Tharion, sebuah benua besar yang memiliki berbagai macam ekosistem yang dipisahkan menjadi 4 region besar.
Heartstone, Duskrealm, Iron coast, dan Sunspire.
4 region ini masing masing dipimpin oleh keluarga- yang berpengaruh dalam pembentukan pemerintahan di Tharion.
Akankah 4 region ini tetap hidup berdampingan dalam harmoni atau malah akan berakhir dalam pertempuran berdarah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryan Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Act 6 - A Lion from the black throne
Ruang Kerajaan, Castle Alistar – Heartstone
Patung-patung megah berjajar rapi di sepanjang karpet merah yang terbentang dari pintu masuk hingga mencapai kursi raja. Masing-masing patung menggenggam pedang berhias permata yang memantulkan cahaya mentari, menari di udara melalui jendela-jendela kaca tinggi yang memenuhi dinding ruangan.
Di atas singgasana, terpajang potret para raja terdahulu — sosok-sosok agung yang membentuk sejarah Heartstone. Lukisan itu dihiasi dengan pedang dan tombak di setiap sisinya, menggambarkan bahwa takhta bukanlah simbol kekayaan, melainkan beban tanggung jawab yang berat. Kursi hitam berukir singa itu berdiri megah di tengah aula, kontras dengan kemewahan ornamen di sekelilingnya — seolah menjadi pengingat bahwa kekuasaan sejati lahir dari pengorbanan, bukan kemegahan.
Para pelayan berdiri berbaris di kedua sisi ruangan, kepala mereka tertunduk rendah. Di depan mereka, tersusun kursi bagi para penasihat dan bangsawan kepercayaan kerajaan.
Di sisi kiri dan kanan singgasana berdiri lima kesatria berzirah emas yang memantulkan cahaya, bagaikan perisai suci di hadapan sang raja. Mereka adalah The Knights of the Golden Bastion — penjaga pribadi Raja Rowan Arendale, sekaligus benteng terakhir kerajaan.
Masing-masing dari mereka bukan hanya ahli pedang, tetapi juga simbol kehormatan keluarga besar Tharion:
Sir Zachary Zarimeth dari Sunspire, kakak kandung Galland Zarimeth.
Sir Darius Morwyne dari Duskrealm, putra tertua Draco Morwyne, sekaligus kakak dari Draken Morwyne.
Sir Gregor Draemir dari Frostmarch, adik kandung Lord Victor dan Lord Varic Draemir.
Sir Gareth Arendale dari Heartstone, putra pertama Lord Cedric Arendale dan keponakan sang raja.
Sir Jareth Droswain, adik dari Sir Torren Droswain — pelindung perbatasan Iron Coast.
Mereka adalah lima ksatria terpilih, dipuji karena keberanian, kecakapan tempur, dan wibawa yang menjadikan mereka legenda hidup di seluruh daratan Tharion.
---
Ngik...
Suara berat engsel pintu besar memecah keheningan. Dua penjaga mendorongnya perlahan.
> “Raja memasuki ruangan!” seru salah satu di antara mereka.
Seluruh isi ruangan langsung berlutut.
Melangkah masuklah Raja Rowan Arendale, mengenakan mahkota emas berhias safir biru, jubah merah tua dengan motif benang emas, dan sigil singa yang tersemat di dada. Rambut peraknya, khas garis keturunan Arendale, terurai rapi di balik mahkota. Wajahnya tegas, namun berwibawa; sorot matanya memancarkan kebijaksanaan dan ketegasan yang hanya dimiliki oleh pemimpin sejati.
Setiap langkahnya bergema di aula. Semua menahan napas hingga sang raja duduk di singgasananya.
> “Hidup Raja Rowan Arendale!” seru seorang knight dari belakang, suaranya bergemuruh menggema di seluruh ruangan.
Seorang menteri mendekat, membungkuk hormat, lalu menyerahkan secarik surat bersegel besi.
> “Surat dari Sir Torren Droswain, Yang Mulia. Dikirim dari Iron Coast,” ucapnya lembut.
Raja menerima surat itu, membuka segelnya, dan membaca dengan saksama. Tak seorang pun berani bersuara — bahkan napas pun seolah tertahan.
Beberapa saat berlalu sebelum sang raja menutup surat tersebut. Dengan suara berat yang penuh wibawa, ia memecah kesunyian:
> “Berikan seluruh bantuan yang diminta Sir Torren. Kita tidak boleh membiarkan pertahanan di Greywind Beach ditembus.”
“Segera, Yang Mulia,” jawab sang menteri sambil memberi aba-aba pada para penjaga untuk menyiapkan logistik dan bala bantuan.
Belum sempat suasana tenang kembali, seorang menteri lain menghampiri, lalu berbisik di telinga sang raja.
> “Yang Mulia… seorang knight bernama Erick Hunter, anggota pasukan Silver Sentinel, berhasil menangkap salah satu buronan yang terlibat dalam insiden di Frostmarch beberapa pekan lalu.”
Sang raja menyipitkan mata. Tatapannya tajam, namun tak satu kata pun terucap. Hanya isyarat tangan kecil ia berikan — cukup untuk memerintahkan sang menteri mundur ke tempatnya.
Keheningan kembali menyelimuti ruangan.
Lalu dengan nada yang mantap dan dalam, Raja Rowan berbicara lagi:
> “Kirimkan pesan kepada Sir Garrick. Suruh dia segera kembali ke Heartstone. Ada sesuatu yang harus kubicarakan dengannya… secara pribadi.”
Sang pelayan segera menunduk dalam, lalu bergegas keluar untuk menyiapkan surat perintah kerajaan itu.
