Karena hidup dalam kesederhanaan dan nyaris tak punya apa-apa. Alena dan Keluarganya selalu di hina dan tak henti-hentinya di rendahkan oleh keluarga sepupunya yang termasuk orang berada.
Alena semakin di kucilkan ketika gadis itu di ketahui telah menjalin hubungan dengan pria yang bernama Pradipta Devano Syahputra. Pria yang berprofesi sebagai seorang montir di salah satu bengkel di kota itu.
Namun siapa sangka, Di balik pakaian kotornya sebagai montir, Alena di buat terkejut setelah mengetahui bahwa Devano ternyata seorang Ceo yang kaya raya..
•••••
"Terserah mereka ingin merendahkan mu seperti apa. Yang penting cintaku padamu tulus. Aku janji akan membahagiakanmu serta membungkam mulut mereka yang telah menghina mu dan keluarga mu.." Pradipta Devano Syahputra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bikin Malu Sendiri
Alena turun dari kendaraan roda dua milik Devano dengan sedikit terburu-buru.
"Ini helmnya.. Semua ini gara-gara Abang tahu gak? Sekarang Ale telat kan?" Dengan kesal Alina menyerahkan helm tersebut di tangan Devano yang hanya tertawa seolah tanpa dosa sama sekali.
"Yaudah, Ale masuk dulu.. Kalau sampai dalam Ale dapat teguran atau di marahi oleh Pak Andika, Abang harus tanggung jawab ya?" Devano terkekeh.
"Iya, Udah sana masuk.." Alena meraih tangan pria tampan yang telah menjadi suaminya itu kemudian mencium punggung tangannya.
"Eiiit.. Mau kemana sayang.." Devano menarik tangan Alena yang hendak masuk ke dalam. Langsung saja Alena kesal dengan tingkah sang suami yang sepertinya memang sengaja mengulur waktu.
"Astagfirullah Bang.. Ale...
Cup..
"Udah sekarang masuk.. Jangan khawatir, Andika gak akan marah kok.."
"Ck.. " Alena masih kesal, Ia meninggalkan Devano yang hanya tertawa melihat istrinya yang kini telah masuk perusahaan.
Seumur hidup baru kali ini Alena telat datang dalam bekerja. Bukan satu menit atau dua menit tapi ini telat sepuluh menit. Alena tampak panik sekali, Bagaimana kalau gajinya di potong. Kan gak lucu, Tanpa sadar kalau Alena tak butuh gaji sama sekali sebenernya..
"Wah.. Hebat ya... Sekretaris yang katanya teladan eh, Malah telat datangnya.." Dia sudah berusaha cepat agar sampai di tempatnya. Eh, Ini Dilla malah tiba-tiba muncul. Sungguh membuat suasana jadi keruh..
"Lah, Bu Alena baru datang.. Gimana sih? Katanya sekretaris. Kok telat datangnya.. Gak memberikan contoh yang baik nih.." Teman Dilla yang bernama Ania itu juga berkata seolah Alena salah besar..
"Udah, Saya ini udah terlambat. Dan saya gak ada waktu untuk meladeni kalian.." Alena bukannya takut dengan dua orang ini, Tapi menanggapi mereka sama saja dengan cari mati. Dirinya sudah telat, Dan tak ingin lebih telat lagi.
"Ya, Gak bisa gitu dong.. Enak aja kamu udah telat tauk.. Dan dengan enaknya kamu mau masuk gitu aja. Sekarang kamu ikut aku ke Pak Andika. Beliau harus tahu kalau sekretaris yang dia banggakan ini telah datang.." Dilla menarik tangan Alena masuk ke dalam lift. Sementara temannya yang bernama Ania itu juga ikut, Dia memang sama seperti Dilla. Tak suka dengan Alena. Entah apa yang membuatnya tak suka yang pasti mereka membencinya.
"Kalian itu maunya apa sih? Kalau kalian memang punya tugas yaudah sana gak usah sok ngehakimi aku deh..." Dilla mana peduli. Sekarang mereka telah sampai di lantai dimana ruangan Andika berada. Dan kebetulan sekali, Bagas baru saja keluar dari ruanganya dengan membawa sebuah laporan.
"Ada apa ini?" Tanya Bagas seolah dirinya adalah pegawai sejati. Alena memutar bola matanya malas, Dia merasa jengah dengan drama suami istri ini.
"Iniloh Mas.. Kita datang kesini mau bilang kalau Bu Alena telat datang.." Kata Dilla dengan seringainya. Alena hanya diam saja, Tak peduli dengan reaksi Bagas yang menurutnya sangat memuakkan itu.
"Apa? Telat??" Suara Bagas langsung naik satu oktaf. Sepertinya pria itu memang sengaja agar suaranya itu sampai di telinga Andika.
"Iya, Pak Andika harus tahu ini.. Masa Sekretaris telat datang sih.." Dilla semakin memantik api. Dia harus berhasil membuat Alena rendah dan jatuh.
"Apa yang di katakan Dilla ini benar! Kamu ini seorang sekretaris.. Seharusnya kamu itu kasih contoh yang baik untuk bawahan kamu. Jangan malah seenak jidat kamu datang telat dan tanpa bersalah.." Suara nya Bagas yang keras akhirnya membuat Andika keluar dari ruangannya.
