Xera Abilene Johnson gadis cantik yang hidup nya di mulai dari bawah, karena kakak angkat nya menguasai semua harta orang tua nya.
Namun di perjalanan yang menyedihkan ini, Xera bertemu dengan seorang pria dingin yaitu Lucane Jacque Smith yang sejak awal dia
menyukai Xera.
Apakah mereka bisa bersatu?? Dan jika Xera mengetahui latar belakang Lucane akan kah Xera menerima nya atau malah menjadi bagian dari Lucane??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky Handayani Sr., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Di ruang VIP klub malam paling prestisius di kota itu, Lucane duduk santai bersama Juan, Max, dan Domanic. Namun meski suasana malam terasa hidup, topik obrolan mereka tetap mengarah pada kejadian beberapa hari yang lalu penyerangan yang hampir merenggut nyawa Lucane.
"Kenapa kau bisa selemah itu kemaren, sudah kami katakan jangan pulang sendiri," ujar Max sambil meneguk minumannya.
"Kalau tidak ada cewek itu siapa namanya? Xera?" Lanjut Domanic
Juan tertawa kecil, menyikut bahu Lucane. "Lucane tidak mungkin lupa nama itu, Max. Dan kalian harus liat gimana dia langsung terima Xera kerja di kantor, padahal pelamar lain masih ada sepuluh orang di luar!" Kekeh Juan
"Wah jadi sekarang gadis itu sudah kerja di kantor mu" tanya Domanic
Lucane tersenyum tipis, menatap gelasnya.
"Dia nyelamatin aku. Gimana bisa aku nolak dia?" Jawab nya santai
"Tapi dia bahkan tidak ingat dengan kau" sela Juan.
Mendengar itu Max dan Domanic langsung tertawa
"Wah Benarkah, dia tidak mengenali mu bung. Sungguh di luar prediksi" kekeh Max
"Ya bisa jadi karena kau berdarah darah waktu itu jadi dia tidak mengenali mu sampai sekarang" Lanjut Domanic terkekeh
Lucane menatap Domanic sejenak, lalu menoleh ke Juan.
"Kau yang nerima dia masuk, kan?"
Juan mengangkat bahu.
"Dia melamar pekerjaan. setelah aku melihat CV nya dia cukup pintar dan nilainya sangat bagus. Tapi aku tidak menyangka jika itu wanita yang bos kita cari" jelas Juan
Max terkekeh. "Aku rasa bos kita ini jatuh cinta sama penolongnya."
Lucane membalas dengan senyum dingin. "Kalau aku jatuh cinta, kalian pasti orang terakhir yang aku kasih tahu."
Semua orang tertawa mendengar itu.
"Tapi kau harus hati hati bagaimana jika Vivian kembali dia pasti akan marah jika tahu kau mencintai wanita lain" ejek Max
"Ck!! Diam lah aku tidak ingin membahas nya" jawab Lucane dingin
"Kau harus menjaga bos kita dari ulat bulu itu Juan" ucap Domanic tersenyum
"Baiklah" jawab Juan santai.
"Lalu bagiaman dengan rencana penyerangan itu" ucap lucane tiba tiba
"Ah kami sudah mengatur nya, kita harus menunggu bos mereka di lokasi agar kita bisa langsung membereskan nya" jawab Max
"Baiklah, jika pria itu kembali langsung saja kita serang" jawab Lucane
Mereka pun mengangguk setuju karena Max dan Domanic sedang memantau.
* * * *
Sudah seminggu sejak presentasi di Davinci Group. Nama Xera mulai terdengar di kalangan manajemen atas. Dia memang masi cukup baru menjadi Sekretaris Lucane, tapi faktanya dia sudah mulai dilibatkan dalam agenda-agenda penting Lucane.
Dan itu membuat Mirre panas.
“Dia pikir dia siapa?” geram Mirre pada rekan sekutunya Clara wanita yang dulu menjatuhkan kertas Xera di koridor.
“Baru juga masuk, langsung sok ahli. Dia perlu pelajaran.” geram Mirre
Clara tertawa kecil. “Dan aku tahu cara yang pas.”
Setelah mengatakan itu tentu saja mereka langsung tertawa dan membuat Mirre setuju dengan ide Clara.
* * * *
Suatu pagi, Xera menerima tugas dari Lucane untuk menyusun laporan ringkasan tender yang sedang dikaji untuk divisi energi. Data mentahnya dikirim lewat sistem internal, lewat akses server khusus. Xera mengerjakan dengan hati-hati, seperti biasa.
Yang tidak dia sadari file yang dikirim kepadanya telah dimodifikasi.
Dan orang yang melakukannya adalah Mirre, yang diam-diam menyusup lewat akun staf junior di timnya.
Laporan yang Xera serahkan ke Lucane berisi data yang salah dan cukup fatal.