Raja Rowan lalu bersandar perlahan di singgasananya, pandangannya kosong sejenak menatap potret leluhurnya di dinding. Ada sesuatu yang mengganjal di benaknya — sebuah kabar buruk yang belum diucapkan, tapi sudah mulai menggelayut di langit Heartstone.
Setelah semua urusan kerajaan telah selesai, sang raja pun berdiri dari kursinya dan pergi meninggalkan ruangan bersama dengan Sir Gareth yang mengikutinya dari belakang.
Sehari kemudian.
Sir Garrick tiba di Heartstone, setelah menerima surat perintah langsung dari Raja Rowan. Rambut pirangnya yang keemasan terurai di bahu, berkilau disinari mentari sore. Ia memacu kudanya melewati jalanan berbatu menuju benteng utama.
Namun sebelum mencapai ruang kerajaan, langkahnya terhenti. Di hadapannya berdiri seorang ksatria berzirah emas, dengan wajah yang dikenalnya baik.
> “Sir Garrick,” sapa ksatria itu dengan nada tenang.
“Sir Gareth,” balas Garrick sambil turun dari kudanya.
> “Sang Raja menunggumu — bukan di ruang kerajaan, tapi di tembok selatan.”
“Tembok selatan?” Garrick menatapnya heran. “Kupikir beliau ingin menemuiku secara resmi.”
“Yang hendak beliau bicarakan... adalah urusan pribadi,” jawab Sir Gareth lembut, lalu memberi isyarat agar Garrick mengikutinya.
Mereka pun berjalan beriringan, langkah mereka bergema lembut di antara menara penjaga. Angin membawa aroma laut dari kejauhan.
Di atas tembok, Raja Rowan Arendale berdiri sendiri. Rambut putihnya berkibar tertiup angin sore, jubah merahnya berkibar perlahan, sementara cahaya matahari memantul dari permata safir di mahkota emasnya. Dari ketinggian itu, ia memandang kota Heartstone — negeri yang telah ia jaga seumur hidup.
Sir Garrick berhenti beberapa langkah di belakangnya, lalu berlutut dalam-dalam.
> “Hormatku untukmu, Yang Mulia,” ucapnya dengan nada rendah penuh hormat.
Raja Rowan menoleh. Tatapannya lembut, namun sarat wibawa.
> “Bangunlah, Sir Garrick,” ujarnya.
Garrick pun berdiri, menatap sosok yang selama ini menjadi panutannya.
> “Ku dengar ini urusan pribadi, Yang Mulia. Apa yang ingin Anda bicarakan denganku?”
Senyum tipis mengembang di wajah sang raja.
> “Garrick... kau tidak pernah berubah. Selalu ingin langsung menuju inti pembicaraan,” katanya pelan. “Apakah kau bahkan tidak merindukan pamanmu ini?”
Mata Garrick meredup. Ia menunduk dalam.
> “Ampuni kelancanganku, Yang Mulia. Walaupun Anda telah merawatku sejak kecil dan mengajarkanku cara bertarung... aku tak layak memanggil Anda ‘paman’. Aku hanyalah prajuritmu.”
Sang raja tertawa kecil, lalu melangkah maju, memeluk Garrick dengan hangat.
> “Kau masih keras kepala, Garrick. Tapi aku senang melihatmu dalam keadaan sehat dan kuat.”
Setelah pelukan itu berakhir, ekspresi sang raja perlahan berubah menjadi serius.
> “Sayangnya, aku harus mempersingkat pertemuan kita kali ini,” katanya perlahan. “Ada hal penting yang harus kulimpahkan padamu.”
> “Kau tak perlu meminta, Yang Mulia. Aku akan menjalankan apa pun yang kau kehendaki,” balas Garrick tegas.
Raja Rowan menatap lurus ke matanya.
> “Mulai hari ini, aku melepaskan tanggung jawabmu sebagai komandan pasukan Rivera. Sebagai gantinya... aku memberimu misi khusus.”
Garrick membeku sejenak, tapi tidak bertanya. Ia hanya mendengarkan.
> “Pergilah ke Iron Coast. Di sana, lacak keberadaan James. Bila kau menemukannya... lindungi dia dengan seluruh kekuatanmu.”
Sang raja melanjutkan dengan suara pelan tapi penuh tekanan:
> “Misi ini bersifat rahasia mutlak. Hanya kau dan aku yang tahu. Jangan sampai siapa pun mengetahui ini — bahkan orang-orang kepercayaanmu sekalipun.”
Tatapan Garrick mengeras. Ia berlutut sekali lagi.
> “Demi kehormatan keluarga Arendale, aku bersumpah akan menjalankan tugas ini dengan sepenuh jiwa — dan menjaga kerahasiaannya, bahkan hingga maut menjemput.”
Raja Rowan menepuk pundaknya dengan lembut.
> “Itu yang selalu kuharapkan darimu, Garrick.”
Ia melangkah mundur, lalu menatap kembali ke arah kota Heartstone, sorot matanya kini jauh dan sendu.
> “Aku akan kembali ke kamar... masih banyak hal yang harus kupikirkan.”
Sang raja pun berbalik, berjalan perlahan menuruni tangga benteng, sementara Sir Garrick berdiri tegak menatap punggungnya — menyadari bahwa tugas yang ia emban bukan sekadar perintah, tapi mungkin awal dari badai besar yang akan mengguncang seluruh Tharion.
Karena kebnyakan novel pke bantuan ai itu bnyak yg pke tanda itu akhir2 ini.
Tapi aku coba positif thinking aja