Olivia adalah seorang Desainer terkenal di abad ke-21, saat acara penghargaan dirinya dia tidak sengaja mengalami insiden kecelakaan di tempat acara sampai akhirnya dirinya meninggal dunia. Namun, bukannya dia pergi ke alam baka arwahnya justru terlempar ke zaman di era 80-an, memasuki tubuh istri seorang tentara yang Antagonis. Di komplek militer dia sering membuat onar sampai membuat banyak orang yang tidak menyukai dirinya. Lantas bagaimana jika Olivia masuk kedalam tubuh wanita tersebut, apakah Olivia akan bertahan? atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rs_31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arka dan Jendral Rakha.
Pagi sekali Arka sudah berada di stasiun kereta bersama dengan Putri Ayu. Membawa dua tas ransel besar yang berisi barang bawaan Arka. Putri Ayu menatap nanar tidak percaya ke arah Stasiun kereta itu. Dulu belasan tahun yang lalu dia sempat kembali ke kampung sendirian keluar dari stasiun ini sembari membawa Arka dan sekarang dia kembali ke stasiun ini untuk mengantarkan Arka ke area camp militer di perbatasan.
"Apakah ini yang dinamakan takdir?" tanya Putri Ayu kepada dirinya sendiri.
Putri Ayu sudah sekeras mungkin menjauhkan Arka dari sesuatu hal yang berhubungan dengan kemiliteran, akan tetapi tetap saja Arka tertarik pada akhirnya dia pergi untuk menempuh pendidikan di camp militer seperti ayahnya dulu.
"Ma, Arka berangkat dulu, sebentar lagi keretanya akan berangkat," kata Arka pamit kepada ibunya, Putri Ayu.
Lamunan Ayu buyar sar mendengar suara Arka yang menyadarkannya. Putri Ayu menoleh menatap ke arah Arka sambil tersenyum tipis." Iya sayang, hati-hati ya di jalan," jawab Putri Ayu kepada Arka anaknya. Tangannya perlahan terangkat menggesekan pucuk kepala Arka dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Ma, masa mama tidak percaya kepada Arka, ingat Arka itu sudah besar," jawab Arka mencebikan bibirnya dengan Cemberut ke arah mamanya sembari bersidekap dada.
" Iya sayang Iya, kamu itu sudah besar anak bujang mama sebentar lagi dewasa," kata Putri Ayu.
Entah kenapa jika membahas tentang umur Putri Ayu selalu merasa Arka itu masih putra kecilnya yang dulu.
"Ya sudah sana cepat masuk," kata Putri Ayu kepada Arka mendorong tubuh Putranya supaya segera masuk kedalam.
"Dah Mama, Bye." Arka melambaikan tangannya ke arah Mamanya berdiri di depan pintu kereta sembari tersenyum lebar.
Kereta itu berjalan membawa Arka pergi ketempat dimana dia dilahirkan.
"Selamat jalan Arka semoga kamu bisa bertemu dengan ayahmu di sana," gumam Putri Ayu dengan lirih menatap anaknya dengan sendu.
Kereta itu benar-benar pergi membawa Arka dan sebuah kenangan yang tidak pernah bisa dia lupakan bersama dengan jendral Rakha. Mata Putri Ayu berkaca-kaca saat melihat kepergian Putranya, dia tidak menyangka Arka putra kecilnya saat ini sudah besar dan sebentar lagi akan beranjak Dewasa.
Beberapa Jam kemudian.
Arka sudah sampai di perbatasan, dia saat ini sedang menaiki mobil angkutan umum yang membawanya kedesa.
" Pak apakah kita masih jauh?" tanya Arka kepada supir angkot itu.
"Masih, kalau mau sampai ke desa itu sekitar 2 jam lebih dan untuk sampai ke kampung militer itu kamu perlu jalan kaki sejauh 1 kilometer,"jawab supir Angkot itu.
"Apa? Dua jam?" Arka mengeluh dalam hati. Arka tidak meyangkan perjalanannya ternyata lebih jauh dari yang ia bayangkan
Awalnya mobil yang Arka tumpangi itu berjalan dengan lancar, sampai saat berada di jalan dekat rumah sakit kota mobil angkut itu berhenti mendadak.
"Kenap pak? kenapa berhenti?" tanya Arka dengan heran, pasalnya jarak yang harus dia tempuh itu masih jauh tapi kenapa mobil itu tiba-tiba berhenti.
" Di depan ada perempuan yang pingsan di tengah jalan," jawab supir Angkot itu.
