Super MOM

Di dalam mobil Tari diam, pikiran nya seolah kosong, sedangkan wanita di balik kemudi juga diam, Ia mengemudi mobil muter muter.

Pov Maudy.

Hari ini aku sedang terpuruk, pulang dari pemakaman atas meninggalnya suami ku tersayang karena penyakit gagal ginjal yang Ia derita. Aku merasa bahwa hidup ku saat ini adalah yang paling menyedihkan di banding orang lain hingga seorang gadis menabrakan diri di mobil yang aku parkirkan di pinggir jalan.

Kondisinya sangat menyedihkan, dengan luka lebam di wajahnya. Ia nampak ketakutan dan mengedor gedor pintu mobil, meminta tolong di bawa pergi dari sana.

Aku mengijinkan Ia membuka pintu dan masuk, melihatnya aku merasa nasibnya lebih buruk dari aku. Aku memberanikan bertanya kemana Ia akan pergi, Ia mengatakan sebuah alamat dan aku pun mengantarkannya ke alamat yang Ia sebutkan. Aku pikir dia akan menemukan keluarga nya tetapi ternyata tidak, Ia menghubungi seseorang dan menanyakan nama seseorang yang seperti nya aku kenal. Ia membuang SIMcard nya setelah menelpon, aku yakin pasti gadis itu punya masalah besar jadi aku membawanya untuk muter muter kompleks karena aku juga tidak tahu harus membawanya kemana.

...----------------...

Wanita di balik kemudi akhirnya memperkenalkan diri.

" Hai, nama ku Maudy, boleh tahu siapa namamu "

Tari hanya diam saja membuat Maudy bingung harus berbuat apa.

" Hhm ~ sekarang kamu mau kemana lagi, biar aku antar "

Tari mengangkat wajahnya pelan, Maudy terkejut melihat kondisi Tari yang sangat memprihatinkan.

" Bisakah Anda mengantarkan aku ke bandara " Tanya Tari

Tanpa menjawab Maudy langsung mengemudikan mobil dengan cepat, butuh waktu dua puluh menit mereka tiba di tempat itu.

Tari segera berlari kencang mencari keberadaan Axel, Ia bertanya jam keberangkatan pesawat yang akan di tumpangi Axel dan ternyata belum. Ia segera berlari, langkahnya melambat setelah melihat orang yang Ia cari.

Senyum mereka di bibir Pria yang sampai saat ini sangat Ia kagumi, baru akan memanggil namanya seseorang lebih dulu menarik tangannya menjauh.

" Hei, anda siapa " Tanya Tari pada seseorang yang memakai tutup kepala dan masker hingga tidak nampak dengan jelas wajahnya.

" Jangan pernah ganggu dia, biarkan dia bahagia mengejar semua cita citanya "

Tari menatap Axel dan orang itu bergantian.

" Tapi dia harus tahu kalau aku ~

" Jangan bodoh, kamu pikir dia mau bertanggung jawab. Dia bahkan tidak pernah memandang mu, dan apa kamu pikir dengan kabar yang kamu berikan ini bisa Ia terima begitu saja. Pergilah, bukankah kamu mencintainya. "

Tari mengangguk mendapatkan pertanyaan itu, Ya dia memang mencintai Pria itu.

" Kalau begitu biarkan dia bahagia, orang tua nya menginginkan dia menjadi seorang yang sukses, dan jangan kamu rusak kebahagiaan nya itu dengan berita bodoh mu ini "

Tari menatap lurus kedepan melihat Pria yang di kagumi nya sedang tersenyum seolah tidak ada beban apapun.

" Memang siapa ka~

" Mana orang tadi " Gumam Tari mencari keberadaan orang yang tadi berbicara dengannya namun tidak ada.

Tari memejamkan matanya, menghirup udara sebanyak banyak agar mengaliri dadanya yang terasa sesak.

" Apa benar ini bahagia mu Axel, aku mencintaimu untuk saat ini. "

Lama Tari terdiam mengatur emosi nya yang tidak stabil.

