Aris putra abraham adalah anak indigo yang menolak menjadi indigo. dia merasa Tuhan salah teknis ketika menciptakannya dengan kelebihan yang bisa melihat makhluk tak kasat mata. setiap kali bertemu makhluk halus aris selalu menghindar. selain takut, dia juga tak sudi terjun ke dunia perhantuan. sampai seorang gadis Misterius penuh dengan teka-teki, Miya Aluna Dhawa.saat berdekatan dengan gadis dada Aris terasa sangat sakit dan Aris juga melihat kalau Miya di penuhi puluhan makluk halus yang menggerogoti jiwanya, hingga Aris mengasah kemampuan nya untuk memecahkan teka-teki pada gadis itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izza naimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
" gue tembak, ini kalau udah lemes-lemasan gini. pasti habis mimpi dikejar sama pasukan muka rata " ucapan Akmal.
Aris mengganggu lemah. memang benar, setiap kali mimpi itu datang, besoknya dia seperti kehilangan tenaga, seolah aksi kejar-kejaran Itu Nyata. aroma bakso di mana-mana, Aris melihat Akmal dan Anan makan dengan lahap sedangkan dia, hanya Panga plongo melihat orang-orang di kantin.
" serius gak makan? atau lo lupa bawa uang jajan lagi" tanya Adnan.
" Kagak, emang lemes Gue, Nggak selera apa-apa. gue balik ke kelas aja deh, ngantuk, mau tidur" baru mau berdiri Juita sepupu Adnan datang bersama Reina temannya. tapi bukan itu yang menjadi perhatian Aris, melainkan si cantik penuh misteri yang berada di belakang Juita. Miya Aruna Dhawa.
" Hai, Boleh gabung di sini nggak, kita nggak kebagian meja nih"
" boleh Boleh, silakan" Akmal tersenyum antusias melihat Reina, gadis yang disukainya, ia menyiapkan kursi untuk Reina tapi Reina memilih duduk di samping Adnan. Akmal kecewa. kursi yang di sebelumnya disiapkan untuk gadis itu sekarang diduduki oleh Juwita.
" makasih. Miya duduk sini" Juwita menepuk kursi di sebelahnya, yang berhadapan langsung dengan Aris. tanpa lirik sana-sini, Miya duduk di samping Juwita, meletakkan jus alpukatnya di meja.
Aris tersenyum semanis mungkin ketika bertemu pandang dengan Miya, tapi Miya mengacuhkannya.
sabar, Ris. cowok sabar jodohnya bidadari. Aris mengelus dada.
" loh, Ris. katanya mau ke kelas" celetuk Adnan sambil tersenyum jahil.
" mendadak mager" Aris merampok jus mangga Akmal, si empunya mendelik, Adnan tertawa.
" mendadak Lapar juga" Aris berdiri, pesan makanan dan jus alpukat juga. Iya bolak-balik melihat Miya yang diam seperti batu.
Adnan bilang tidak ada yang bisa mengajak Miya berteman, tapi sepupunya sendiri membuktikan bahwa Miya tidak sesulit itu untuk didekati. Aris jadi semakin optimis untuk mendapatkan hati gadis itu.
bakso dan jusnya selesai dibuat. Aris kembali ke mejanya.
" Juwita,sayang.. makin cantik aja" Puji Aris tapi matanya melirik ke Miya yang tidak peduli.
mungkin kalau kantin terbakar, Miya juga tidak akan panik. Gadis itu akan berjalan keluar dengan tampang datar. membayangkannya saja sudah membuat Aris ingin ketawa.
" Nggak ngaruh dipuji sama Playboy "sahut Juwita.
" Jangan gitu dong, kamu kan cinta pertama aku" goda Aris. teringat dulu saat SD sering main Mama Papa dengan gadis itu.
Akmal ngakak.
" Iya, dulu kan Aris suka banget jadi suaminya Juwita"
Aris, Akmal, Adnan dan Juwita memang teman sejak kecil. hanya saja Akmal berbeda komplek, tapi kalau main tetap bareng mereka.
" Adnan jadi anaknya" sambung lelaki itu masih betah tertawa.
" mending, Daripada lo selalu jadi peran pembantu. kalau nggak sopir, Ya udah pasti jadi babu" Adnan tak mau kalah.
" kadang jadi maling" tambah Aris.
ekspresi Akmal berubah.
" udah anjing, jangan diingat-ingat terus. Malu" dia melirik Raina yang tertawa lucu.
" Halah Padahal Lo yang mulai" ucap Adnan mencibir.
Akmal menunjuk Aris.
"Dia duluan yang mulai bego" sungutnya.
Juwita geleng-geleng kepala.
