Masuk lewat mana?" tanya lelaki berumur itu
"Manjat tembok, pak. Istri saya ngidam pengen beton, minta izinnya pak. Tadi mau izin tapi takut ganggu, jadinya langsung manjat."
"Iya, nak. Yasudah ayo bapak bantu sampai rumah."
Masuk kedalam rumah, bi Minah langsung memberi tahu Ana kalau Alvan pulang dalam keadaan pincang. Bi asih membantu tuannya yang menenteng buah nangka. Sedangkan bi Iyem langsung memanggil tukang urut yang nantinya akan mengurut Alvan.
"Sayang." panggilnya cengar-cengir sambil menunjukkan kalau dirinya berhasil mendapatkan buah nangka untuk di ambil betonnya. Padahal dirinya setengah mati menahan rasa sakit. Sedangkan semua orang menatap Alvan penuh keheranan.
"Katanya Aa' pincang ya?" Tanya Ana dengan mata berkaca-kaca hampir menangis. Ia segera berlari kecil menghampiri suaminya.
Alvan merentangkan tangannya tanda menyambut istrinya. Sedangkan Ana langsung memeluk suaminya erat, membuat sang empu sedikit mendesah menahan rasa sakit.
"Aa' kesakitan ya?"
"Ngga kok. Ya tadi cuma jatuh kepleset. Aa' kan tahan banting, yang." balas Alvan tak mau membuat istrinya sedih
Bapak tetangga sebelah itu langsung berpamit pulang. Disusul seseorang bertubuh gempal, berkumis dan berjenggot tebal. Membuat Alvan langsung bersembunyi di belakang Ana dengan menahan kakinya yang pincang.
"Benar ini rumahnya pak Alvan?" tanya lelaki itu dengan suara beratnya, membuat Alvan semakin tegang dan takut.
Lain dengan bi Iyem yang langsung menghampiri lelaki mengerikan itu. "Iya, benar. Tuan saya habis jatuh dari pohon nangka. Tubuhnya sangat remuk, takut kalau tulangnya bergeser."
Alvan mendekat hendak membisikkan sesuatu di telinga Ana. "Tolong bilangin Aa' ngga mau diurut. Biar Aa' dipijit kamu aja, yang."
Ana tersenyum manis ke arah tukang urut itu. "Kalau gitu langsung diurut aja, pak. Saya siapin tikarnya dulu."
Mati dah gue. Batin Alvan pasrah
Ana berjalan menuntun Alvan untuk tidur tengkurap di tikar yang sudah disiapkan oleh bi Asih. Membantu melepas kaos dan hanya menyisakan celana selutut.
"Yang, tapi nanti janji lho ke dokter. Aa' pengen liat perkembangan bayi kita."
"Iya."
Kretek!
Kretek!
Kretek!
Akh!
🍃🍃🍃
Alvan tak berhenti senyum melihat bibit unggulnya yang ada di rahim Ana. Di layar USG, Alvan melihat dengan jelas kalau di perut Ana tidak hanya hanya ada satu bayi melainkan dua bayi kembar yang nantinya akan lahir di dunia.
Lihat kan, sayang. Di perut kamu ada dua anak kembar." Ujar Alvan dengan mengelus punggung tangan Ana
"Iya A' ada dua."
"Siapa dulu dong sumber bibitnya. Aa' gitu lho kok dilawan." balas Alvan terlihat bangga pada diri sendiri
Dokter Salma menggelengkan kepala dengan senyum manis melihat pemandangan harmonis didepannya.
"Semoga sesuai harapan Aa' ya, yang."
"Maksudnya?"
"Anak pertama udah ada Rey. Bayi kembar cewek cowok, kembar cowok-cowok, kembar cewek-cewek dan terakhir ditutup dengan anak cewek." balas Alvan begitu antusias jika masalah anak
"Kebanyakan itu A'. Ngga kasian apa sama Ana yang terus gendong perut berisi?"
"Banyak anak banyak rezeki, sayang."
"Tapi ngga gitu juga dong A'."