" Pergilah Axel, kejarlah kebahagiaan. Mulai detik ini aku memilih Mengalah, aku tidak akan mengejarmu lagi di masa akan datang. Tidak akan ada lagi cinta untuk mu, aku akan membesarkan anak kita dengan baik. Kamu tidak usah khawatir, demi kebahagiaan mu aku akan memastikan anakku bahagia walau tanpa kamu di hidup kami, biarlah dia tidak tahu siapa kamu sebenernya. Selamat tinggal "

Air mata Tari jatuh seiring pesawat lepas landas membawa Axel dan seluruh kebahagiaannya.

Tari kembali ke parkiran, Ia sudah putuskan mulai saat ini Ia akan mengikuti kemana kakinya melangkah membawanya pergi. Ia harus bisa berdiri di atas kakinya sendiri.

" Hei, mau kemana " Maudy menarik pelan tangan Tari karena Tari melewati mobil Maudy begitu saja.

Tari melihat lengannya yang di sentuh wanita yang sejak tadi bersamanya.

" Siapa kamu " Tanya Tari.

Tatapannya tampak kosong karena pikiran nya melayang kemana-mana.

" Maudy, namaku Maudy " Maudy tersenyum dan kembali menyebut namanya.

" Oh " Hanya itu yang keluar dari bibir Tari, sedangkan Maudy yang melihat reaksi Tari tetap tersenyum dan mengangguk.

" Ya " di sertai anggukan.

" Sekarang kamu mau kemana, bagaimana kalau kamu ikut aku. Aku punya beberapa rumah kontrakan, atau aku juga punya rumah, mungkin bisa untuk kamu tinggal " Maudy berucap pelan seraya memperhatikan raut wajah Tari.

Tari yang punya trauma selama ini tidak bisa percaya dengan orang lain dengan mudah.

" Anda, memangnya Anda pikir Anda siapa. Aku bahkan tidak kenal dengan mu "

Maudy tetap tersenyum, dia tidak tersinggung sama sekali dengan ucapan Tari.

" Untuk itulah sekarang kita kenalan, namaku Maudy dan kamu "

Tari tidak mempedulikan ucapan Maudy, mulai hari ini Ia harus waspada pada orang lain yang nampak baik di luar tapi belum tentu dalam nya.

" Terimakasih atas bantuannya tadi tapi maaf aku harus pergi "

Maudy tidak bisa memaksakan kehendaknya, Ia biarkan Tari melangkah seorang diri di siang bolong.

" Anak yang unik, keras kepala tapi baik hati. Seperti nya masalahnya sangat berat, semoga kamu selalu dalam lindungan yang maha kuasa Nak " Gumam Maudy.

Tari melihat brilink, Ia bermaksud menarik semua uang yang Ia punya sebelum Ibunya itu membekukan ATM miliknya.

" Tiga puluh tujuh juta tujuh ratus ribu rupiah " Gumam Tari membaca nominal saldo yang Ia punya.

Tari menarik semua isinya, untuk modal Ia hidup berdua sangat buah hati.

" Alhamdulillah, Ibu belum membekukan kartu rekening ku. Uang ini mungkin tidak akan cukup untuk kita sampai kamu keluar Nak. Tenang sayang, Mama akan bekerja agar cukup untuk membiayai hidup kita berdua. "

Tari memutar mutar mencari kontrakan yang cocok untuk nya, sudah banyak yang Ia masukin namun belum ada satu pun yang cocok.

Ada yang murah tapi pasilitas nya kurang baik, apalagi sekarang Ia sedang hamil, Ia harus memikirkan kondisinya.

Ada yang ramai dan itu tidak bagus untuk kondisinya saat ini, Ia akan jadi bulan bulanan Ibu Ibu tukang gosip. Hingga Ia sampai pada rumah kontrakan yang Ia inginkan.

" Berapa harganya Bu " Tanya Tari.

" Satu juta perbulan Mbak, Mbak mau ambil berapa bulan "

Tari berpikir, setelah ini Ia harus secepatnya mencari pekerjaan. Ia juga harus berhemat untuk biaya melahirkan nanti.

" Baiklah Bu, saya ambil tiga bulan dulu dan ini uangnya saya bayar ces saja "

Ia merogoh tasnya dan memberikan uang ratusan rupiah sebanyak tiga puluh lembar.