Arka yang mendengar penjelasan supir itu langsung saja turun da bergegas menolong perempuan itu.Tangannya menepuk- nepuk pipi perempuan itu
"Bibi kamu dengar saya?" tanya Arka kepada perempuan itu.
Namun, perempuan itu tidak kunjung sadar. DenganArka mengangkat tubuh perempuan itu lalu membawanya masuk kedalam rumah sakit kota.
"Dokter, Suster tolong," teriak Arka sembari berlari kecil membawa perempuan itu.
Seorang dokter yang kebetulan baru saja keluar dari ruangan pasien langsung saja membuka pintu UGD dengan lebar." Cepat bawa masuk," kata Dokter itu.
Arka langsung saja menuruti perintah dokter itu memasukannya ke ruang UGD lalu merebahkan tubuh perempuan itu di atas ranjang rumah sakit.
" Dokter, cepat periksa perempuan ini sekarang," kata Arka kepada Dokter itu menatapnya dengan tatapan penuh harap.
"Baik saya akan segera menangani pasien, sekarang silahkan anda keluar dari ruangan ini," kata Dokter itu kepada Arka yang tak lain adalah Dokter Dewi, dokter yang dulu membantu Putri Ayu melahirkan.
"Baik dok, tolong selamat dia dokter," pintanya.
Beberapa saat kemudian dokter Dewi keluar dari ruangan UGD. Dia menghampiri Arka yang saat ini sedang duduk di atas kursi dengan cemas.
" Kamu keluarga pasien?" tanya Dokter itu kepada Arka.
Arka yang sedang menunggu pun langsung saja mengangkat wajahnya menatap ke arah Dokter itu. "Bukan dok, saya hanya seseorang yang kebetulan menyelamatkannya," jawab Arka kepada Dokter itu.
Dokter Dewi memperhatikan wajah Arka dengan seksama."Tapi wajah kamu mirip sekali dengan Jendral kami, tidak mungin kalau kamu bukan anaknya. Aku yakin kamu pasti ada hubungan darah dengannya," jawab Dokter Dewi dengan yakin.
"Hah? Jendral siapa dok?" tanya Arka mengernyit bingung.
" Jendral kami itu adalah Jendral...." Saat dokter Dewi akan menyebutkan naamanya tiba-tiba saja seorang pria datang berlari menghampiri ke arah mereka berdua.
"Dokter bagaimana dengan keadaan wanita itu?" tanya Pria itu, Nafasnya terengah.Seragam militernya basah oleh keringat tapi ketampanannya tetap kentara.
"Jendral, jadi benar anda?" tanya Dokter Dewi menatap ke arah Jendral Rakha.
"Tentu saja memangnya siapa lagi," jawab Jendral Rakha dengan heran.
Jendral Rakha merasa ada yang aneh dengan Dokter Dewi. Namun, dia tidak tahu apa yang sedang dokter itu bicarakan sebelumnya. Dokter Dewi mmenunjuk arah Arka dia menyunggingkan senyumnya dengan lebar.
" Nah kan anak anak ini pasti Putra Jendral Rakha.Mirip sekali," kata Dokter Dewi kepada Arka.
"Hah." Arka terpaku matanya membesar ai menatap Rakha dengan bingung.
"Jendral Rakha?ayah saya?"tanya Arka kebingungan.
Dokter Dewi menggelengkan kepala dengan pelan, dia merasa lucu dengan tingkah Arka dan Jendral Rakha yang saling tidak mengenali itu.
" Dokter jangan bercanda, toh saya baru saja datang ke sini hari ini, bagaimana bisa saya menjadi anak seorang Jendral besar,"
Jendral Rakha sama terkejutnya seperti Arka.
"Iya Dokter, saya bahkan baru pertama kali bertemu dengan anak ini, jadi mana mungkin anak ini menjadi anak saya." Jelas Jendral Rakha kepada Dokter Dewi.
Dokter Dewi menghela nafas panjang.
"Apa? Bagaimana bisa kalian berdua saling tidak mengenali?"
Jendral Rakha dan Arka saling tatap satu sama lain dua mata yang sama-sama bingung, juga terkejut. Entah kenapa terasa seolah sedang melihat cermin di masa lalu.
Arka menelan ludah. Ada perasaan aneh mengalir di dadanya antara takut haru fsn keingintahuan. Ia membuka mulutnya hendak berbicara tapi sebelum sempat mengeluarkan suara pintu ruangan Id tiba-tiba terbuka lebar.
"Dokter pasien sudah sadar,"
Semua orang yang berada di sana menoleh ke arah suster itu. Sebelum melangkah masuk kedalam ruangan IGD.
"Apa benar dia ayahku?"