Di balik senyum manis dan mata indah Narynra, terdapat kesedihan mendalam yang disebabkan oleh pernikahan ayahnya dengan ibu tirinya. Sebelum pernikahan itu, Narynra membuat perjanjian rahasia dengan ibu tirinya yang hanya diketahui mereka berdua. Apakah isi perjanjian itu? Sementara itu hubungan Narynra dengan Kaka tirinya tidak pernah akur, dan situasi semakin buruk setelah ayahnya terkesan selalu membela kakak tirinya, membuat Narynra merasa tidak betah di rumahnya. Akankah Narynra dan kakak tirinya bisa berdamai?
Narynra kemudian bertemu Kayvan, seorang pria yang tampan dan perhatian. Setelah pertemuan pertama, Kayvan terus berusaha mendekati Narynra, dan mereka akhirnya menjalin hubungan asmara.
Sementara itu, seorang pria misterius selalu memperhatikan Narynra dari kejauhan dan terus mengirimkan pesan peringatan kepada Narynra bahwa Kayvan tidak baik untuknya. Siapa pria misterius ini? Apa tujuannya? Akankah Narynra bahagia bersama Kayvan atau atau bersama yang lain?,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Midnight Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
makam bunda
Valerian Laurence, adalah seorang wanita yang cantik, baik hati, dan penyayang. Dia memiliki rambut panjang dan lembut yang berwarna coklat tua, serta mata yang indah dan hangat. Bunda Narynra dikenal sebagai orang yang peduli dan perhatian terhadap keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Dia memiliki kepribadian yang lembut dan sabar, serta selalu siap mendengarkan dan memberikan nasihat yang bijak. Meskipun dia telah meninggal karena kecelakaan, kenangan akan kebaikan dan kasih sayangnya masih sangat hidup di hati Narynra.
Narynra mengeluarkan bunga yang tadi dia beli dan menaburkannya dengan lembut di atas makam. Bunga yang berwarna putih dan merah itu tampak segar dan indah, sebagai tanda cinta dan kasih sayang yang tak pernah pudar. Setelah menaburkan bunga, Narynra mengusap-usap nisan makam ibunya dengan jari-jarinya yang lembut, seolah-olah dia sedang menyentuh wajah Bundanya.
"Bunda....Aku kangen banget sama Bunda, maaf ya Bunda belakangan ini aku lumayan sibuk ngerjain skripsi, jadi ga ada waktu ngunjungi Bunda, Bunda Apakabar disana? Bunda balikkan? Bunda bahagia kan di sana?", ucap Narynra merasa sedih, sambil menundukkan kepala dan mengusap air mata. "Apa aku salah ya Bunda udah ngizinin Ayah nikah lagi? Tapi Ayah sekarang kelihatan bahagia menjalani hari-harinya kembali, setelah 3 tahun lalu di tinggal Bunda, entahlah Bunda aku bingung di satu sisi aku senang Ayah bahagia, tapi di sisi lain aku ga senang karna kasih sayang Ayah terbagi", ucap Narynra dengan lesu, sambil memeluk nisan Bundanya.
Narynra memeluk nisan Bundanya dengan erat, seperti sedang memeluk Bundanya yang masih hidup. Dia menutup matanya dan membiarkan dirinya terbawa oleh kenangan indah bersama Bundanya. Dalam pelukan itu, Narynra merasa sangat nyaman dan damai, seolah-olah dia sedang berada dalam pelukan hangat Budanya. Waktu sepertinya berhenti, dan Narynra merasa dirinya kembali ke masa lalu ketika Bundanya masih ada di sampingnya. Saking nyamannya, Narynra tidak sadar bahwa dia telah tertidur di pelukan nisan Bundanya, dengan wajah yang terlihat damai dan tenang.
Ketika Narynra terbangun, dia merasa sedikit disorientasi dan melihat sekelilingnya. Baru kemudian dia menyadari bahwa dirinya masih berada di makam Bundanya, dengan nisan yang masih terpegang erat di pelukannya.
Narynra tersenyum lembut sambil mengusap nisan Bundanya. "Maaf ya Bunda, aku malah ketiduran," ucapnya dengan nada yang penuh penyesalan. "Ternyata benar ya, tempat ternyaman seorang anak itu di pelukan Bundanya," tambahnya dengan suara yang lirih. "Walaupun itu cuma khayalan aku memeluk Bunda, tapi rasanya seperti kenyataan," kata Narynra, mengenang kembali perasaan hangat yang dia rasakan saat memeluk nisan Bundanya.
Setelah beberapa saat, Narynra melihat jam tangannya dan menyadari bahwa waktu sudah menunjukkan sore. "Ternyata sudah sore, aku pamit pulang ya Bunda," ucap Narynra dengan nada yang lembut. "Bunda baik-baik di sini," tambahnya, sambil memberikan salam perpisahan kepada Bundanya.
Dengan hati yang masih berat, namun sedikit lebih lega, Narynra berdiri dan meninggalkan makam ibunya, membawa kenangan dan perasaan yang kompleks tentang kehadiran Bundanya yang tidak lagi ada di dunia ini. Narynra berjalan perlahan menuju area parkir untuk memesan taxi online. Ia membuka aplikasi di ponselnya dan memesan taxi untuk membawanya pulang.
Beberapa menit kemudian, taxi tiba dan Narynra langsung masuk ke dalam mobil. Saat berada di dalam taxi, Narynra membiarkan dirinya tenggelam dalam kenangan manis bersama Bundanya. Ia mengingat bagaimana Bundanya selalu ada di sampingnya, mendukung setiap langkahnya, dan memberikan kasih sayang yang tak terbatas. Air matanya kembali mengalir, tetapi kali ini ia membiarkannya mengalir tanpa mencoba menahannya. Ia merasa bahwa menangis adalah cara untuk melepaskan sebagian dari kesedihan yang ia simpan.