"Ada apa ini? Kenapa kok ribut-ribut.." Andika bertanya dengan Nada datar dan dinginnya. Bagas tersenyum begitupun dengan Dilla dan satu temannya itu. Sepertinya rencana mereka menjatuhkan Alena akan berhasil.
"Pak, Ini loh.. Tadi saya lihat Bu Alena telat datang. Masa Sekretaris telat.. Gak memberikan contoh yang baik.." Lagi, Alena memutar bola matanya malas. Dasar bermuka dua..
"Iya, Pak.. Pak Andika harus tegas Pak.. Jangan biarkan hal seperti ini terulang lagi.. " Ucap Bagas ikut menimpali.
"Pecat saja Bu Alena Pak.. Atau turunkan saja jabatannya.. " Ania juga ikut angkat bicara. Andika melihat Alena yang menunduk, Mau bagaimana pun Andika tetaplah atasannya.
"Maaf pak, Saya memang telat hari ini.." Ucap Alena menyadari kesalahannya.
"Hm, Tidak apa-apa..Sekarang lebih baik kamu kembali ke meja mu.." Titah Andika tegas. Alena mengangguk dengan senyumnya yang tertahan. Wanita itu segera pergi ke meja nya.
Bagas dan Dilla serta Ania terpengangah. Apa yang mereka bayangkan tak seperti pada kenyataannya. Sungguh ini di luar espektasi.
"Pak..
"Ngapain kalian masih disini? Kembali bekerja!
"I..Iya pak..." Akhirnya mereka semua kembali dengan lesu.
.
.
.
Tak peduli di mana kondisinya. Mau di luar mau di perusahaan bagi Andika, Alena adalah istri dari bos nya, Direktur asli perusahaan ini. Mana berani dia menghukum Alena. Yang ada dirinya yang akan di gantung hidup-hidup oleh pria yang bernama Devano itu.
Jam makan siang telah tiba. Alena pergi ke kantin untuk makan siang karena dia malas pergi ke cafe depan.
Bersama beberapa temannya, Alena mencari tempat yang hendak di dudukinya, Hingga tanpa sengaja Alena menabrak Dilla yang sedang memegang minuman. Tapi masih beruntung minuman tersebut tidak tumpah.
"Gimana sih? Jalan itu pakek mata dong!" Lihat, Belum apa-apa bicara sudah pakai urat.
"Gak ada jalan itu pakai itu mata. Yang ada jalan itu pakai kaki.. gimana sih.. " Teman Alena menjawab.
"Uda sih gak usah ikut campur. Beruntung ini minuman gak tumpah.. Kalau tumpah gimana? Ini baju yang aku pakai mahal loh.. Dan ini juga pemberian suami aku.." Semua yang ada di kantin melihat ke arah perseteruan antara Dilla dan Alena disana. Mereka cukup tahu kalau keduanya sodara.
"Kamu lihat baju kamu.. Masa Sekretaris bajunya kayak gini.. Dih, Gak selevel sama baju yang di pakai aku.." Dengan sombong Dilla meremehkan pakaian yang di kenakan oleh Alena dan membanggakan pakaian yang di pakaianya.
"Terus kenapa? Masalah buat kamu?" Tanya Alena santai..
"Ya, Jelas lah.. Kebanyakan sekretaris itu harus punya pakaian yang bermerk.. Jangan kayak gini, Apaan ini.." Dilla menyentuh pakaian Alena dengan tangan memicing seolah jijik.
"Bu Alena..." Seorang wanita yang berprofesi sebagai resepsionis mendekat.
"Eh, Andien.." Wanita itu memerhatikan Alena dari atas sampai bawah.
"Ada apa kamu menatap saya kayak gitu?
"Enggak.. Ibu beli dimana pakaian ini?
"Kenapa? Murahan ya?" Tanya Dilla semakin meremehkan." Ya jelas lah.. Pakaian kayak gini murah tahu. Dimana-mana..
"Kamu itu ngomong apasih Dilla.." Potong Andien. "Pakaian yang di pakai Bu Alena ini adalah pakaian mahal. Ini adalah pakaian dari brand ternama yang harganya itu belasan juta.." Semua yang ada di sana tercengang. Mereka banyak yang mendekat melihat pakaian Alena yang di kenakan.
"Aduh.. Mana mungkin lah, Orang baju murahan kayak gitu.." Dilla lagi-lagi berucap. Dia tak ingin Alena berada di atasnya. Satu persatu karyawan mulai mendekat.
"Murahan gimana? Bajumu kali yang murahan. Ini lihat.." Andien menunjukkan sebuah logo yang berada di ujung lengan pakaian Alena. Dan memang benar, Logo itu terlihat jelas.
"Wah.. Iya, Gak nyangka ya.. Bu Alena punya pakaian semahal ini..
"Ini yang kayanya harganya mahal itu iya..
"Iya, Wah.. Hebat Bu Alena.." Alena hanya tersenyum tipis, Ia tak menyangka pakaian yang ia pakai ini dari brand ternama.
"Lain kali kalau mau ngerendahin cari tahu dulu Dilla.. Jangan asal tuduh, Katrok banget" Dilla yang melihat itu hanya diam mengepalkan tangannya kesal.
.
.
.
TBC
gantung LG