" lo pada gak malu apa cerita tentang masa kecil? gue aja malu kalau inget itu. mana dulu Aris jelek banget lagi, item, sempakan doang. bisa-bisanya gue mau nikah sama dia"
Semua yang ada di meja situ tertawa karena celetukan Juwita. kecuali Miya.
Jangankan ketawa, senyum saja tidak.
Aris tetap stay cool walau di ejek teman-temannya. itu kan masa lalu. toh, yang penting sekarang dirinya ganteng, selirnya banyak, duit jangan ditanya.
Juita menghapus air matanya yang keluar karena kebanyakan ketawa.
" tapi kadang kangen juga sih, pengen main mama papa lagi kayak dulu"
" ayo, tapi buat anaknya beneran, ya? " Aris menyeringai.
Juwita mencondongkan badan, mendekat Aris.
" oke, siapa takut"
Adnan langsung menyatakan gadis itu.
" gue bilangin tante Rini lo"
" bilang aja. mama pasti suka kalau di kasih cucu"
Akmal menggeleng takjub.
" Juwita, sama gue aja mau gak? "
" ogah, punya lo kecil, gak puas"
" Anjay! " seru Aris dan akmal.
" punya gue besar, juw, di jamin puas" tugas Aris tertawa.
Miya menatap Aris yang hiperaktif. Aris yang sadar di pandangi terus langsung salah tingkah. dia berdehem dan kembali kalem lagi.
" ngomong-ngomong ini Kok bisa sama Miya, bukannya Miya itu sombong ya, nggak mau berteman sama siapapun"
Aris sontak menabok punggung Adnan. temannya yang satu ini sembarangan kalau bicara. nanti kalau Miya sakit hati lalu tidak mau lagi bergabung dengan mereka, hilang sudah kesempatan Aris untuk mendekati gadis itu.
" sakit dugong!"
" jangan asal ngomong makanya" Aris bicara sambil melirik Miya, Siapa tahu kalau dia membela gadis itu, Miya jadi sedikit bersimpati padanya.
tapi nyatanya Miya sama sekali tidak peduli.
" datang Aura buayanya" kekeh Akmal.
Juwita melirik Miya sekilas.
" gue paksa sih, Untungnya ada Raina yang cantik dan lemah lembut, ajakan halusnya bisa langsung buat Miya mau ikut. yakan, Rei? "
Reina merespon dengan senyum cantik.
Ya Allah, Akmal mau meleleh.
" kalau begitu kenalan dulu dong" Aris mengulurkan tangannya.
" Aris Putra Abraham, XI IPA B, siswa tertampan abad ini"
" plus bajingan, berengsek, biaya puber, playboy kelas jahanam" tambah Akmal.
Aris berdecak Seraya melirik sinis Akmal, lalu tersenyum lagi saat melihat Miya.
" jangan percaya sama dia, gue baik kok orangnya, buktinya gue nggak marah walau kemarin lo cuekin gue" Aris tersenyum lebar sampai rasanya mulutnya mau sobek, tangannya pun masih setia menggantung.
Ia jadi merasa seperti boneka Annabelle.
Miya menyambut tangan Aris, seketika lelaki itu merasa berbunga-bunga. Tangan Miya sangat dingin. untuk sepersekian detik tatapan Aris terpaku pada manik kecoklatan Miya.
" Miya " Miya berujar kaku, nada bicaranya Hampa.
tiba-tiba Aris merasa dadanya diremas dengan kuat sampai sakitnya menjalar ke seluruh tubuh. dirinya seperti akan dihancurkan berkeping-keping. Aris buru-buru melepas tangan Miya, kemudian meringis sembari memegangi dadanya yang ngilu.
" Kenapa, Ris?" tanya Adnan, panik sekaligus bingung.
" terkena serangan Cinta dari Miya mungkin" gurau Akmal, tapi Iya juga merasa khawatir. tidak biasanya Aris seperti ini ketika bersentuhan dengan orang, apalagi perempuan.
Aris menaikkan tatapannya kepada Miya yang melihatnya dengan ekspresi yang- entahlah. Miya sulit sekali ditebak.
ini gila! Kenapa bersentuhan dengan Miya efeknya bisa sesakit ini? siapa sebenarnya gadis itu? Ada apa dengannya?
****
bel pulang baru saja berbunyi, Aris bersiul sambil menuruni tangga. melihat ada Hilda di depan loker, Aris segera menghampiri Adik kelasnya itu.
" Hai, Imut"
" Kak Aris" Hilda tersenyum malu-malu dihampiri Aris.
" pulang sama siapa?"
" pacar"
" udah punya pacar?"
" udah. baru Jadian semalam"
.
.
.