Aku Bukan Wanita Murahan

Meeting sudah berjalan selama satu jam, mereka terus melaporkan pembebasan lahan yang tertunda. Zionel hanya mendengarkan sambil mengetukkan penanya diatas meja. Salah satu staf menyerahkan laporannya pada Zionel, seketika pria itu membuka berkasnya dan membacanya dengan teliti.

"Apa kalian sudah mengatur pertemuan dengan pemilik lahan?" tanya Zionel.

"Sudah pak, kami berjanji akan memberikan jawaban pada mereka lusa." jawab pak Kean manager perusahaan cabang.

"Bawa mereka kemari lusa, aku yang akan langsung berbicara." ujar Zionel.

"Tapi pak, tak pantas anda turun langsung menghadapi mereka." kata pak Kean.

Zionel menatap Kean. "Untuk apa aku datang jauh jauh dari kota D jika bukan ingin turun langsung menangani masalah ini?"

"Pak Kean tenang saja, aku akan menemani pak Zio." sahut Alex.

Pak Kean merasa ia tak bisa menangani perusahaan dengan baik. "Maaf pak, seharusnya..."

"Rapat selesai, kalian boleh keluar kecuali pak Kean." potong Zionel.

Mereka pun mengangguk seraya keluar dari ruang rapat. Alex juga ikut keluar, hanya ada pak Kean dan Zionel di ruang rapat. Zionel beranjak dari tempat duduknya. Ia melangkahkan kakinya menuju jendela.

"Sudah berapa lama anda bekerja padaku?" tanya Zionel.

"Tujuh tahun pak." jawab pak Kean.

Zionel membalikkan tubuhnya lalu menatap pak Kean lagi. Pak Kean segera menundukkan kepalanya setelah mendapatkan tatapan dari atasannya itu.

"Apa gaji anda sebagai seorang manager masih kurang pak Kean?"

"Ma...ma...maksud anda a...apa pak." jawab pria itu tergagap.

Zionel mendekati meja rapat lalu membuka laptopnya. Ia menunjukkan laptopnya pada pak Kean.

"Lihatlah apa yang aku temukan." perintah Zionel.

Dengan ketakutan pak Kean melihat laptop Zionel. Matanya terbelalak, wajahnya memucat seketika.

"I...i...ini...pak Zio ii iini tidak benar pak."

Zionel menarik sudut bibirnya. "Apa kau tahu kenapa aku hanya ingin berbicara berdua saja dengan anda?"

Pak Kean menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Karena aku masih menghargai anda sebagai karyawan lama di PT. Raya Cruise Kontruksi. Tapi mengapa anda mengkhianati kepercayaan keluarga Cruise, anda melakukan korupsi dan memprovokasi warga. Aku tanya sekali lagi, apakah gaji anda sebagai manager disini kurang?" tanya Zionel lagi dengan suaranya yang dingin.

Pak Kean seketika berlutut di depan Zionel, air matanya tumpah. "ampuni kesalahanku pak."

"Walaupun aku jarang ke perusahaan cabang, bukan berarti kalian semua bebas melakukan apapun di belakangku. Aku dan staf pusat selalu melihat apa yang kalian lakukan. Ya Tuhan pak Kean, aku sungguh sungguh kecewa." Zionel menghela nafasnya. "Urus pesangon anda selama 7 tahun, aku tidak ingin melihat anda lagi berada di perusahaan. Itu pilihan terbaik sebelum aku berubah pikiran dan memasukkan anda ke dalam penjara." sambungnya.

"Tolong pak Zio jangan pecat aku, aku sudah semakin tua, mana mungkin bisa mencari pekerjaan lain. Tolong pak Zio ampuni aku." pinta pak Kean sambil menangis.

Zionel merapatkan giginya menahan emosinya. "Lex...!!!" panggilnya.

Seketika Alex masuk ke dalam ruangan karena sejak tadi menunggu di depan pintu.

"Iya pak." jawab Alex.

"Aku sudah mengatakan apa yang ingin aku katakan, sisanya urus sampai selesai." ujar Zionel.

"Baik pak." kata Alex lagi.

"Pak Zio... Tolong pak..." ujar pak Kean namun Alex segera menahan pria itu yang ingin mengejar Zionel.

Zionel segera melangkahkan kakinya keluar ruangan. Inti dari permasalahan ini sudah ia bereskan. Sekertaris perusahaan cabang sudah menunggunya di luar ruangan. Wanita itu segera membawa Zionel ke ruangannya yang bertahun-tahun ia tinggalkan. Tapi ruangan itu tentu saja masih terawat dengan baik.

"Apa anda membutuhkan sesuatu pak?" tanya Heni setelah sampai di ruangan CEO nya.

"Kau pasti sudah tahu soal pak Kean dari Alex. Bantu Alex menyelesaikan masalah ini lalu berikan aku laporan perusahaan bulan terakhir." jawab Zionel.

"Laporan sudah ada di meja pak Zio, sedangkan urusan pak Kean akan segera diselesaikan juga pak." jawab Heni.

"Kerja bagus Hen, terima kasih. Kau boleh keluar."

"Baik pak." jawab Heni seraya meninggalkan ruangan.

Zionel segera melihat laporan perusahaan di mejanya sambil menunggu kedatangan Alex.

*****

"Van...ada yang ingin bertemu denganmu di ruangan Lili." ujar Huber.

"Hah... siapa pak?" tanya Stevani.

Huber terkekeh. "Siapa lagi kalau bukan putra anggota dewan kota X."