Sore itu, Xera dipanggil ke ruang CEO.
Lucane duduk di kursinya, wajahnya dingin. Tapi bukan dingin biasa ada ketegangan di sana.
“Ini laporan yang kau kirim?” tanyanya, sambil menunjuk layar laptopnya.
Xera maju, melihat datanya. Dia langsung menyadari ada tabel yang tidak sesuai dengan versi yang dia simpan.
“Ini ini bukan file yang saya susun, tuan,” ucapnya cepat, berusaha tenang.
Lucane menatapnya dalam diam, lalu memutar layar monitornya ke arahnya. “Aku tidak suka permainan, Xera.”
Xera menahan napas.
“Saya bersumpah, saya tidak pernah mengubah angka ini. Saya rasa ada yang—”
Lucane memotong. “Sudah.”
Suasana ruangan membeku.
Lucane menutup file itu, lalu berkata pelan.
“Kau bisa pergi.”
Xera melangkah keluar, hancur. Tapi di lorong, dia tidak menangis. Dia tahu seseorang sedang mencoba menjatuhkannya. Dan dia akan cari tahu siapa.
Setelah Xera pergi Lucane pun memanggil Juan.
"Ada apa tuan" jawab Juan
Lucane berdiri di depan jendela besar menatap sibuk nya kota dari atas.
"Kau lihat itu" ucap Lucane tanpa memalingkan wajah nya.
Juan pun melihat semua yang ada di layar komputer nya.
"Apa ini kerjaan Xera?? Tapi tidak mungkin dia seceroboh ini" Ucap Juan
"Apa kau yakin dia tidak ceroboh" tanya Lucane
"Tentu saja, aku melihat nya tadi mengerjakan ini dengan sangat hati hati dan fokus" jawab Juan
"Cari tahu siapa yang melakukan itu" ucap Lucane dingin
* * * *
Dua hari berikutnya, Xera datang lebih pagi dari siapa pun. Dia mengakses ulang histori file di sistem internal. Dengan sedikit bantuan dari Emil seorang staf IT yang diam-diam menghormatinya dia menemukan kejanggalan log akses dari akun junior yang tidak seharusnya membuka file tersebut.
“Ini bukan filemu yang bocor. Ini filemu yang diganti,” ujar Emil
Dan pelakunya Jelas disana Akun itu terhubung ke komputer milik Mirre.
Xera tidak langsung membawa temuan itu ke Lucane. Dia menunggu waktu yang tepat.
* * * *
Setelah makan siang Lucane memanggil Xera ke ruangannya lagi, kali ini untuk evaluasi mingguan.
Di sana, Xera meletakkan sebuah flashdisk kecil di mejanya.
“Apa ini?” tanya Lucane.
“Bukti bahwa saya tidak berbohong. Dan siapa yang memanipulasi data tender itu.”jelas Xera percaya diri
Lucane mengangkat alis, lalu menyambungkan flashdisk itu ke laptop. Setelah beberapa klik, dia melihat isi file dan wajahnya perlahan berubah. Tidak marah. Lebih kecewa. Tapi bukan pada Xera.
“Kau menyelidikinya sendiri?” tanya nya
Xera mengangguk. “Saya tidak ingin Anda mengira saya seperti yang mereka katakan.”
Lucane menatapnya lama. Lama sekali.
“Kau tidak perlu membuktikan dirimu seperti ini,” ucapnya, akhirnya.
“Tapi kau melakukannya. Dengan kepala dingin." Lalu Lucane berdiri, mendekat.
“Dan itu... mengesankan.” Lanjut lucane
"Mm terimakasih tuan" ucap Xera gugup
Lalu di sana lucane juga memberikan Evaluasi kepada asisten baru nya ini dengan perasaan yang sulit di artikan.
Sedangkan Xera yang mencoba untuk profesional pun sedikit berfikir tentang bos nya yang kejam seperti berita yang beredar. Tapi dia tidak merasakan hal itu saat ini.
* * * *
Sesampainya di apartemen milik Zee disana Zee merasakan jika sesuatu terjadi pada teman nya.
"Apa yang kau fikirkan" tanya Zee kepada Xera yang duduk melamun di meja makan dengan memegang secangkir Coklat hangat di tangan nya
"Ntah lah, aku rasa sesuatu yang aneh sedang aku rasakan sekarang" ucap nya datar
"Ada apa!! Apa mereka mengganggu mu lagi atau kau di kasarin" tanya Zee kesal
"Tidak Zee, aku baik baik saja ini bukan tentang mereka tapi tentang atasan ku" jawab Xera
"Kenapa, apa kau merasa dia menindas mu. Kalau begitu kau harus sabar bos mu itu sangat dingin semua orang berkata gitu" lanjut Zee
Xera hanya diam membisu, yang dia rasakan jika bos nya ini tidak begitu kapada nya.