Harap bijak dalam membaca!
Felix yang merupakan anak yatim piatu dengan kepribadian yang cuek dan kasar tinggal di Panti Asuhan Helianthus tapi setelah berumur 10 tahun Panti Asuhan tersebut kebakaran dan yang selamat hanya dia seorang dan 2 petugas dapur.
Akhirnya Felix tinggal di Panti Asuhan Arbor bertemu dengan empat orang anak yang seumuran dengannya dan untuk pertama kalinya membuka diri untuk menjalin persahabatan.
Di sekolah barunya 'Gallagher' ada yang menganggap ia adalah pelaku dari kebakaran tersebut, ada juga yang menganggap ia adalah pembawa sial karena hanya dia anak yang berhasil selamat dan membuat orang di dekatnya menderita.
Saat Felix dipenuhi rasa bersalah untung saja ada sahabatnya Cain dan si Kembar 3 yang selalu menemani dan mereka melakukan banyak petualangan bersama.
Tapi tetap saja ia menganggap dirinya tidak beruntung hingga sebuah kekuatan aneh dalam dirinya muncul dan rambut hitamnya mulai berubah sedikit demi sedikit menjadi hijau.
Apakah benar Felix termasuk orang yang tidak beruntung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ittiiiy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.6 - FCT3
Panti Asuhan Arbor memiliki kegiatan tersendiri di hari libur pada pagi hari. Anak-anak di Panti akan dibagi dalam sebuah kelompok kecil dan membantu melakukan pekerjaan di Panti. Seperti memperbaiki hal yang rusak, mengganti yang sudah harus diganti, mengecat dinding yang sudah mulai luntur warnanya, membersihkan dan lain sebagainya, "Kalau kita punya orangtua pasti tidak akan ada peraturan seperti ini di rumah," kata Teo.
"Kalian sedang mengejek aku dan Cain yah, kalian kan punya orangtua."
Cain menyenggol Felix.
Melihat Teo dan Tom langsung terlihat murung akhirnya Tan berbicara, "Anak lain yang beruntung punya orangtua lebih sibuk dari kita pada saat hari liburnya pasti... dan akan terus diomeli tiap hari."
"Beruntungnya kita," Cain dengan merangkul Teo dan Tom.
Setelah jam makan siang mereka bebas melakukan apa saja tetapi bagi anak-anak yang tidur siang akan diberi uang jajan lebih. Luna yang bertugas mengecek.
Tidur siang baik untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan pertumbuhan cepat. Adapula yang tidak mau tidur siang dan lebih memilih bermain tetapi saat besar mereka menyalahkan Petugas Panti karena katanya, mengapa ia tidak dipaksa tidur siang hingga membuat mereka jadi pelupa dan tumbuh pendek.
FCT3 (Felix, Cain, Tan, Teo, Tom) bertugas mengecat dinding. Mereka semua sangat senang menerima tugas itu karena mengecat adalah hal yang paling menyenangkan apalagi jika sampai di zona bebas corat-coret. Disana mereka bisa menggambar sesuka hati mereka. FCT3 bersemangat sekali sampai-sampai baju mereka penuh dengan cat tak diperdulikan.
Teo dan Tom menulis huruf F,C,T dan menggambar pohon.
"Kenapa gambar pohon?" tanya Cain.
"FCT3," jawab mereka berdua.
"Iya kan harusnya gambar angka 3 kenapa malah pohon?"
"Kan three pengucapannya hampir sama dengan tree."
Cain memutar bola matanya.
Setelah makan siang mereka semua berbaring dibawah pohon besar dihalaman belakang. Tan tengkurap untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Teo dan Tom membaca komiknya, sedang Felix dan Cain tidur.
Luna yang dari pintu belakang menunjuk Felix dan Cain dijawab oleh Tan dengan jari O yang menandakan mereka benar tertidur.
***
Hari persiapan untuk perkemahan sekolah membuat seluruh kelas ribut membahas banyak hal. Ada yang menyombongkan tentang apa saja yang akan dia bawa, ada yang ingin menampilkan bakat, dsb.
Felix dan Cain yang bosan mendengarnya, bersamaan menidurkan wajahnya dan tanpa sadar saling berhadapan membuat mereka berdua langsung tertawa.
Tak lama setelah itu Pak Egan masuk diikuti dibelakangnya ada anak perempuan.
"Ada anak pindahan lagi?" kata beberapa anak berbisik.
"Iya ada..." Pak Egan balas berbisik juga dan diikuti tawa oleh anak-anak.
"Perkenalkan nama saya Dea ivory Jagger, semoga kita bisa berteman baik yah."
Anak-anak lain menyambut dengan bertepuk tangan, "Dia anak dari pak gubernur Jagger!" bisik seseorang.
"Wah, ayo kita berteman dengan dia."
"Pak apa saya bisa duduk di dekat Felix, saya temannya dari sekolah yang dulu..."
"Apa tidak apa-apa Cain?"
"Tidak apa-apa Pak," Cain langsung mengambil tasnya dan berdiri.
"Bapak tidak menanyai saya?" Felix meraih tas Cain.
"Bukannya kalian berteman?" tanya Pak Egan.