"Sudah debat kecilnya? Kalau sudah langsung ke ruangan saya, ya." Ujar dokter Salma yang setelah itu langsung keluar meninggalkan mereka berdua
Ana merasa sangat malu pada dokter Salma. Ia segera turun dan berjalan mendahului Alvan menuju ruangan dokter Salma.
Kedua sepasang kekasih itu mengangguk paham setelah mendengar penjelasan dari dokter Salma. Sama seperti konsultasi tiap bulan, dokter Salma akan selalu memberikan susu ibu hamil dan vitamin ibu hamil secara gratis.
"Yasudah, kalau begitu saya mau langsung pamit. Terima kasih dokter Salma, assalamualaikum ."
"Waalaikumsalam."
Keluar dari ruangan, seperti biasa Alvan akan selalu menggendong Ana ketika menuruni tangga sampai masuk kedalam mobil.
"Kalau dari USG anak kita nanti kembar cowok cewek. Habis ini kita rundingan buat kasih nama, ya. Sekalian juga deh buat persiapan untuk anak selanjutnya." ujar Alvan
"Terserah." Balas Ana pasrah
"Berhubung bibit unggul. Aa' mau kasih nama, nantinya nama depan tetap harus ada Al." Alvan nampak berpikir. "Alvarez sama Alvira ya."
🍃🍃🍃
Kandungan di usia sembilan bulan, Alvan terpaksa cuti kerja karena harus menemani sang istri sampai datangnya kelahiran nanti. Alvan terus memaksa istrinya itu untuk istirahat karena Alvan tidak tega ketika melihat istrinya itu jalan kesana kemari dengan memegangi perutnya. Sudah begitu Ana juga sering kelelahan.
"Mau ke mana, sayang?" tanya Alvan
"Haus, mau minum." balas Ana
Alvan berjalan ke arah dapur dan mengambil segelas air putih untuk istrinya. Memantunya meminum, Ana sampai dibuat heran dengan sikap suaminya itu yang selalu siap siaga.
Saat Ana hendak berdiri, tiba-tiba perutnya terasa sangat sakit. Alvan langsung meyangga tubuh istrinya yang hampir oleng, ia panik setengah mati.
"Ibu, telepon ibu A'." minta Ana
"Ke rumah sakit sekarang." Alvan berteriak memanggil para asistennya untuk mempersiapkan semua. Kini, semua penghuni rumah ikut panik dan khawatir.
Alvan membawa Ana masuk ke dalam mobil. Meminta salah satu asistennya untuk menemani sampai di rumah sakit. Disisi lain, Alvan juga menghubungi mertuanya untuk hadir menemani Ana yang mau melahirkan.
Sesampainya di rumah sakit tepat menghadap dokter Salma, Ana tiba-tiba pingsan saat dokter Salma menyuntikkan sesuatu. Hal itu membuat Alvan makin panik dan khawatir.
"Dok it-"
"Sabar ya, tidak lama lagi pasien sadar kok." balas dokter Salma terlihat tenang
Da benar, tak lama dari itu Ana membuka mata. Menatap Alvan dengan sorot berkaca-kaca. Alvan mendaratkan kecupan singkat, berusaha menenangkan istri cantiknya itu.
"Tenang, sayang. Aa' di sini, jangan takut ya."ujar Alvan dengan mengelus tangan Ana
"Takut, kalau nanti An-"
"Ssstt, mana yang sakit, hm? Ayo lampiaskan ke Aa'." sahut Alvan pelan. Ia tak tahu harus dengan cara apa supaya istrinya tenang.
Dokter Salma langsung mempersiapkan semuanya, dokter cantik itu menghampiri Ana bersama suster untuk membantu persalinan. Dokter Salma kembali mengecek dan masih belum ada tanda-tanda Ana akan melahirkan.
"Ayo nak, taril nafas lalu perlahan keluarkan." ujar doktr Salma mengintruksi
Ana mengangguk patuh dan langsung melakukan apa yang di intruksikan dokter Salma. Sedangkan Alvan terus membisikkan kata semangat dengan sesekali mengusap keringat dan air mata istrinya yang menetes.
"Tarik nafas lagi nak lalu keluarkan."