"Bisakah pak Huber mengatakan aku tak masuk kerja." pinta Stevani.

"Sayangnya aku sudah mengatakan kau akan menemuinya." jawab Huber.

"Biar aku saja yang menghadapinya." sahut Angga.

"Apa yang ingin kau hadapi?" tanya Huber.

"Oh ayolah pak Huber, bukankah anda tahu jika pria itu terus memaksa Vani." jawab Angga.

"Ia salah satu tamu penting klub ini. Ia juga memiliki saham disini. Apakah aku harus mengecewakan pria itu?" ujar Huber.

"Tapi pak... Vani..."

"Berhenti kak, aku akan menemuinya." sahut Stevani. "Pak Huber, apa aku harus membawa brandi?" tanyanya.

"Tentu saja, apalagi minuman kesukaannya." kata Huber.

"Kak Angga...!" ujar Stevani.

Angga menghela nafasnya. "Baiklah...tunggu sebentar."

Stevani menunggu Angga menyiapkan brandinya, setelah siap ia pun segera menuju ruangan Lili. Stevani memasuki ruangan VIP tersebut. Disana hanya ada pria itu sendirian.

"Halo mas Dani." sapa Stevani.

Dani mendongak lalu menatap Stevani dari atas hingga bawah. "Kau selalu cantik seperti biasanya, kemarilah." perintahnya.

Stevani mendekatinya lalu meletakkan brandinya di atas meja. "Mengapa anda sendirian?"

"Aku hanya ingin bertemu denganmu. Mendekatlah Van, aku tidak akan memakanmu." ujar Dani.

Dengan ragu Stevani mendekatinya lalu duduk di sampingnya.

"Aku sedang memiliki masalah dengan tunanganku." kata Dani.

Stevani menuangkan brandinya. "Ada apalagi?"

"Van, menikahlah denganku." pinta Dani tiba tiba.

Stevani seketika menumpahkan brandinya. "Oh ya Tuhan, maaf..."

Dani tertawa. "Kau tahu aku sangat menyukaimu. Aku bertunangan tapi atas kehendak orang tuaku. Bagaimana jika kita kawin lari saja?"

"Mengapa mas selalu bercanda hal hal seperti ini?" tanya Stevani.

Dani memegang paha Stevani membuat wanita itu terkejut dan seketika berdiri.

"Mengapa kau tidak menyukaiku Van? Apa kurangnya aku di matamu?" tanya Dani.

"Mas...anda terlalu sempurna untukku. Anda berasal dari keluarga terhormat, anda juga sangat baik dan sudah memiliki tunangan yang cantik dari keluarga yang terhormat juga. Perasaan anda saat ini hanya perasaan sesaat saja karena aku selalu menemani anda setiap kali anda ada masalah." jawab Stevani.

Dani meminum brandinya. "Duduklah Van, kau membuatku seperti orang jahat."

"Aku lebih nyaman berdiri."

"Ayolah Van, kita sudah kenal lama."

Stevani menghela nafasnya, ia kembali duduk tapi sedikit menjauh dari pria itu.

"Aku sama sekali tidak mencintainya, apa yang harus aku lakukan Van? Aku hanya mencintaimu."

Stevani menggigit bibirnya, sudah banyak sekali pria yang menyatakan perasaannya. Tapi entah mengapa Stevani sama sekali tidak tertarik pada mereka. Salah satu pria yang terus mengejarnya adalah pria yang ada di sampingnya saat ini. Dani adalah putra seorang anggota dewan, ia pria manja yang takut pada orang tuanya. Tapi terus menerus mengajak Stevani kawin lari.

Dani menggeser posisi duduknya mendekati Stevani, seketika pria itu menarik tangan Stevani.

"Mas... lepaskan..." pinta Stevani.

Alih alih dilepaskan, Dani justru semakin memegang tangannya dengan erat.

"Lihat aku Van." pinta Dani.

"Aku sejak tadi sudah melihat anda." jawab Stevani.

"Begini saja, aku akan tetap menikah dengan tunanganku. Tapi maukah kau menjadi simpananku? Aku akan membelikan rumah besar untukmu, mobil dan juga merawat adikmu dengan baik. Setiap aku bermasalah dengan istriku, aku akan bersamamu. Mungkin aku akan..."

"Tidak mas." potong Stevani seraya melepaskan tangannya.

"Kenapa tidak...!" bentak Dani.

"Ya Tuhan mas, aku masih bisa menjadi teman curhat anda tapi aku tak bisa..."

Belum selesai Stevani berbicara, pintu ruangan terbuka dengan kasar. Seorang wanita cantik masuk dengan kemarahan yang luar biasa. Wanita itu mendekati Stevani dan menariknya dengan kasar.

"Dasar wanita murahan, apa kau tahu pria ini adalah tunanganku?" bentaknya.

"Ya Tuhan masalah baru lagi." pikir Stevani.

"Maaf nona, aku tahu. Silahkan anda selesaikan masalah anda dengan tunangan anda." jawab Stevani.

Wanita itu mengangkat tangannya untuk menampar Stevani, tapi seketika Dani bangun dan menahan tangannya. Wanita itu terbelalak, ia begitu geram.

"Keluarlah Van...!" perintah Dani.

Stevani menganggukkan kepalanya lalu segera keluar dari ruangan. Ia tak ingin menyaksikan keributan pasangan itu. Ia pun segera kembali ke bar.

*****

Happy Reading All...😘😘😘