"Teman? hanya karena kami dari sekolah yang sama bukan berarti kami berteman."
Seisi kelas langsung hening, "Saya bisa duduk dimana saja kok pak," Dea hanya tersenyum polos.
Anak-anak lain berlomba menjadikan Dea sebagai teman duduknya. Waktu makan siang anak-anak mengeluarkan kotak makan siangnya masing-masing. Dea menarik kursinya menuju meja Felix dan Cain.
"Sedang apa kau?!" seru Felix.
Cain yang tidak tahu harus bereaksi bagaimana hanya langsung makan, "Kau ini membuatku malu saja tadi, kita ini kan teman... apa aku salah?" Dea duduk sambil membawa kotak makan siangnya yang bertingkat-tingkat.
"Tenang saja.. aku akan memaafkan mu jika kita makan bersama," Dea membuka kotak makan siangnya yang dipenuhi banyak macam makanan, "Wah, apa aku bisa ikut makan juga?" tanya Cain.
Felix menatapnya dengan tatapan kesal tapi Cain tidak peduli.
"Tentu saja, teman Felix adalah temanku juga," Dea dengan riang.
***
Pulang sekolah Teo dan Tom merangkul Felix dan Cain dari belakang serta Tan yang jauh di belakang melambaikan tangan, "Wah, sekarang Felix punya banyak teman yah," sapa Dea berlari ke arah mereka.
"Siapa?" tanya Teo.
"Anak baru di kelas kami," jawab Cain.
"Ow.. hai, namaku Teo dan ini Tom saudari kembar ku."
"Saudari?" Tom memukul Teo.
"Namaku Dea.. wah, baru kali ini aku bertemu anak kembar."
"Kamu pasti akan terkejut lagi kalau tahu kami ini kembar tiga."
"Kalian kembar tiga?" Dea menutup mulutnya kaget.
"Itu dibelakang yang paling terakhir lahir namanya Tan."
"Aku yang berbaik hati memperbolehkan kalian lahir duluan tahu!" jawab Tan kemudian disusul tawa dari mereka berlima.
Mereka berlima terus berjalan saking asiknya hingga melupakan Dea tertinggal dibelakang.
Didalam Bus, "Kenapa si anak Dea itu tadi, baru kali ini aku melihat Felix se kesal itu dengan seseorang. Walau sebenarnya memang dia selalu kesal," kata Teo.
"Felix kan memang selalu kesal dengan semua orang?" tambah Tom.
Cain mengajak Teo dan Tom untuk tos.
"Entahlah, aku tidak suka saja dengan dia," jawab Felix malas.
Sesampai mereka di halte bus, mereka langsung disambut oleh Luna dengan banyak kantongan dan kardus, "Apa-apaan ini?" Teo menghentikan langkahnya turun dari bus membuat yang di belakangnya protes semua.
"Selamat datang para pekerja ku," sambut Luna.
Akhirnya yang lainnya sadar, "Apa kita berhenti di halte berikutnya saja?" kata Cain.
Setelah diteriaki oleh supir bus nya barulah mereka terpaksa turun semua.
"Kak Luna ada apa ini?"
"Mobil panti rusak jadi kakak pakai bus juga deh."
"Akhirnya rongsokan itu menyerah juga," kata Tom.
"Kakak sendirian?" tanya Cain.
"Tidak, bertiga tapi mereka sudah jalan duluan."
"Jadi ceritanya kami yang jadi tumbal?" Teo duduk memelas.
Akhirnya mereka berjalan pulang dengan membawa masing-masing barang. Entah berapa kali mereka berhenti untuk istirahat dan memeriksa isi dari barang bawaan itu hingga menemukan botol minuman. Felix pun membuka kardus itu dan membagi-bagikannya, "Felix dermawan sekali ya," Luna dengan senyum kecut karena itu adalah minuman kesukaannya yang dibeli sendiri.
Sesampainya mereka di pintu gerbang, Teo dan Tom meneriaki anak-anak untuk keluar membantunya. Tak lama kemudian anak-anak berhamburan keluar dengan riangnya langsung mengambil barang bawaan mereka walau satu barang mereka harus mengangkatnya berdua.
Ada juga si kecil Kiana yang ingin mengangkat kardus yang bahkan lebih besar dari dirinya, "Kiana serius?" Cain meyakinkan.
"Kiana bisa," jawabnya dengan mantap.
Tapi setelah beberapa langkah ia berhenti dan menaruh kardusnya, "Kenapa Kiana berhenti?" teriak Cain dari belakang sambil tertawa.
"Kiana cuma singgah sebentyar," jawabnya lagi dengan serius.
"Haha imut sekali," kata Teo dan Tom.
Felix pun datang mengangkatnya dari belakang dan menaruh Kiana diatas bahunya sambil kardus itu diatas kepala Felix, ?"Bagaimana kalau begini? Kiana tetap yang bawa kardusnya kan?"
Kiana yang tetap memegang kardusnya dari atas kepala Felix senang.
...-BERSAMBUNG-...
endingnya nanggung banget, belum ada cerita setelah felix jadi caelvita loh >.<
selamat felix