Ana berteriak keras tanpa peduli kalau tenaganya habis. Suara tangisan bayi terdengar jelas di telinga Ana, ia tersenyum bahagia mendengar tangis bayi yang selama ini ia nanti-nanti.
Dokter Salma segera menyerahkan bayi itu kepada suster. Karena masih ada satu bayi lagi yang harus ia bantu keluar dari perut Ana.
Ana menggeleng pelan dengan tangis kecilnya. "Ana udah enggak kuat."
"Kamu kuat, kamu hebat sayang. Ayo berjuang sekali lagi, demi anak dan keluarga kecil kita." ujar Alvan terus menyemangati Ana
Dokter Salma kembali menginstruksi Ana untuk tetap rileks sebelum melahirkan bayi kedua. Dirasa sudah waktunya, dokter Salma mulai menginstruksi Ana. Sedangkan Alvan dibuat tangis melihat istrinya berjuang untuk melahirkan buah hati melihat dunia.
Alvan tersenyum penuh haru begitu melihat kedua anaknya lahir normal dalam keadaan selamat. Ia segera memeluk istrinya penuh bangga. Namun, ketika melihat istrinya menutup mata, Alvan panik dan takut kalau pikiran negatifnya benar terjadi.
"Sayang!"
🍃🍃🍃
Setelah azan dan iqamah ditelinga si kembar, Alvan membawa kedua anaknya itu menghadap sang istri yang belum sadarkan diri.
Salah satu bayi itu diambil alih Ida dan Ahmad. "Masya Allah, sehat-sehat ya cucu eyang." Ida kembali menatap menantunya. "Sudah siapkan nama, nak?"
Alvan mengangguk. "Ada, bu. Insyaallah namanya nanti Alvarez sama Alvira." balasnya
Tak lama dari itu, Ana bangun dan mendapati anak kembarnya di sebelah kanan dan kirinya. Senyum manis itu terbit dan membuat hati Alvan menghangat.
"Ada yang masih sakit, sayang?" tanya Alvan dengan sesekali mengecup singkat kening dan bibir Ana. Ana membalasnya dengan gelengan kepala.
"Terima kasih sayang, terima kasih. Kamu sudah mau berjuang melawan rasa sakit demi lahirnya Alvarez dan Alvira." Alvan tak berhenti mengecupi kening Ana dan tak berhenti mengucap syukur.
Mendapat panggilan dari dokter Salma, Alvan segera berpamit untuk pergi ke ruangan dokter Salma. Masuk ke dalam, Alvan langsung duduk berhadapan dengan dokter Salma.
"Ini semua data kelahiran putra dan putri pak Alvan. Selamat menjadi ayah yang terbaik untuk anak-anaknya." ujar dokter Salma menyodorkan map ke arah Alvan dan berakhir berjabatan tangan.
"Saya mengucapkan banyak terima kasih, Bu dokter." balas Alvan tak kalah ramah
"Setelah masa nifasnya ibu Ana, dalam waktu empat puluh hari ke depan, jangan melakukan hubungan dulu ya." terang dokter Salma tak lagi menyebut Nak, Karena seorang Alvan akan menjadi seorang ayah.
Dokter Salma menyodorkan paper bag ke arah Alvan dalam bentuk hadiah atas kelahiran Alvarez dan Alvira. Denga senang hati Alvan menerima pemberian Dokter Salma.
Alvan segera berpamit namun sebelum itu Alvan meminta izin pada dokter Salma. "Bu dokter, apakah istri saya bisa langsung dibawa pulang?" tanya Alvan
"Boleh jika ibu Ana keadaannya cukup membaik." balas dokter Salma tak kalah ramah
"Terima kasih, dok." Alvan segera keluar dari ruangan dokter Salma dan kembali ke ruangan istrinya
Alva menghampiri Ana dengan menunjukkan paper bag dari dokter Salma. "Buat kamu, sayang. Dari dokter Salma."
Ana tersenyum manis mendapati Alvan yang terlihat sangat bahagia. "Ana kapan boleh pulang?"
"Kalau keadaan kamu sudah cukup membaik."
"Udah membaik kok, pulang sekarang ya."
"Cucu-cucu ibu biar ibu sama abah, kalian duluan saja."